Wajah Laura merah menahan malu mendengar bisikan yang diucapkan oleh Mitha. Ia buru-buru menutupi bagian lehernya dengan rambut. Laura melupakan masalah tanda kepemilikan itu karena situasi yang tadi sangat menegangkan. Ia bahkan tidak tahu, apakah yang lain juga melihat tanda kepemilikan itu? Laura berharap hanya Mitha yang melihatnya karena biasanya perempuan memang lebih teliti mengamati dibandingkan dengan pria. "Iya, itu milik Kenriki, dia -""Wah, berarti kemajuannya bagus, dong ya? Kenriki sekarang sudah mulai terbiasa disentuh dan menyentuh?" potong Mitha dengan wajah yang turut terlihat bahagia."Iya, alhamdulillah meskipun bukan berarti rasa traumanya itu hilang, tapi setidaknya sekarang Kenriki tidak terlalu tertekan lagi ketika menyentuh dan disentuh.""Itu berkat usaha kamu, aku yakin kamu juga sudah bekerja keras untuk mencoba membuat Kenriki bisa mengatasi rasa traumanya itu.""Berkat kamu juga, setiap kali aku merasa putus asa karena aku bukan tipe perempuan yang bi
"Iya, aku sudah memikirkan masalah itu, aku akan mempersiapkan diri untuk menceritakan semuanya pada mereka, aku minta doanya, semoga keputusan ini benar, dan bisa memberikan jalan keluar meskipun mungkin ada yang harus dikorbankan, yang penting bukan mengorbankan pernikahan kami insya Allah aku akan kuat menghadapinya."Kenriki bicara panjang lebar pada Mitha dan juga Rei, hingga keduanya menarik napas lega karena Kenriki terlihat sudah lebih mampu berusaha untuk memperjuangkan pernikahannya dengan Laura setelah dahulu terkesan sangat pasrah karena tidak percaya diri bisa membahagiakan Laura.Kenriki diminta untuk istirahat lagi karena kondisinya masih belum terlalu pulih. Rei dan Mitha menyarankan mereka ke kota bersama-sama agar bisa saling melindungi mengingat anak buah rentenir dan juga anak buah Erna bisa saja akan menghadang mereka kembali di perjalanan, dan Kenriki juga Laura setuju dengan usul keduanya hingga mereka memutuskan kembali bersama-sama esok pagi mengingat hari sud
"Dengan kata lain, kamu enggak percaya dengan kuasa Tuhan?""Bukan seperti itu juga, tentu saja aku percaya, tapi-""Kalau percaya, tidak perlu ada kata tapi! Memang, manusia bisa melakukan apa yang menurutnya bisa dilakukannya, tapi jangan lupa, mukjizat itu ada, terus berprasangka baik, meskipun Kenriki diberikan sejenis obat yang bisa membuat dia tidak bisa memiliki keturunan, tapi bukan berarti kamu dan dia tidak punya harapan. Yang sehat dan enggak punya masalah aja, belum tentu langsung diberikan keturunan jadi kamu jangan putus asa, jangan sampai Kenriki mendengar apa yang kamu katakan ini karena bisa membuat dia down kembali.""Tapi, misalnya karena perbuatan wanita wanita biadab itu membuat Kenriki enggak bisa menghamili aku juga, aku tetap enggak akan meninggalkan dia, Mith....""Alhamdulillah, itu adalah perasaan tulus kamu dalam mencintai dia hingga kamu enggak mempermasalahkan kondisinya yang seperti itu, tapi jangan lupakan satu hal, seorang pria akan merasa rendah diri
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, semuanya jadi terdiam untuk sesaat seolah berpikir apa yang harus mereka katakan untuk memberikan Kenriki solusi."Kak Dewa belum ngasih solusi untuk hal ini?" tanya Mitha dengan nada hati-hati."Dia bilang aku jangan banyak keluar dari rumah dulu, karena sekarang dia sedang berusaha untuk membicarakan hal ini dengan seseorang yang tahu semua tentang masalahku itu.""Dengan kata lain, Kak Dewa punya juru kunci? Saksi?"Kenriki mengangguk, membuat Mitha dan Rei saling pandang."Kalau dia punya saksi, masih ada harapan meskipun mungkin sedikit sulit karena Erna adalah orang yang bisa membalikkan situasi.""Dia punya uang untuk membeli kebenaran," ujar Kenriki dengan suara terbata."Walaupun begitu, kebenaran tetap akan menang asalkan orang itu kagak menyerah, kalo dulu lu mungkin banyak diem karena banyak yang lu khawatirkan, sekarang toh, semua juga udah pada tau terlebih orang-orang terdekat lu, mending lawan aja sampe abis, ada risiko emang,
Wajah Kenriki merah menahan malu tatkala mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri ia justru merasa senang karena diizinkan untuk menjamah istrinya kembali. Kenriki malu pada dirinya sendiri kenapa ia sekarang gampang bernafsu?Apakah ini normal? Atau, ia justru menderita sesuatu yang tidak beres setelah berhasil mengatasi perasaan takut disentuhnya tersebut?"Aku, cuma berpikir tentang reaksi ayahku saja, kalau nanti aku menceritakan semuanya pada beliau, mungkin aku tidak menceritakan semuanya, agar tidak membuat beliau terkena serangan jantung...."Akhirnya, Kenriki mengutarakan apa yang sejak tadi ia pikirkan sampai tidak bisa terlelap meskipun ia ingin melakukannya karena lumayan lelah."Kalau itu yang menurut kamu terbaik, enggak papa, perlahan aja, yang sekiranya perlu diceritakan, ceritakan lebih dulu, yang sekiranya terlalu tinggi resikonya ditunda sampai dapat waktu yang tepat untuk mengatakannya, yang penting itu adalah, kamu harus mengatakan pada beliau bahwa Erna ada
Kenriki kehabisan kata. Ia tidak tahu lagi, apa yang akan ia katakan pada sang istri untuk menyarankan bahwa istrinya akan membuang waktu jika tetap bersamanya padahal ia tidak bisa memberikan keturunan pada sang istri.Pada akhirnya, mereka bergantian untuk kembali mandi walaupun sebenarnya saat subuh haripun bisa mandi tapi baik Laura maupun Kenriki jika tidak langsung mandi keduanya justru tidak bisa tertidur usai melakukan hubungan suami-istri, karena itulah mau jam berapapun itu keduanya pasti membersihkan diri usai melakukan aktivitas intim tersebut.***Kegagalan Combro dan teman-temannya melakukan tugas membuat Lyoudra murka dan langsung menemui rentenir itu di rumahnya. Namun, sang rentenir balik mendamprat Lyoudra karena merasa terlalu menimpakan kesalahan pada mereka saja padahal mereka adalah tim yang sama dengan niat yang sama. Sementara itu, Erna yang sudah kesal karena ayah Kenriki tidak kunjung menghubunginya mengatakan Kenriki sudah kembali atau belum berniat untuk
"Bukan, Ari.""Ari?""Iya.""Terus berarti kasus Kenriki ini sudah dapat titik terang? Asalkan Ari mau bersaksi?""Benar. Tapi masalahnya, dia tidak mau melakukannya karena memikirkan akan menjadi heboh lantaran keluarganya tidak suka dia ada di depan publik.""Bukannya saksi juga bisa dirahasiakan identitasnya?""Tapi untuk masalah ini, kita perlu saksi di depan publik karena sudah terlanjur terlalu banyak orang tahu tentang Kenriki yang begini dan begitu.""Benar juga, jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanya Mitha dengan nada suara yang serius."Coba kamu bicarakan masalah ini dengan Ari, waktu kita tidak banyak, Erna sudah tidak lagi memberikan waktu pada ayah Kenriki itu artinya kapanpun dia akan melakukan apa yang diinginkannya tanpa peduli lagi dengan orang lain yang menerima akibatnya.""Masalah ini sudah dibicarakan ayah Kenriki, sebenarnya yang kita khawatirkan itu adalah kondisi Kenriki, sekarang traumanya sudah tidak terlalu parah, dia sudah bisa menyentuh dan disentuh ole
"Lu mau ketemu Erna?""Ya!""Kagak takut Erna macam-macam sama lu? Dia bisa membuat yang benar jadi salah begitu juga sebaliknya, lho.""Dia pikir dia siapa? Ayahku juga punya kuasa!"Kebetulan ini, biar ini cewek guna dikit, karena dia temen Sofia salah satu wanita yang membeli Kenriki, gue rasa bisa juga dia yang ngomong ke Sofia kalau kasus ini harus diluruskan, meskipun mungkin agak alot, karena Sofia pasti juga kagak mau lakinya tau sih....Hati Ari bicara demikian sambil mengusap wajahnya perlahan untuk memikirkan kata-kata yang tepat agar ia bisa bicara dengan baik pada Fani yang terkadang sulit untuk diajak bicara dengan kepala dingin jika sudah bicara dengannya. "Gue tanya sekali lagi, lu peduli dengan Kenriki karena demen sama dia, terus lu pengen nolong karena pengen gatel sama dia?" Fani melotot mendengar dua alternatif yang diucapkan oleh Ari. "Itu urusan aku, kenapa kamu repot mikirin soal itu?""Kenriki itu korban, lu jangan bikin pala dia makin sakit karena ulah lu