Sekujur tubuh Laura membeku menerima perlakuan suaminya yang tidak pernah ia kira sebelumnya. Kenriki menciumnya! Kali ini bukan karena ingin berakting seperti sebelumnya, atau karena ia yang memancing, tapi suaminya berinisiatif sendiri melakukan hal itu, bagaimana tidak membuat Laura panas dingin?Wajah Laura merah merona, tapi wanita tersebut balik mencium pipi Kenriki untuk menyamarkan rasa salah tingkahnya di hadapan sang suami, ini membuat Kenriki tersenyum."Hati-hati, jangan pikirkan aku, aku baik-baik saja, kamu sudah mengurus aku dengan sangat baik, aku pasti akan cepat sembuh."Laura mengangguk mendengar apa yang diucapkan oleh sang suami. Wanita itu masih merasakan hatinya dipenuhi bunga hingga ia menjadi seseorang yang benar-benar bahagia sekarang ini. Suaminya yang sulit disentuh dan menyentuh sekarang justru berinisiatif untuk mencium lebih dulu, Laura benar-benar tidak bisa berhenti tersenyum sekarang.Dengan wajah riang, Laura pamit berangkat bekerja sambil mengingatk
Sambil bicara demikian, Lyoudra mendekati Kenriki, bergerak ingin mencium pria tersebut hingga Kenriki semakin merasa dirinya sekarang terancam. Pria itu mendorong Lyoudra dan apa yang dilakukan oleh Kenriki membuat Lyoudra terjajar ke belakang."Riki! Kau kasar sekali? Apa seperti ini sikapmu pada perempuan yang suka padamu? Kau tidak terpancing sama sekali melihat tubuhku?" Lyoudra yang berang karena didorong oleh Kenriki bicara demikian sambil membuka bra yang dikenakannya dan itu membuat area sensitifnya di bagian atas Lyoudra tidak lagi terhalang penutup apapun. Dalam keadaan seperti itu, Lyoudra mendekati Kenriki sambil terus menggoda suami adiknya tersebut, tidak peduli keadaan Kenriki yang benar-benar kepayahan karena perbuatannya. Kenriki yang muak dengan sikap agresif Lyoudra, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk melangkah ke arah pintu kamar yang ditutup oleh Lyoudra meskipun tidak dikunci karena Lyoudra tahu tidak akan ada yang datang melihat apa yang mereka lakukan lant
"Kau gila!!" teriak Lyoudra tidak percaya Kenriki bisa melakukan hal itu padanya. "Kau yang gila! Apa yang ada di dalam otak kamu hingga kau melakukan hal ini padaku? Aku suami adik kamu, tapi kau melakukan perbuatan seperti ini padaku, apakah itu tidak gila? Kau gila, Lyoudra!"Kenriki balas membentak, meskipun nada suaranya gemetar. "Sial! Kenapa pria ini sangat sulit untuk aku taklukan? Padahal aku bisa merasakan kelelakiannya menegang ketika aku menyentuh, artinya dia normal, tapi kenapa dia bersikap seperti ini? Dia tidak menyentuh Laura, tapi dia normal, dan dia juga tidak tertarik padaku, apa yang sebenarnya terjadi pada pria ini?"Lyoudra bicara sendiri, sambil menatap ke arah Kenriki yang juga tengah menatapnya sambil mengacungkan gunting ke arahnya. Ucapannya tadi juga didengar oleh Kenriki, hingga pria ini semakin merasa terancam, karena Lyoudra menilai ia sedikit terpancing ketika diperlakukan agresif seperti tadi oleh sang kakak ipar.Terpancing karena ia normal, bukan
Pertanyaan sang suami membuat Laura jadi terkejut. Khawatir Kenriki tersinggung, Laura buru-buru menggenggam jemari tangan suaminya."Enggak gitu, aku enggak jijik, cuma, aku enggak rela ada wanita lain yang melakukan itu padamu, Ken, rasanya aku benar-benar tidak rela."Wajah Laura merah menahan malu ketika mengucapkan kata-kata itu pada suaminya dan hal ini membuat perasaan Kenriki jadi membuncah. Perasaan takutnya terobati karena perasaan sejuk akibat mendengar pengakuan sang istri. Ini membuat Kenriki perlahan balas menggenggam jemari tangan istrinya."Apakah, kau sekarang cemburu, Laura?" tanya Kenriki hati-hati dengan nada suara yang terdengar gemetar meskipun kondisinya tidak separah tadi.Laura yang tadi tidak mau menentang tatapan mata Kenriki akhirnya perlahan berusaha untuk mengatasi perasaan malu dan gugupnya karena ia harus menjawab pertanyaan sang suami jika tidak mau suaminya justru salah paham kembali."Aku cemburu.""Apa?""Iya, aku cemburu, siapapun yang berani menye
"Laura, kau menangis?" tanya Kenriki dengan nada khawatir. Laura tidak merespon pertanyaan sang suami, ia menutup wajahnya dengan dua telapak tangannya agar isak tangisnya tidak terlalu kentara, namun tetap saja, Kenriki mampu mendengar isakan tangis sang isteri meskipun Laura berusaha setengah mati untuk menahannya."Maaf...."Kenriki akhirnya mengucapkan kata maaf itu setelah sekian menit Laura tidak juga merespon pertanyaannya tentang apakah perempuan itu menangis.Laura berusaha keras untuk menghentikan tangisnya. Entahlah, ia juga tidak paham, kenapa tiba-tiba saja ia menangis, padahal ia tidak ingin melakukan hal itu, namun tetap saja ia merasa sangat sulit untuk menahan perasaannya yang membuncah dan harus dikeluarkan melewati air mata.Beberapa saat kemudian, ketika Kenriki mulai tenggelam dalam rasa bersalahnya, Laura akhirnya mampu mengatasi perasaannya hingga perempuan itu menyusuti air matanya."Aku salah, aku tidak langsung mengunci pintu seperti yang kau katakan sebelum
Apa yang diucapkan oleh Kenriki cukup membuat usapan telapak tangan Laura di punggung pria tersebut terhenti. Wajahnya merona. Laura tidak bisa menampik kalau pengakuan jujur Kerinki sangat membuat hatinya merasa senang dan bahagia. "Kamu, serius dengan ucapan kamu itu?" tanya Laura masih sambil memeluk suaminya dan mengusap punggung pria itu perlahan."Sangat." "Kamu benar-benar bernafsu denganku?""Iya."Perlahan, Laura merenggangkan pelukannya, dan ia menatap suaminya yang masih menundukkan kepalanya."Kamu lebih menyukai sentuhan yang aku lakukan dibandingkan sentuhan yang diberikan oleh kakakku?""Tentu saja."Pelan-pelan, telapak tangan Laura mengangkat wajah Kenriki, dan kini mereka saling berhadapan wajah, hingga Kenriki memberanikan diri menentang tatapan mata sang istri yang juga tengah menatapnya dengan kondisi wajah merah merona. Kondisi wajah Laura yang seperti itu membuat jantung Kenriki berdegup sangat kencang. Ini membuat Kenriki mengangkat kedua tangannya dan tan
Apa yang dikatakan Laura cukup membuat Kenriki terkejut. Bagaimana tidak? Ia tidak menyangka istrinya sampai berpikir demikian hingga istrinya merasa tertekan, karena itulah pria tersebut langsung membalikkan tubuhnya. Menatap Laura yang menundukkan kepalanya, seolah malu dengan apa yang diucapkannya tadi."Apa kau bilang?" tanya Kenriki sembari menatap istrinya dengan sorot matanya yang tajam."Aku enggak mau mengulang, aku sudah cukup jelas mengatakannya bukan?" tanya Laura sambil terus menundukkan kepalanya."Kemarilah."Laura menggeleng, hingga sang suami gemas melihat hal itu."Kenapa menyembunyikan wajah? Kalau kau bicara dengan jujur, harusnya kau tidak menyembunyikan wajahmu begitu.""Kau pikir mengatakan hal seperti itu mudah bagiku?""Aku tahu, tapi aku ingin tahu kenapa kau sampai berpikir demikian? Kau tidak percaya dengan dirimu sendiri?"Laura mengangguk, dan ini memancing Kenriki mengarahkan tatapannya ke bagian dada wanita tersebut.Spontan, wajah Kenriki merah saat s
"Apa?""Iya, kau selalu bilang kalau aku lebih tertarik dengan tubuh Lyoudra, aku tidak suka mendengarnya, karena aku-""Maafkan aku!" potong Laura cepat, lalu ia menundukkan kepalanya dalam-dalam."Kenapa tidak dibuka? Kau mau aku menilainya, bukan?""Ah, sudahlah, lupakan! Lupakan masalah itu, aku minta maaf, aku-""Aku tidak mau masalah ini kembali muncul di permukaan, itu sebabnya, kita harus segera menyelesaikan, kalau kau memang ingin aku menilainya, buka pakaianmu, aku akan mengatakan kejujuran tentang pendapatku untuk tubuhmu!"Hening. Namun, kondisi wajah Laura dan Kenriki sama-sama terlihat salah tingkah meskipun tadi Kenriki justru meminta Laura untuk melepaskan pakaiannya segala, itu menandakan, Kenriki juga sungkan membahas masalah itu namun karena istrinya yang mempermasalahkan, mau tidak mau ia harus mengatakan saja kalimat yang sebenarnya tidak suka dikatakannya."Enggak, enggak usah diteruskan, aku minta maaf, aku sudah berpikir yang berlebihan, aku harus kerja kamu