"Insya Allah!" Apa yang dikatakan Kenriki membuat Laura spontan berpaling ke arah sang suami. Tadinya, ia ingin menolak permintaan sang ibu karena ia khawatir Lyoudra melakukan hal buruk lagi pada suaminya seperti yang sudah-sudah, namun kesanggupan Kenriki membuat ia tidak paham, apakah Kenriki tidak memikirkan akibatnya jika menerima permohonan ibunya?"Apa maksudnya dengan insya Allah? Kamu bersedia, Riki?" tanya ibu mertuanya seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut menantunya."Iya, Ma. Insya Allah, aku akan melakukannya, daripada merepotkan Dokter Ahmad, dia juga tidak mungkin bertahan di sini, dia punya istri, tugasnya bukan di sini, sudah cukup kita membuat dia repot seperti sekarang, tidak perlu menambah lagi, aku tidak enak dengannya."Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, ibunya Laura menarik napas lega. Ia mengucapkan banyak terima kasih pada menantunya tersebut lalu setelah itu menatap ke arah Laura, tapi wanita itu tidak bicara satu patah katapun,
"Iya, Ma. Aku tahu, aku tidak akan ingkar janji," sahut Kenriki dan sang ibu mertua menarik napas lega mendengar apa yang diucapkannya dan ia tidak lagi bertanya apapun pada Laura dan Kenriki setelah itu karena ia langsung berbalik dan melangkah masuk ke ruang rawat inap sang anak sulung. "Jangan khawatir, aku tidak akan gegabah. Apa yang dulu pernah terjadi akan membuat aku berhati-hati menghadapi Kak Lyoudra, jadi kamu tidak perlu banyak berpikir, insya Allah, kita bisa melewati ini berdua."Kenriki bicara demikian pada sang istri ketika melihat wajah Laura masih terlihat tidak tenang. "Baiklah. Aku percaya padamu. Terima kasih untuk kepedulian kamu pada Kak Lyoudra, meskipun kamu kesal dengannya tapi kamu tetap menganggap dia keluarga, aku akan mendampingi kamu, meskipun aku enggak boleh masuk, tapi aku harus mendampingi kamu setiap kamu ke rumah sakit, aku enggak mau kamu sendirian, biar dia enggak ada celah menggoda kamu lagi.""Kamu cemburu?"Wajah Laura merah mendengar tebaka
Laura bicara demikian sambil terus mendekati suaminya yang sekarang tidak bisa ke mana-mana lagi karena di belakangnya tembok rumah sakit. "Bu-bukan, bukan seperti itu, aku hanya...."Apa yang harus aku katakan? Apakah aku harus jujur mengatakan kalau aku sedang bergairah padanya? Itu terdengar seperti seorang maniak, aku ini kenapa? Setelah sulit disentuh, sekarang aku gampang bergairah dengan istriku, aku khawatir dia justru bosan padaku....Hati Kenriki meneruskan ucapannya yang menggantung, sambil berusaha berpikir apa yang harus ia katakan untuk menjawab sejumlah pertanyaan istrinya, agar istrinya yang sedang hamil tidak khawatir berlebihan dengannya. Sementara itu, Laura yang tidak mau suaminya kembali tidak tersentuh menarik lengan suaminya untuk masuk ke dalam toilet wanita! Kenriki terkejut dengan aksi yang dilakukan istrinya. Bagaimana jika ada yang melihat ia masuk ke toilet wanita? Ada pertanyaan seperti itu yang bergulat di otak Kenriki tapi mereka sekarang sudah ada di
Wajah Laura merona mendengar pertanyaan yang diberikan oleh sang suami, karena itu tepat dan memang itulah yang ia pikirkan, namun entah kenapa, untuk mengiyakan, Laura juga malu hingga wajah salah tingkahnya membuat Kenriki menjadi gemas."Baiklah, kita pulang, aku benar-benar akan menagih hadiah itu darimu."Karena Laura tidak kunjung menjawab pertanyaan darinya, Kenriki menyimpulkan sendiri, sebab dari ekspresi wajah istrinya saja ia bisa menyimpulkan bahwa hadiah yang dimaksud istrinya adalah hadiah berhubungan intim, dan entah kenapa, Kenriki senang mendengarnya hingga tidak sabar untuk pulang ke rumah.Mereka langsung kembali ke ruang rawat inap Lyoudra. Dan keduanya tidak diizinkan oleh ibunya Laura untuk masuk karena Lyoudra masih tidak mau bertemu dengan mereka.Dokter Ahmad keluar dari ruangan Lyoudra dengan wajah yang sedikit lelah, Laura dan Kenriki menyambutnya dengan perasaan bersalah menyelimuti."Maaf, Dokter. Sudah merepotkan, tapi insya Allah, jika Dokter sudah kemb
Wajah Kenriki memucat mendengar apa yang diucapkan oleh Lyoudra. Namun, pria itu berusaha untuk tetap mengendalikan diri agar tidak terpancing oleh apa yang dikatakan oleh sang kakak ipar. Meskipun sebenarnya sekarang Kenriki merasa sekujur tubuhnya mulai gemetar karena perasaan terancam itu semakin nyata."Ya, bagaimana? Mau aku hubungi dia agar kamu mendengarkan langsung bagaimana pendapat dia tentang kamu saat memuaskan mereka?""Cukup!"Teriakan Kenriki membuat Laura yang berjaga di depan pintu langsung membuka pintu ruang rawat inap sang kakak, karena khawatir dengan keadaan suaminya. Sementara itu, Kenriki yang tidak sadar sudah berteriak, mundur perlahan berusaha mengendalikan dirinya yang sulit untuk dikendalikan karena rasa terancam itu semakin nyata."Aku tidak meminta kamu masuk Laura, aku belum selesai bicara dengan Kenriki!"Merasa terganggu dengan kehadiran sang adik, Lyoudra langsung mengucapkan kata-kata itu ketika Laura masuk ke ruang rawat inapnya."Aku tidak mau Kak
Mendengar apa yang diucapkan oleh sang istri, Kenriki sedikit terkejut. Namun, ia tidak bisa membantah karena Laura sudah merealisasikan apa yang dikatakannya dengan 'hadiah' pada miliknya di bawah sana. Pria itu memejamkan mata berusaha untuk menghalau kata-kata yang diucapkan oleh Lyoudra beberapa saat yang lalu hingga membuat kepercayaan dirinya seakan kembali hilang, dan perasaan terancamnya timbul kembali. Menghalau dengan menghadirkan rasa nikmat yang diberikan oleh sang isteri pada miliknya di bawah sana. Sementara Laura? Meskipun ia tidak berpengalaman untuk memberikan pelayanan spesial pada suaminya. Namun perkataan Lyoudra yang mengatakan sang suami tidak akan puas dengannya karena ia perempuan yang pasif membuat wanita itu jadi sebal hingga ia berusaha meruntuhkan perasaan malunya ketika harus memberikan sentuhan yang tidak biasa pada milik suaminya untuk membuat suaminya tidak lagi menjadi suami yang tidak tersentuh."Ah, Laura cukup, itu sudah cukup...."Kenriki tidak m
"Kak Lyoudra ngomong gitu sama kamu?"Kenriki mengangguk."Apa karena itu dia mengamuk?""Ya, dia mengancam untuk menghubungi salah satu wanita yang pernah membeliku waktu itu, rasanya tadi aku gelisah, padahal apa lagi yang aku takutkan? Semua orang sudah tahu, tapi aku tidak tahu reaksi mereka semua.""Erna harus membuat klarifikasi, Ken. Kita harus mendesak dia, dia sudah mencemarkan nama baik kamu, meskipun benar pun, dia yang bersalah, bagaimana kalau kamu aja yang klarifikasi?""Kita, tidak punya uang untuk biaya kalau Erna membawa masalah ini ke jalur hukum."Laura menghela napas. Apa yang dikatakan oleh suaminya benar, sebuah persidangan itu ada biaya, sedangkan kondisi perekonomian mereka sedang tidak baik, tapi Laura tidak terima rasanya jika suaminya disudutkan sebagai seseorang yang dianggap kotor, padahal Kenriki hanyalah korban.Namun, apa yang bisa mereka lakukan sekarang?"Jadi, apa rencana kamu?" tanya Laura sambil menatap suaminya dengan sorot mata yang serius. "Aku
"Rick...."Mitha menyebut nama orang yang tadi bicara sakars seperti itu pada ayah dan ibunya Laura. Rick adalah putra dokter yang menangani Lyoudra, pria itu sering datang ke rumah sakit untuk membantu ibunya, meskipun ia bukan seorang petugas kesehatan namun ia sangat cekatan untuk memberikan bantuan terutama di yayasan peduli leukimia yang dibangun Mitha dan juga Rei.Sementara itu, ibunya Laura yang tidak terima dengan perkataan sakars yang diucapkan oleh Rick maju ke arah Rick meskipun ia sudah dicegah oleh suaminya."Anda ini bicara apa? Apakah pantas bicara seperti itu pada keluarga pasien? Wajar jika yang sakit mungkin banyak merepotkan, tapi bagaimanapun sikapnya, tidak wajar Anda bicara seperti itu pada keluarga pasien, jika anak saya mendengar apa yang Anda ucapkan bagaimana?" katanya pada Rick.Mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya Laura, Rick tersenyum miring. Wajahnya tidak berubah meskipun melihat keluarga Lyoudra tidak terima dengan apa yang dikatakannya."Tidak pan