"Tidak, Laura! Jangan lakukan itu! Kau tidak perlu memikirkan kami, yang penting kau dan Kenriki sudah saling mencintai itu sudah cukup, apa gunanya hidup mewah kalau ternyata kalian tidak saling mencintai!"Perkataan Erna direspon oleh Pak Kinardo dengan lantang. Hingga Erna membentak pria itu untuk diam saja karena sekarang ia sedang bicara dengan Laura bukan dirinya."Jawab, Laura! Kau mau mengorbankan mertuamu? Kau ingin egois? Kau tidak mencintai Kenriki begitu juga sebaliknya, bukan? Kenapa kau tidak mencari pria lain untuk bisa menikah dengan kamu?" desak Erna, pada Laura, yang diam-diam mengepalkan telapak tangannya di hadapan wanita tersebut."Aku dan Laura saling mencintai!" bantah Kenriki dengan nada suara yang terbata, dan berusaha untuk melangkah menghampiri istrinya. Sedapat mungkin Kenriki berusaha untuk mengatasi perasaan terancamnya, dan setelah berhasil mendekati istrinya, tangannya langsung merangkul pundak sang isteri dengan erat seolah tidak mau kehilangan wanita
"Aku, tidak akan menikah dengan kamu sampai kapan pun, Erna!! Istriku hanya Laura, kau tidak bisa memaksa aku untuk meninggalkan dia, dia hamil anakku, jadi kau tidak perlu memberikan obat penawar itu segala padaku!" kecam Kenriki tapi Erna mendelik padanya."Aku sedang bicara dengan Laura, bukan kamu, kamu diam saja!" bentaknya arogan. Lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada Laura dengan sorot mata yang berapi-api."Jawab, Laura! Kau tinggalkan Kenriki maka mertua dan suami kamu itu akan lepas dari tekanan, aku yakin anak yang ada di dalam kandunganmu itu bukan anak Kenriki, aku berani bertaruh!"PLAKK!!Satu buah tamparan diterima oleh Erna, dan yang melakukan hal itu adalah Laura. Erna terkejut bukan main mendapatkan perlakuan seperti itu dari Laura, kemarahannya tersulut setelah tadi sempat berusaha untuk sabar. Ketika Erna ingin mendamprat Laura, Laura tidak memberikan kesempatan pada perempuan itu untuk bicara. "Sekali lagi kamu bilang kalau anak ini bukan anak Kenriki,
Salah satu anak buah Erna langsung memberikan ponselnya pada Erna setelah bicara demikian pada Erna. Dengan wajah yang terlihat tidak nyaman karena antara tidak suka mendengar kabar itu tapi juga merasa was-was, Erna akhirnya mendekatkan ponsel itu ke salah satu telinganya untuk berkomunikasi dengan sang ayah yang sekarang sedang tidak ada di rumah lantaran sedang melakukan perjalanan bisnis.{Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Erna! Kenapa Tuan James menghubungi Papi dan mengatakan kau sudah melakukan tindakan yang mengecewakan padanya? Kau tahu, dia salah satu rekan bisnis Papi yang sangat berpengaruh dengan perusahaan kita!}Suara sang ayah terdengar di seberang sana dan Erna sangat tahu kalau suara itu suara ayahnya yang sedang marah.{Aku tidak melakukan apapun, Pi, itu masalah dia sama istrinya, enggak ada hubungannya sama aku!}Erna mencoba untuk membela diri. Namun, sang ayah tetap tidak reda juga kemarahannya hingga pria itu memberikan ultimatum pada Erna agar ia tidak membuat
Mendengar apa yang dikatakan oleh Kenriki, Mitha dan Laura saling pandang. Kenriki tidak tahu kalau Fani sebenarnya menjadi salah tingkah karena tadi pria itu merubah cara bicaranya dengan lebih santai."Tidak perlu dipikirkan, kamu turuti aja apa kata dia, bersikap formal, mungkin itu menurutnya jauh lebih baik." Mitha yang menjawab pertanyaan Kenriki dan Laura akhirnya mengiyakan, karena sepertinya, Mitha tahu ia cemburu pada psikiater tersebut, hingga perempuan itu bicara demikian.Kenriki manggut-manggut, tidak curiga sama sekali jika Mitha bicara demikian agar ia tidak tahu kenapa Fani jadi berubah pikiran seperti itu."Mith, apakah yang tadi kamu katakan pada psikiater itu benar? Kamu bilang, Kenriki masih belum bisa mengatasi perasaan traumanya pada sejumlah wanita...."Dengan nada suara yang hati-hati, Laura bicara, sambil melirik ke arah sang suami yang saat itu memperhatikan ayah dan ibunya yang masih bicara serius dengan Dewa.Mitha mengarahkan pandangannya pada Kenriki l
Laura bicara demikian dengan nada suara yang terdengar hati-hati, dan Mitha menghela napas mendengar pertanyaan Laura tersebut."Ibumu, ibumu yang mengatakan hal itu, beliau berusaha untuk mencegah aksi kakakmu, tapi Lyoudra justeru berbuat kasar padanya, sangat sulit untuk menghentikan kakakmu....""Astagfirullah...."Penjelasan Mitha membuat Laura tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tidak menyangka kakaknya akan bertindak sejauh itu, untungnya, Kenriki menahan tubuhnya hingga tidak terjatuh, rasanya, Laura benar-benar tidak paham, apa yang dipikirkan oleh sang kakak sampai bertindak seperti itu padanya dan juga Kenriki.Akhirnya, Mitha dan Dewa benar-benar pamit pulang. Pada Kenriki, Dewa lagi-lagi mengingatkan, jika Erna kembali berbuat ulah, maka Kenriki harus cepat menghubunginya agar mereka mengantisipasi hal itu.***Setelah menenangkan diri di rumah orang tuanya, Kenriki dan Laura akhirnya ke rumah sakit. Langkah pertama, mereka memeriksa kehamilan Laura, dan dokter mengatakan, k
Wajah Laura merah mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Dokter Linda. Untuk sesaat, ia tidak menjawab, sampai Kenriki berpaling ke arahnya, lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Dokter Linda."Aku rasa bukan karena pelukan itu...."Apa yang diucapkan oleh Kenriki membuat Laura spontan berpaling ke arah Kenriki. Dokter Linda langsung menatap pada suami Laura tersebut seolah penasaran apa yang akan diucapkan oleh Kenriki padanya."Lanjutkan, Riki," pinta sang dokter, dengan wajah yang serius."Keberanianku muncul pertama kali saat aku terdesak situasi, saat itu anak buah rentenir itu menerobos masuk ke kost kami, mereka ingin berbuat kurang ajar pada Laura, dari kejadian itu, rasanya aku sangat terguncang, aku merasa tidak menjadi suami yang baik untuk Laura karena membiarkan dia tidak tersentuh dan masih perawan.""Lalu, karena kamu berpikir seperti itu, kamu langsung terpacu untuk berusaha menyentuh?""Sepertinya begitu.""Apakah pada hari yang sama, kalian melakukan hubungan
Perkataan Kenriki membuat mertua Kenriki dan Lyoudra terkejut bukan kepalang."Kamu hamil, Laura?" tanya sang ibu sambil menatap perut Laura lalu beralih menatap wajah sang anak."Iya, Ma. Aku sekarang hamil, dan ini anak Kenriki, kami-""Bohong! Itu pasti bukan anak Kenriki, itu pasti anak Pasha, Laura itu sukanya sama Pasha, bukan Kenriki!" bantah Lyoudra dengan suara yang meninggi.Ini membuat sang ibu buru-buru mendekati tepi pembaringan Lyoudra, karena Lyoudra terlihat tidak bisa mengendalikan dirinya seperti itu hingga perempuan tersebut khawatir kondisi Lyoudra semakin buruk, namun, Lyoudra yang dikhawatirkan oleh sang ibu justru mengambil tindakan yang tidak disangka-sangka.Perempuan itu mencabut selang infus di tangannya dan segera turun dari tempat tidur lalu bergegas menghampiri Laura meskipun langkahnya terhuyung.Belum lagi Laura tahu apa yang akan dilakukan oleh sang kakak, tiba-tiba saja, tangan Lyoudra menarik tangan Laura dan menyentakkan tubuh sang adik dengan kasa
"Tindakan Kak Lyoudra itu sudah melanggar hukum, Ma! Hukum tidak mengenal saudara atau apa, itu sebabnya penting menjaga sikap, apakah ketika Kak Lyoudra melakukan sesuatu yang membuat kami tersiksa dia berpikir bagaimana dampaknya untuk kami?"Yang merespon perkataan ibunya Laura dan Lyoudra adalah Kenriki, hingga sang ibu mertua langsung menatap wajah Kenriki seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh sang menantu padanya."Tapi dia kakak Laura, Riki, dia seperti itu hanya karena mencintai kamu, entahlah, padahal dia bisa saja mencari pria lain untuk dicintainya, Mama sudah berusaha untuk membuat dia melupakan kamu, tapi tetap saja usaha Mama gagal.""Justru karena dia kakak Laura, harusnya dia berpikir panjang sebelum berbuat, Mama selalu memikirkan Kak Lyoudra hanya karena dia sakit, apakah menurut Mama, Laura tidak butuh perhatian karena dia sehat? Dia terlalu banyak mengalah selama ini pada Kak Lyoudra, dan secara tidak langsung situasi itu membuat Kak Lyoudra jadi sera