Kenriki kehabisan kata. Ia tidak tahu lagi, apa yang akan ia katakan pada sang istri untuk menyarankan bahwa istrinya akan membuang waktu jika tetap bersamanya padahal ia tidak bisa memberikan keturunan pada sang istri.Pada akhirnya, mereka bergantian untuk kembali mandi walaupun sebenarnya saat subuh haripun bisa mandi tapi baik Laura maupun Kenriki jika tidak langsung mandi keduanya justru tidak bisa tertidur usai melakukan hubungan suami-istri, karena itulah mau jam berapapun itu keduanya pasti membersihkan diri usai melakukan aktivitas intim tersebut.***Kegagalan Combro dan teman-temannya melakukan tugas membuat Lyoudra murka dan langsung menemui rentenir itu di rumahnya. Namun, sang rentenir balik mendamprat Lyoudra karena merasa terlalu menimpakan kesalahan pada mereka saja padahal mereka adalah tim yang sama dengan niat yang sama. Sementara itu, Erna yang sudah kesal karena ayah Kenriki tidak kunjung menghubunginya mengatakan Kenriki sudah kembali atau belum berniat untuk
"Bukan, Ari.""Ari?""Iya.""Terus berarti kasus Kenriki ini sudah dapat titik terang? Asalkan Ari mau bersaksi?""Benar. Tapi masalahnya, dia tidak mau melakukannya karena memikirkan akan menjadi heboh lantaran keluarganya tidak suka dia ada di depan publik.""Bukannya saksi juga bisa dirahasiakan identitasnya?""Tapi untuk masalah ini, kita perlu saksi di depan publik karena sudah terlanjur terlalu banyak orang tahu tentang Kenriki yang begini dan begitu.""Benar juga, jadi, apa yang harus aku lakukan?" tanya Mitha dengan nada suara yang serius."Coba kamu bicarakan masalah ini dengan Ari, waktu kita tidak banyak, Erna sudah tidak lagi memberikan waktu pada ayah Kenriki itu artinya kapanpun dia akan melakukan apa yang diinginkannya tanpa peduli lagi dengan orang lain yang menerima akibatnya.""Masalah ini sudah dibicarakan ayah Kenriki, sebenarnya yang kita khawatirkan itu adalah kondisi Kenriki, sekarang traumanya sudah tidak terlalu parah, dia sudah bisa menyentuh dan disentuh ole
"Lu mau ketemu Erna?""Ya!""Kagak takut Erna macam-macam sama lu? Dia bisa membuat yang benar jadi salah begitu juga sebaliknya, lho.""Dia pikir dia siapa? Ayahku juga punya kuasa!"Kebetulan ini, biar ini cewek guna dikit, karena dia temen Sofia salah satu wanita yang membeli Kenriki, gue rasa bisa juga dia yang ngomong ke Sofia kalau kasus ini harus diluruskan, meskipun mungkin agak alot, karena Sofia pasti juga kagak mau lakinya tau sih....Hati Ari bicara demikian sambil mengusap wajahnya perlahan untuk memikirkan kata-kata yang tepat agar ia bisa bicara dengan baik pada Fani yang terkadang sulit untuk diajak bicara dengan kepala dingin jika sudah bicara dengannya. "Gue tanya sekali lagi, lu peduli dengan Kenriki karena demen sama dia, terus lu pengen nolong karena pengen gatel sama dia?" Fani melotot mendengar dua alternatif yang diucapkan oleh Ari. "Itu urusan aku, kenapa kamu repot mikirin soal itu?""Kenriki itu korban, lu jangan bikin pala dia makin sakit karena ulah lu
"Iya, Papi juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Erna, meskipun video itu memperkuat, tapi Papi tetap percaya Kenriki bukan anak yang seperti itu. Pasti Kenriki ditekan, kita doakan saja masalah yang ditimbulkan Lyoudra selesai agar mereka cepat kembali.""Mereka kembali dengan kondisi rumah kita yang seperti ini, apakah mereka tidak keberatan?""Insya Allah, tidak. Tapi, Papi berjanji akan berusaha keras untuk mengembalikan kehidupan kita seperti dulu, Mami yang sabar dulu, ya."Tante Keisya hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya. Meskipun berat dan sangat sesak menerima kondisi mereka yang sekarang, namun, Tante Keisya berusaha ikhlas dan berharap Kenriki juga Laura akan kembali pada mereka untuk hidup bersama lagi.***Hari terus berlalu, aparat keamanan desa di mana Laura dan Kenriki tinggal sudah memproses masalah yang ditimbulkan oleh Combro dan teman-temannya. Dari keterangan Combro, rentenir yang ingin menikahi Laura akhirnya ikut ditangkap po
"Ah, kami pulang membawa kabar baik untuk kalian, Laura hamil, jadi sebentar lagi, kalian akan menimang cucu."Dengan wajah yang semringah, Kenriki mengatakan kondisi sang istri hingga itu membuat kedua orang tuanya terbelalak. Mereka langsung menatap ke arah Laura yang terlihat sangat tidak sehat. Tante Keisya sampai mendekati Laura dan memegang perut Laura dengan wajah yang terlihat bahagia. Laura hanya mengangguk ketika sang ibu mertua menatapnya seolah bertanya apakah benar dirinya hamil?"Alhamdulillah, ya Allah, terima kasih Sayang, kamu benar-benar memberikan kado terindah untuk kami, terima kasih...."Tante Keisya langsung mencium Laura di pipi kiri dan kanan sambil memeluk menantunya itu dengan situasi hati yang sangat terharu. Laura membalas pelukan hangat sang ibu mertua sambil mengucapkan kata syukur karena ia sangat bahagia melihat mertuanya antusias seperti itu. "Tadinya, meskipun kamu tidak hamil, kami tetap ingin kalian kembali ke rumah bersama kami, maafkan kesalah
"Biar aku saja, Pi!" kata Kenriki tapi sang ayah tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Ia meminta Kenriki dan juga Laura segera masuk ke dalam kamar saja sementara ia yang akan membuka pintu di depan. Karena sang ayah terus memaksa, akhirnya, Kenriki dan Laura menyerah. Mereka menurut untuk masuk ke kamar, setelah anak dan menantunya sudah masuk ke kamar, Pak Kinardo langsung melangkah ke depan untuk membuka pintu. Ingin tahu siapa yang ada di luar sana, karena ia mengira pasti itu adalah Erna.Setelah pintu dibuka, ternyata dugaan Pak Kinardo benar. Di depannya sudah berdiri Erna dengan beberapa pria yang pastinya itu adalah anak buah ayah Erna seperti yang sudah-sudah."Mana dia?" tanya Erna tanpa basa-basi."Siapa?""Ya, Kenriki! Aku tahu dia sudah pulang, ke mana dia? Suruh dia keluar atau orang-orangku akan memaksa dia untuk keluar!""Dia tidak ada di sini, kamu sudah gila?" bohong Pak Kinardo. "Anak buahku melihat Kenriki ada di sebuah klinik, dia pasti pulang
"Tidak, Laura! Jangan lakukan itu! Kau tidak perlu memikirkan kami, yang penting kau dan Kenriki sudah saling mencintai itu sudah cukup, apa gunanya hidup mewah kalau ternyata kalian tidak saling mencintai!"Perkataan Erna direspon oleh Pak Kinardo dengan lantang. Hingga Erna membentak pria itu untuk diam saja karena sekarang ia sedang bicara dengan Laura bukan dirinya."Jawab, Laura! Kau mau mengorbankan mertuamu? Kau ingin egois? Kau tidak mencintai Kenriki begitu juga sebaliknya, bukan? Kenapa kau tidak mencari pria lain untuk bisa menikah dengan kamu?" desak Erna, pada Laura, yang diam-diam mengepalkan telapak tangannya di hadapan wanita tersebut."Aku dan Laura saling mencintai!" bantah Kenriki dengan nada suara yang terbata, dan berusaha untuk melangkah menghampiri istrinya. Sedapat mungkin Kenriki berusaha untuk mengatasi perasaan terancamnya, dan setelah berhasil mendekati istrinya, tangannya langsung merangkul pundak sang isteri dengan erat seolah tidak mau kehilangan wanita
"Aku, tidak akan menikah dengan kamu sampai kapan pun, Erna!! Istriku hanya Laura, kau tidak bisa memaksa aku untuk meninggalkan dia, dia hamil anakku, jadi kau tidak perlu memberikan obat penawar itu segala padaku!" kecam Kenriki tapi Erna mendelik padanya."Aku sedang bicara dengan Laura, bukan kamu, kamu diam saja!" bentaknya arogan. Lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada Laura dengan sorot mata yang berapi-api."Jawab, Laura! Kau tinggalkan Kenriki maka mertua dan suami kamu itu akan lepas dari tekanan, aku yakin anak yang ada di dalam kandunganmu itu bukan anak Kenriki, aku berani bertaruh!"PLAKK!!Satu buah tamparan diterima oleh Erna, dan yang melakukan hal itu adalah Laura. Erna terkejut bukan main mendapatkan perlakuan seperti itu dari Laura, kemarahannya tersulut setelah tadi sempat berusaha untuk sabar. Ketika Erna ingin mendamprat Laura, Laura tidak memberikan kesempatan pada perempuan itu untuk bicara. "Sekali lagi kamu bilang kalau anak ini bukan anak Kenriki,
"Iya, kamu benar, aku juga berharap seperti itu, lagipula apa yang bisa kita takutkan? Anak ini anak kita, dites berapa kali juga tetap saja anak kita."Kenriki menarik napas lega mendengar ucapan sang istri, artinya istrinya tidak lagi merasa tertekan karena situasi yang baru saja mereka alami. Genggaman tangannya di telapak tangan istrinya semakin erat seolah menegaskan, ia tidak akan meninggalkan istrinya apapun keadaannya nanti di masa depan. "Aku tadi sedikit terkejut mendengar kata-kata kamu tadi pada Kak Lyoudra, seperti bukan kamu, tapi aku tahu kamu melakukan itu karena kamu ingin membuat kakakmu sadar sudah terlalu berlebihan pada kita."Kenriki bicara, dan Laura tersenyum tipis mendengarnya."Kamu juga, enggak seperti biasanya, merespon perkataan dia yang tadi, aku cuma mengimbangi, karena kurasa kamu sedang merencanakan sesuatu jadi aku hanya ikut saja meskipun aku tidak tahu apa yang sebenarnya kamu rencanakan.""Istri cerdas. Terima kasih, dan semoga saja itu membuat K
Telapak tangan Laura mengepal mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak, jika tadi ia berniat untuk diam saja tanpa ingin ikut campur apa yang mungkin menjadi rencana Kenriki, sekarang, Laura sudah hilang kesabaran. Mungkin Kenriki yang merespon cemoohan kakaknya itu benar kakaknya memang harus sekali-kali dijawab dengan sombong agar perempuan itu juga bisa menghargai ia dan suaminya mulai sekarang."Untuk Kenriki, aku memang menanggalkan semua perasaan malu atau pasifku selama ini, Kak! Kalau aku tidak berinisiatif untuk menyentuhnya, dengan berbagai cara, aku tidak akan membuat dia bisa disentuh, mungkin selamanya dia tetap menjadi suami tak tersentuh, jadi untuk sebuah hal yang mendesak, aku memang tidak seperti Laura yang biasanya, tapi bukankah itu baik? Aku agresif pada suamiku sendiri!"Kenriki dan juga Lyoudra dibuat kaget ketika tiba-tiba saja, Laura bicara seperti itu pada Lyoudra. Apalagi Lyoudra, ia terlihat tidak hanya kaget, tapi juga merasa marah karena wajahnya jadi
"Kamu serius?" tanya Kenriki saat usai mendengar harapan sang istri.Laura mengangguk, dan Kenriki tersenyum melihat anggukan kepala istrinya."Kau tidak malu kalau ada yang bilang aku aneh karena aku yang seperti itu?" Kembali Kenriki melontarkan pertanyaan, dan Laura memeluk tubuh Kenriki yang masih polos seolah meyakinkan apa yang ia putuskan benar -benar sebuah harapan yang ia inginkan."Tapi, kalau aku ingin kamu seperti itu, aku pasti akan membuat kamu tersiksa, jadi semua aku kembalikan sama kamu, di luar dari pada itu tentu saja kamu yang sehat adalah sebuah harapan untukku, keinginan aku itu hanya sebuah keinginan bahwa aku tidak rela ada perempuan lain yang merebut kamu dariku."Laura bicara sambil memeluk suaminya, dan Kenriki balas memeluk sang istri sambil sesekali mengecup kening istrinya seolah menegaskan bahwa ia senang dengan apa yang diucapkan oleh Laura padanya."Sebenarnya, apa yang kamu harapkan itu pernah aku pikirkan sebelumnya....""Benarkah? Kau juga berharap
Kenriki gugup, hingga hal itu membuat dirinya langsung menangkap tangan istrinya lalu ia membalikkan tubuhnya ke arah sang istri. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya seperti orang bodoh dengan jantung yang berdebar kencang. Padahal, mereka sudah sering melakukan hal yang sangat intim namun tetap saja Kenriki seperti baru berdekatan dengan sang istri dengan perasaan dan hati yang tidak tenang, disertai debaran jantung yang juga tidak bisa membuat dirinya rileks."Melakukan tugas yang harus aku lakukan...."Laura menjawab dengan wajah yang merona, dan Kenriki geleng-geleng kepala mendengar hal itu. "Tidak perlu memaksakan diri, kamu tertekan dengan situasi sekarang yang tidak memungkinkan kita untuk -""Riki! Laura! Kalian di dalam?"Tiba-tiba saja, suara Tante Keisya terdengar, memotong ucapan Kenriki yang tadi sudah separuh kalimat. "Ya! Ada apa, Mi!" sahut Kenriki dengan suara sedikit terbata lantaran terkejut ibunya tiba-tiba berteriak. "Mami mau nyusul Papi dulu, ada yang harus k
"Soal apa itu?" tanya Kenriki dengan wajah yang terlihat tegang. Tidak ingin melihat istrinya khawatir seperti itu.Mendengar pertanyaan Kenriki, Laura bukannya langsung menjawab, perempuan itu mengalihkan pandangannya ke arah lain menghindari tatapan mata suaminya yang sedang menatapnya dengan sorot mata yang tajam karena khawatir dengan apa yang diucapkannya tadi."Sayang, kenapa tidak bicara? Kamu khawatir soal apa? Apakah karena obat itu, Erna menekan kamu?" tanya Kenriki lagi dan pertanyaan keduanya kini membuat Laura menatapnya sesaat dengan wajah yang terlihat sedikit salah tingkah. Membuat Kenriki semakin penasaran."Wajahmu merah, apakah yang kau khawatirkan itu bukan hal yang berbahaya tapi.....""Ah! Tidak! Aduh, gimana ya, ngomongnya, aku enggak tahu, apakah aku harus percaya atau tidak, tapi mungkin untuk masalah ini, kita bisa konsultasikan pada Dokter Linda kalau kita sudah punya uang.""Sampai harus konsultasi? Memangnya ada apa? Apa yang dikatakan Erna padamu?" Kenr
"Ya.""Kamu serius?""Serius, tapi, bukannya kamu sekarang enggak suka lagi sama aku? Percuma aja, kan? Lupakan aja.""Aku selalu suka sama kamu, Erna, meskipun kamu tidak menyukaiku karena di hatimu hanya ada Riki, tapi buat aku kamu tetap seseorang yang aku sukai.""Kenapa? Aku sudah banyak membuat kesalahan, aku bikin hidup Kenriki rusak, aku juga membuat perusahaan orang tuanya bangkrut, aku, ah! Kamu akan malu kalau kamu bersama dengan aku.""Asalkan kamu berubah, aku tidak akan malu, kamu sudah menyerahkan obat penawar itu pada Riki, artinya, kamu sudah berubah dan sadar kesalahan, sekarang, tiba waktunya kamu belajar melupakan dia, karena masih ada seseorang yang tulus untuk kamu."Erna bungkam. Perasaan dan hatinya bergejolak, rasanya sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata, sampai akhirnya...."Kalau begitu, apakah sekarang kita jadian?" tanya Erna sambil berpaling dan menatap wajah Sakti dengan sorot mata penuh arti."Asalkan kamu berjanji untuk merelakan Riki dengan Laura.
Keterkejutan Sakti membuat pria itu mendorong spontan Erna. Dan itu membuat tubuh Erna tersentak ke belakang. Ini membuat Erna memalingkan wajahnya sendiri karena merasa wajahnya memanas, dan ia khawatir wajahnya menjadi merah dan Sakti melihat hal itu.Erna tidak tahu, bahwa, kondisi wajahnya itu juga dialami oleh Sakti. Wajah Sakti juga merah dan saat ini pria itu juga sedang memalingkan wajahnya ke arah samping seperti halnya Erna. Untuk beberapa saat, mereka saling diam, sampai akhirnya, Sakti yang berdehem beberapa kali agar situasi canggung mereka bisa musnah."Kenapa kau melakukan itu?" Cara bicara Sakti berubah kembali menjadi memakai aku dan kamu meskipun tadi sudah tidak lagi walaupun Erna meminta hal itu dilakukannya. Erna berpaling mendengar pertanyaan tersebut, terutama karena Sakti jadi merubah cara bicaranya seperti yang tadi diinginkannya."Ternyata benar...."Jawaban yang diberikan oleh Erna tidak membuat Sakti puas, bahkan bingung apa yang sebenarnya dimaksud oleh
Sebuah mobil nyaris menabrak Erna hingga pemilik mobil itu menghentikan mobilnya secara mendadak. Bunyi decit ban beradu keras dengan aspal jalan terdengar memekakkan telinga tatkala mobil itu berusaha untuk mencegah kecelakaan terjadi. Mobil itu memang tidak menabrak Erna, namun cukup membuat pengemudi mobil shock karena insiden tersebut lalu ia segera keluar dari mobilnya untuk mendamprat Erna, karena berjalan tanpa melihat situasi kondisi.Akan tetapi, ketika ia keluar dan menghampiri Erna yang berdiri mematung seperti orang bodoh di tempatnya, pemilik mobil itu terkejut saat melihat siapa yang baru saja ingin ditabraknya."Erna!" katanya, sambil menarik tangan perempuan itu untuk menyingkir dari depan mobilnya.Erna mengangkat wajahnya, dan menatap pemilik mobil yang tidak lain adalah Sakti itu dengan senyum kecut terukir di bibirnya. "Kenapa enggak ditabrak sekalian? Aku nunggu, lho...."Mendengar apa yang diucapkan oleh Erna, Sakti semakin terkejut karena terlihat sekali Erna
Erna tersenyum kecut mendengar ancaman yang diucapkan oleh Laura padanya. Wajahnya tidak berubah sama sekali ekspresinya, meskipun sebenarnya wanita itu tidak suka mendengar apa yang diucapkan oleh Laura tadi padanya."Jadi, kau tetap kukuh mendukung Riki untuk tidak mau memilih salah satu tawaran yang aku berikan padanya?" tanya Erna beberapa saat kemudian."Ya.""Bagaimana kalau nanti resiko dari apa yang diputuskan Kenriki terjadi padanya, kau tidak bisa puas dengan dia secara batin karena dia sudah hilang keperkasaan, apakah kau akan meninggalkan dia?""Tidak, karena aku mencintai dia dengan tulus tanpa mengharapkan balasan apapun, meskipun keadaan dia tidak lagi sempurna sebagai seorang pria, aku tetap tidak akan meninggalkannya.""Kau bisa bicara seperti itu karena belum merasakan berpuasa tanpa melakukan hubungan intim, Laura, aku yakin setelah itu juga kau tidak akan kuat menjalani semuanya, dan pernikahan kalian akan berantakan hingga membuat Kenriki terpuruk semakin dalam."