"Lu mau ketemu Erna?""Ya!""Kagak takut Erna macam-macam sama lu? Dia bisa membuat yang benar jadi salah begitu juga sebaliknya, lho.""Dia pikir dia siapa? Ayahku juga punya kuasa!"Kebetulan ini, biar ini cewek guna dikit, karena dia temen Sofia salah satu wanita yang membeli Kenriki, gue rasa bisa juga dia yang ngomong ke Sofia kalau kasus ini harus diluruskan, meskipun mungkin agak alot, karena Sofia pasti juga kagak mau lakinya tau sih....Hati Ari bicara demikian sambil mengusap wajahnya perlahan untuk memikirkan kata-kata yang tepat agar ia bisa bicara dengan baik pada Fani yang terkadang sulit untuk diajak bicara dengan kepala dingin jika sudah bicara dengannya. "Gue tanya sekali lagi, lu peduli dengan Kenriki karena demen sama dia, terus lu pengen nolong karena pengen gatel sama dia?" Fani melotot mendengar dua alternatif yang diucapkan oleh Ari. "Itu urusan aku, kenapa kamu repot mikirin soal itu?""Kenriki itu korban, lu jangan bikin pala dia makin sakit karena ulah lu
"Iya, Papi juga tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Erna, meskipun video itu memperkuat, tapi Papi tetap percaya Kenriki bukan anak yang seperti itu. Pasti Kenriki ditekan, kita doakan saja masalah yang ditimbulkan Lyoudra selesai agar mereka cepat kembali.""Mereka kembali dengan kondisi rumah kita yang seperti ini, apakah mereka tidak keberatan?""Insya Allah, tidak. Tapi, Papi berjanji akan berusaha keras untuk mengembalikan kehidupan kita seperti dulu, Mami yang sabar dulu, ya."Tante Keisya hanya mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh suaminya. Meskipun berat dan sangat sesak menerima kondisi mereka yang sekarang, namun, Tante Keisya berusaha ikhlas dan berharap Kenriki juga Laura akan kembali pada mereka untuk hidup bersama lagi.***Hari terus berlalu, aparat keamanan desa di mana Laura dan Kenriki tinggal sudah memproses masalah yang ditimbulkan oleh Combro dan teman-temannya. Dari keterangan Combro, rentenir yang ingin menikahi Laura akhirnya ikut ditangkap po
"Ah, kami pulang membawa kabar baik untuk kalian, Laura hamil, jadi sebentar lagi, kalian akan menimang cucu."Dengan wajah yang semringah, Kenriki mengatakan kondisi sang istri hingga itu membuat kedua orang tuanya terbelalak. Mereka langsung menatap ke arah Laura yang terlihat sangat tidak sehat. Tante Keisya sampai mendekati Laura dan memegang perut Laura dengan wajah yang terlihat bahagia. Laura hanya mengangguk ketika sang ibu mertua menatapnya seolah bertanya apakah benar dirinya hamil?"Alhamdulillah, ya Allah, terima kasih Sayang, kamu benar-benar memberikan kado terindah untuk kami, terima kasih...."Tante Keisya langsung mencium Laura di pipi kiri dan kanan sambil memeluk menantunya itu dengan situasi hati yang sangat terharu. Laura membalas pelukan hangat sang ibu mertua sambil mengucapkan kata syukur karena ia sangat bahagia melihat mertuanya antusias seperti itu. "Tadinya, meskipun kamu tidak hamil, kami tetap ingin kalian kembali ke rumah bersama kami, maafkan kesalah
"Biar aku saja, Pi!" kata Kenriki tapi sang ayah tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh anaknya. Ia meminta Kenriki dan juga Laura segera masuk ke dalam kamar saja sementara ia yang akan membuka pintu di depan. Karena sang ayah terus memaksa, akhirnya, Kenriki dan Laura menyerah. Mereka menurut untuk masuk ke kamar, setelah anak dan menantunya sudah masuk ke kamar, Pak Kinardo langsung melangkah ke depan untuk membuka pintu. Ingin tahu siapa yang ada di luar sana, karena ia mengira pasti itu adalah Erna.Setelah pintu dibuka, ternyata dugaan Pak Kinardo benar. Di depannya sudah berdiri Erna dengan beberapa pria yang pastinya itu adalah anak buah ayah Erna seperti yang sudah-sudah."Mana dia?" tanya Erna tanpa basa-basi."Siapa?""Ya, Kenriki! Aku tahu dia sudah pulang, ke mana dia? Suruh dia keluar atau orang-orangku akan memaksa dia untuk keluar!""Dia tidak ada di sini, kamu sudah gila?" bohong Pak Kinardo. "Anak buahku melihat Kenriki ada di sebuah klinik, dia pasti pulang
"Tidak, Laura! Jangan lakukan itu! Kau tidak perlu memikirkan kami, yang penting kau dan Kenriki sudah saling mencintai itu sudah cukup, apa gunanya hidup mewah kalau ternyata kalian tidak saling mencintai!"Perkataan Erna direspon oleh Pak Kinardo dengan lantang. Hingga Erna membentak pria itu untuk diam saja karena sekarang ia sedang bicara dengan Laura bukan dirinya."Jawab, Laura! Kau mau mengorbankan mertuamu? Kau ingin egois? Kau tidak mencintai Kenriki begitu juga sebaliknya, bukan? Kenapa kau tidak mencari pria lain untuk bisa menikah dengan kamu?" desak Erna, pada Laura, yang diam-diam mengepalkan telapak tangannya di hadapan wanita tersebut."Aku dan Laura saling mencintai!" bantah Kenriki dengan nada suara yang terbata, dan berusaha untuk melangkah menghampiri istrinya. Sedapat mungkin Kenriki berusaha untuk mengatasi perasaan terancamnya, dan setelah berhasil mendekati istrinya, tangannya langsung merangkul pundak sang isteri dengan erat seolah tidak mau kehilangan wanita
"Aku, tidak akan menikah dengan kamu sampai kapan pun, Erna!! Istriku hanya Laura, kau tidak bisa memaksa aku untuk meninggalkan dia, dia hamil anakku, jadi kau tidak perlu memberikan obat penawar itu segala padaku!" kecam Kenriki tapi Erna mendelik padanya."Aku sedang bicara dengan Laura, bukan kamu, kamu diam saja!" bentaknya arogan. Lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada Laura dengan sorot mata yang berapi-api."Jawab, Laura! Kau tinggalkan Kenriki maka mertua dan suami kamu itu akan lepas dari tekanan, aku yakin anak yang ada di dalam kandunganmu itu bukan anak Kenriki, aku berani bertaruh!"PLAKK!!Satu buah tamparan diterima oleh Erna, dan yang melakukan hal itu adalah Laura. Erna terkejut bukan main mendapatkan perlakuan seperti itu dari Laura, kemarahannya tersulut setelah tadi sempat berusaha untuk sabar. Ketika Erna ingin mendamprat Laura, Laura tidak memberikan kesempatan pada perempuan itu untuk bicara. "Sekali lagi kamu bilang kalau anak ini bukan anak Kenriki,
Salah satu anak buah Erna langsung memberikan ponselnya pada Erna setelah bicara demikian pada Erna. Dengan wajah yang terlihat tidak nyaman karena antara tidak suka mendengar kabar itu tapi juga merasa was-was, Erna akhirnya mendekatkan ponsel itu ke salah satu telinganya untuk berkomunikasi dengan sang ayah yang sekarang sedang tidak ada di rumah lantaran sedang melakukan perjalanan bisnis.{Apa yang sebenarnya kamu lakukan, Erna! Kenapa Tuan James menghubungi Papi dan mengatakan kau sudah melakukan tindakan yang mengecewakan padanya? Kau tahu, dia salah satu rekan bisnis Papi yang sangat berpengaruh dengan perusahaan kita!}Suara sang ayah terdengar di seberang sana dan Erna sangat tahu kalau suara itu suara ayahnya yang sedang marah.{Aku tidak melakukan apapun, Pi, itu masalah dia sama istrinya, enggak ada hubungannya sama aku!}Erna mencoba untuk membela diri. Namun, sang ayah tetap tidak reda juga kemarahannya hingga pria itu memberikan ultimatum pada Erna agar ia tidak membuat
Mendengar apa yang dikatakan oleh Kenriki, Mitha dan Laura saling pandang. Kenriki tidak tahu kalau Fani sebenarnya menjadi salah tingkah karena tadi pria itu merubah cara bicaranya dengan lebih santai."Tidak perlu dipikirkan, kamu turuti aja apa kata dia, bersikap formal, mungkin itu menurutnya jauh lebih baik." Mitha yang menjawab pertanyaan Kenriki dan Laura akhirnya mengiyakan, karena sepertinya, Mitha tahu ia cemburu pada psikiater tersebut, hingga perempuan itu bicara demikian.Kenriki manggut-manggut, tidak curiga sama sekali jika Mitha bicara demikian agar ia tidak tahu kenapa Fani jadi berubah pikiran seperti itu."Mith, apakah yang tadi kamu katakan pada psikiater itu benar? Kamu bilang, Kenriki masih belum bisa mengatasi perasaan traumanya pada sejumlah wanita...."Dengan nada suara yang hati-hati, Laura bicara, sambil melirik ke arah sang suami yang saat itu memperhatikan ayah dan ibunya yang masih bicara serius dengan Dewa.Mitha mengarahkan pandangannya pada Kenriki l