"Dia tidak akan bunuh diri, dia seperti itu hanya mengancam saja, mencari perhatian dengan cara demikian, ketika Anda melarang maka itulah yang ia inginkan tapi nanti hal itu kembali terulang terus dan terus lalu akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan mencetak karakter egois dalam dirinya.""Bagaimana kalau apa yang Dokter katakan itu meleset? Bagaimana kalau ternyata dia akan benar-benar bunuh diri? Anda pikir, nyawa bisa dibeli kalau sudah seperti itu?""Bu, kemungkinan seperti itu mungkin ada, tapi Ibu harus siaga ketika mungkin dia benar-benar akan melakukannya, namun saya berani bertaruh, orang yang suka mengancam seperti itu sebenarnya hanya mengancam, tidak benar-benar ingin melakukan.""Lyoudra bukan tipe anak seperti itu, jika dia bicara dia akan melakukannya, tidak pernah hanya sekedar ancaman!""Lalu, apakah Ibu akan seterusnya mendukung sikapnya yang seperti itu lalu mengorbankan orang lain untuk dia?"Ibunya Laura terdiam. Ia tidak tahu harus merespon bagaimana pertanyaan
"Papa ngomong apa? Tentu saja Kenriki sehat, dia tidak menderita sakit seperti itu, Kenriki cuma menderita trauma aja, Pa!"Laura yang langsung merespon pertanyaan sang ayah, khawatir suaminya akan down mendengar mertuanya berpikir demikian, tapi kekhawatiran Laura tidak terbukti, Kenriki seolah maklum dengan apa yang dikatakan oleh ayah mertuanya, hingga pria itu tidak tersinggung meskipun jauh di dasar hatinya ada perasaan sesak dirasakan namun ia berusaha maklum, apa yang dikhawatirkan oleh ayah mertuanya itu beralasan. Wajar, karena ia memiliki anak baik-baik seperti Laura dan wajar jika seorang ayah ingin yang terbaik untuk anaknya. Namun, tidak dapat dipungkiri, rasa percaya diri Kenriki yang sedikit demi sedikit terkumpul kini mulai terkikis saat berpikir bagaimana kalau apa yang dikatakan sang ayah mertua itu benar?"Iya, Papa tahu, Papa cuma khawatir, ada baiknya Kenriki periksa, jangan sampai nanti tidak terdeteksi, karena itu akan membahayakan kalian berdua."Sang ayah me
"Tidak!""Kenapa?""Karena aku enggak melakukan pemalsuan laporan itu, mana mungkin aku mengaku! Kamu jadi kayak Mitha aja sih? Sembarangan menyimpulkan?""Ya, sudah. Kalau kau memang berkeras tidak mau mengaku, biarkan yang ahli menyelidiki, dan untuk apa yang kamu inginkan tadi, aku juga tidak bisa mengabulkan keinginan kamu, kesehatan itu untuk kamu sendiri, kamu yang merasakan rasanya bagaimana, jadi orang hanya menganjurkan saja."Setelah bicara demikian, Dokter Ahmad berbalik, dan ingin beranjak dari tepi pembaringan Lyoudra, namun, gerakannya terhenti ketika Lyoudra berteriak memanggilnya dengan nada suara yang meninggi pertanda perempuan itu kesal dengan apa yang diucapkan oleh Ahmad tadi."Kau ini dokter atau bukan? Kenapa kau sangat santai melihat pasien sakit seperti aku? Kau tidak pantas menjadi seorang dokter kalau demikian! Tidak mau berusaha membujuk pasien dengan berbagai cara agar dia sembuh!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Lyoudra, dokter bertubuh tinggi dan ber
Semua yang ada di situ saling pandang mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya Laura.Ahmad yang tidak menyangka dituding demikian merasa heran dengan apa yang diucapkan oleh wanita tersebut, dan ia membiarkan ibunya Laura itu mendekati dirinya. "Apa yang Anda katakan?" tanyanya setelah mereka saling berhadapan dengan jarak yang dekat. "Lyoudra tidak mau dirawat, tidak mau sembuh, tidak mau melakukan serangkaian pemeriksaan, itu katanya karena ucapan Dokter, apakah harus seperti itu, Dokter? Saya tahu, anak saya memang agak sulit orangnya, tapi, apakah harus seperti itu? Anda seorang dokter, apakah wajar menjatuhkan mental anak saya?"Laura yang mendengar ucapan ibunya berusaha untuk mencegah ibunya memberondong Dokter Ahmad seperti itu.Namun, Ahmad memberikan isyarat padanya untuk diam saja di tempatnya karena ia ingin menghadapi ibunya Laura seorang diri."Saya bukan dokter yang berwenang di rumah sakit ini, Bu. Anak Anda memaksa saya untuk menjadi dokter pribadinya, dengan alasan
"Heem, lagi-lagi kamu bisa menebaknya.""Apa yang dia katakan? Dia nembak kamu? Atau, ini baru feeling kamu yang tahu maksud dia?""Aku bukan geer, tapi sikap dia memang sangat kentara, aku menghindari pasien dengan maksud seperti ini, aku menuruti kemauan dia untuk berinteraksi santai karena ingin dia tidak tertekan, tapi rautnya mengatakan, kalau aku mematuhi itu karena aku suka padanya.""Heem, Lyoudra itu sepertinya sangat mudah untuk mengatakan suka pada seseorang, ya? Setengah mati mengejar Kenriki, tapi melihatmu dengan jarak yang dekat, sekarang yang disukainya adalah kamu.""Apa itu karena dia kecewa, Kenriki akhirnya bisa membuat Laura hamil?""Dia enggak lihat cincin kawin di jari kamu apa?""Aku pakai sarung tangan!""Astaga!"Mitha sampai melupakan kalau Ahmad selalu memakai sarung tangan, bagaimana dokter tampan itu bisa diketahui kalau memakai cincin kawin segala?Ahmad memang sudah menikah, meskipun pernikahan sang dokter terselenggara karena sebuah perjodohan, Mitha y
"Saat sedang terobsesi, Kak Lyoudra akan melakukan apa saja untuk meraih apa yang ia mau, dulu aku ingat sekali, ketika masih SMA, demi untuk mencegah aku belajar bareng dengan Pasha, dia yang sakit karena kecelakaan berusaha untuk terlihat baik-baik aja agar dia juga bisa ikut dengan kami.""Akhirnya? Bisa?"Laura mengangguk. Kenriki geleng-geleng kepala jadinya. Tidak bisa berkata apa-apa lagi karena memang kakak iparnya itu sudah ada di level tingkat tinggi untuk membuat orang lain takluk dengan keinginannya."Jadi, menurutmu, dia akan melakukan sesuatu pada Mitha lewat Dokter Ahmad?" tanya Kenriki, dan Laura menganggukkan kepalanya kembali. "Tapi, Dokter Ahmad pasti tidak akan tinggal diam, kan?""Dia dokter. Peran dokter harus selalu ada untuk pasien, meskipun dia tidak sedang bertugas di sini, tapi tetap saja dia merasa bertanggung jawab ketika dia didaulat seperti tadi, ditambah lagi ibuku juga memohon seperti itu, dia pasti tidak akan bisa menolak....""Kita awasi, jangan sam
"Apa yang bisa saya bantu?" sahut Ahmad, sambil mendekati dokter yang memeriksa Lyoudra. Dokter itu memberikan isyarat pada Ahmad untuk mengikutinya ke dalam ruangan rawat inap Lyoudra. Kenriki dan Laura saling pandang, wajah mereka terlihat tegang. Sementara ibunya Laura hanya bisa mengusap wajahnya berulang kali, berdoa semoga Ahmad bisa membujuk Lyoudra untuk melakukan pemeriksaan ulang. "Ma, apa yang terjadi?" tanya Laura pada ibunya, tidak tahan hanya menunggu saja penjelasan sementara dokter yang memeriksa kakaknya sudah masuk kembali ke dalam ruangan sang kakak sambil mengajak Ahmad pula."Lyoudra mengalami kejang beberapa kali di dalam, kondisinya tidak stabil, kata dokter itu karena emosinya yang berlebihan, darahnya jadi panas, dan ini membuat kondisi kakakmu semakin tidak baik."Kenriki langsung merengkuh pundak istrinya saat melihat wajah sang istri shock ketika mendengar penjelasan yang diberikan oleh ibu mertuanya.Laura tidak bisa berkata-kata. Apa lagi yang harus ia
Teriakan Lyoudra membuat situasi di ruangan itu semakin tegang, bahkan Laura dan juga Kenriki sampai berdiri di depan pintu ruang rawat inap Lyoudra karena ingin tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi.Sementara itu, Ahmad yang menerima ancaman dari Lyoudra hanya berbalik dan menatap lurus ke arah kakak Laura tersebut. Wajahnya tidak bereaksi sama sekali, namun, telapak tangan dokter itu mengepal pertanda ia menahan emosinya yang sedikit terpancing atas ancaman yang dilakukan oleh Lyoudra padanya tadi."Kau mau bunuh diri? Sekarang aku tanya padamu, kau ingin sembuh atau sakit?" tanya Ahmad dengan sorot mata tajamnya menatap Lyoudra sambil mengucapkan pertanyaan tersebut."Tentu saja aku mau sembuh! Aku capek sakit terus!""Kalau kau ingin sembuh, berhenti bersikap seperti anak kecil! Kau tidak malu dengan anak-anak yang menderita sakit yang sama seperti kamu? Dia kuat dan patuh dengan aturan yang dibuat oleh dokter!""Baiklah! Oke! Aku akan patuh, tapi aku mau kamu yang membimbingku