"Tidak!""Kenapa?""Karena aku enggak melakukan pemalsuan laporan itu, mana mungkin aku mengaku! Kamu jadi kayak Mitha aja sih? Sembarangan menyimpulkan?""Ya, sudah. Kalau kau memang berkeras tidak mau mengaku, biarkan yang ahli menyelidiki, dan untuk apa yang kamu inginkan tadi, aku juga tidak bisa mengabulkan keinginan kamu, kesehatan itu untuk kamu sendiri, kamu yang merasakan rasanya bagaimana, jadi orang hanya menganjurkan saja."Setelah bicara demikian, Dokter Ahmad berbalik, dan ingin beranjak dari tepi pembaringan Lyoudra, namun, gerakannya terhenti ketika Lyoudra berteriak memanggilnya dengan nada suara yang meninggi pertanda perempuan itu kesal dengan apa yang diucapkan oleh Ahmad tadi."Kau ini dokter atau bukan? Kenapa kau sangat santai melihat pasien sakit seperti aku? Kau tidak pantas menjadi seorang dokter kalau demikian! Tidak mau berusaha membujuk pasien dengan berbagai cara agar dia sembuh!" Mendengar apa yang diucapkan oleh Lyoudra, dokter bertubuh tinggi dan ber
Semua yang ada di situ saling pandang mendengar apa yang diucapkan oleh ibunya Laura.Ahmad yang tidak menyangka dituding demikian merasa heran dengan apa yang diucapkan oleh wanita tersebut, dan ia membiarkan ibunya Laura itu mendekati dirinya. "Apa yang Anda katakan?" tanyanya setelah mereka saling berhadapan dengan jarak yang dekat. "Lyoudra tidak mau dirawat, tidak mau sembuh, tidak mau melakukan serangkaian pemeriksaan, itu katanya karena ucapan Dokter, apakah harus seperti itu, Dokter? Saya tahu, anak saya memang agak sulit orangnya, tapi, apakah harus seperti itu? Anda seorang dokter, apakah wajar menjatuhkan mental anak saya?"Laura yang mendengar ucapan ibunya berusaha untuk mencegah ibunya memberondong Dokter Ahmad seperti itu.Namun, Ahmad memberikan isyarat padanya untuk diam saja di tempatnya karena ia ingin menghadapi ibunya Laura seorang diri."Saya bukan dokter yang berwenang di rumah sakit ini, Bu. Anak Anda memaksa saya untuk menjadi dokter pribadinya, dengan alasan
"Heem, lagi-lagi kamu bisa menebaknya.""Apa yang dia katakan? Dia nembak kamu? Atau, ini baru feeling kamu yang tahu maksud dia?""Aku bukan geer, tapi sikap dia memang sangat kentara, aku menghindari pasien dengan maksud seperti ini, aku menuruti kemauan dia untuk berinteraksi santai karena ingin dia tidak tertekan, tapi rautnya mengatakan, kalau aku mematuhi itu karena aku suka padanya.""Heem, Lyoudra itu sepertinya sangat mudah untuk mengatakan suka pada seseorang, ya? Setengah mati mengejar Kenriki, tapi melihatmu dengan jarak yang dekat, sekarang yang disukainya adalah kamu.""Apa itu karena dia kecewa, Kenriki akhirnya bisa membuat Laura hamil?""Dia enggak lihat cincin kawin di jari kamu apa?""Aku pakai sarung tangan!""Astaga!"Mitha sampai melupakan kalau Ahmad selalu memakai sarung tangan, bagaimana dokter tampan itu bisa diketahui kalau memakai cincin kawin segala?Ahmad memang sudah menikah, meskipun pernikahan sang dokter terselenggara karena sebuah perjodohan, Mitha y
"Saat sedang terobsesi, Kak Lyoudra akan melakukan apa saja untuk meraih apa yang ia mau, dulu aku ingat sekali, ketika masih SMA, demi untuk mencegah aku belajar bareng dengan Pasha, dia yang sakit karena kecelakaan berusaha untuk terlihat baik-baik aja agar dia juga bisa ikut dengan kami.""Akhirnya? Bisa?"Laura mengangguk. Kenriki geleng-geleng kepala jadinya. Tidak bisa berkata apa-apa lagi karena memang kakak iparnya itu sudah ada di level tingkat tinggi untuk membuat orang lain takluk dengan keinginannya."Jadi, menurutmu, dia akan melakukan sesuatu pada Mitha lewat Dokter Ahmad?" tanya Kenriki, dan Laura menganggukkan kepalanya kembali. "Tapi, Dokter Ahmad pasti tidak akan tinggal diam, kan?""Dia dokter. Peran dokter harus selalu ada untuk pasien, meskipun dia tidak sedang bertugas di sini, tapi tetap saja dia merasa bertanggung jawab ketika dia didaulat seperti tadi, ditambah lagi ibuku juga memohon seperti itu, dia pasti tidak akan bisa menolak....""Kita awasi, jangan sam
"Apa yang bisa saya bantu?" sahut Ahmad, sambil mendekati dokter yang memeriksa Lyoudra. Dokter itu memberikan isyarat pada Ahmad untuk mengikutinya ke dalam ruangan rawat inap Lyoudra. Kenriki dan Laura saling pandang, wajah mereka terlihat tegang. Sementara ibunya Laura hanya bisa mengusap wajahnya berulang kali, berdoa semoga Ahmad bisa membujuk Lyoudra untuk melakukan pemeriksaan ulang. "Ma, apa yang terjadi?" tanya Laura pada ibunya, tidak tahan hanya menunggu saja penjelasan sementara dokter yang memeriksa kakaknya sudah masuk kembali ke dalam ruangan sang kakak sambil mengajak Ahmad pula."Lyoudra mengalami kejang beberapa kali di dalam, kondisinya tidak stabil, kata dokter itu karena emosinya yang berlebihan, darahnya jadi panas, dan ini membuat kondisi kakakmu semakin tidak baik."Kenriki langsung merengkuh pundak istrinya saat melihat wajah sang istri shock ketika mendengar penjelasan yang diberikan oleh ibu mertuanya.Laura tidak bisa berkata-kata. Apa lagi yang harus ia
Teriakan Lyoudra membuat situasi di ruangan itu semakin tegang, bahkan Laura dan juga Kenriki sampai berdiri di depan pintu ruang rawat inap Lyoudra karena ingin tahu apa sebenarnya yang sudah terjadi.Sementara itu, Ahmad yang menerima ancaman dari Lyoudra hanya berbalik dan menatap lurus ke arah kakak Laura tersebut. Wajahnya tidak bereaksi sama sekali, namun, telapak tangan dokter itu mengepal pertanda ia menahan emosinya yang sedikit terpancing atas ancaman yang dilakukan oleh Lyoudra padanya tadi."Kau mau bunuh diri? Sekarang aku tanya padamu, kau ingin sembuh atau sakit?" tanya Ahmad dengan sorot mata tajamnya menatap Lyoudra sambil mengucapkan pertanyaan tersebut."Tentu saja aku mau sembuh! Aku capek sakit terus!""Kalau kau ingin sembuh, berhenti bersikap seperti anak kecil! Kau tidak malu dengan anak-anak yang menderita sakit yang sama seperti kamu? Dia kuat dan patuh dengan aturan yang dibuat oleh dokter!""Baiklah! Oke! Aku akan patuh, tapi aku mau kamu yang membimbingku
"Insya Allah!" Apa yang dikatakan Kenriki membuat Laura spontan berpaling ke arah sang suami. Tadinya, ia ingin menolak permintaan sang ibu karena ia khawatir Lyoudra melakukan hal buruk lagi pada suaminya seperti yang sudah-sudah, namun kesanggupan Kenriki membuat ia tidak paham, apakah Kenriki tidak memikirkan akibatnya jika menerima permohonan ibunya?"Apa maksudnya dengan insya Allah? Kamu bersedia, Riki?" tanya ibu mertuanya seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut menantunya."Iya, Ma. Insya Allah, aku akan melakukannya, daripada merepotkan Dokter Ahmad, dia juga tidak mungkin bertahan di sini, dia punya istri, tugasnya bukan di sini, sudah cukup kita membuat dia repot seperti sekarang, tidak perlu menambah lagi, aku tidak enak dengannya."Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, ibunya Laura menarik napas lega. Ia mengucapkan banyak terima kasih pada menantunya tersebut lalu setelah itu menatap ke arah Laura, tapi wanita itu tidak bicara satu patah katapun,
"Iya, Ma. Aku tahu, aku tidak akan ingkar janji," sahut Kenriki dan sang ibu mertua menarik napas lega mendengar apa yang diucapkannya dan ia tidak lagi bertanya apapun pada Laura dan Kenriki setelah itu karena ia langsung berbalik dan melangkah masuk ke ruang rawat inap sang anak sulung. "Jangan khawatir, aku tidak akan gegabah. Apa yang dulu pernah terjadi akan membuat aku berhati-hati menghadapi Kak Lyoudra, jadi kamu tidak perlu banyak berpikir, insya Allah, kita bisa melewati ini berdua."Kenriki bicara demikian pada sang istri ketika melihat wajah Laura masih terlihat tidak tenang. "Baiklah. Aku percaya padamu. Terima kasih untuk kepedulian kamu pada Kak Lyoudra, meskipun kamu kesal dengannya tapi kamu tetap menganggap dia keluarga, aku akan mendampingi kamu, meskipun aku enggak boleh masuk, tapi aku harus mendampingi kamu setiap kamu ke rumah sakit, aku enggak mau kamu sendirian, biar dia enggak ada celah menggoda kamu lagi.""Kamu cemburu?"Wajah Laura merah mendengar tebaka