Share

PENEMUAN MENAKJUBKAN

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

91

Mentari membuang muka. Kalau saja kepenasaran tidak menjejali hati dan kepalanya, sudah dipastikan ia akan langsung keluar dari ruangan itu. Namun, semua yang ingin ia tahu harus mendapat jawaban saat ini juga.

Karenanya ia harus bertahan di dalam ruangan yang sama dengan Samudra dalam kondisi pria itu setengah telanjang.

“Tari, ada apa?” Samudra mengulang pertanyaan sembari berjalan mendekat. Sama sekali tidak ada raut malu di wajahnya meski berpenampilan terbuka. Dan bukan hanya itu, saat Mentari memutuskan untuk meliriknya setelah beberapa lama, tidak juga ia dapati raut kesal atau marah seperti yang ia duga sebelumnya.

Ekspresinya biasa saja. Datar. Seperti yang biasa ia lihat setiap saat, walaupun belakangan ini lebih banyak mimik ia dapati. Tidak selempeng di awal-awal pertemuan mereka.

“Tari?” tanya Samudra lagi karena wanita itu lagi-lagi membuang muka.

Tidak tahu saja Samudra jika Mentari sekuat tenaga menahan napas karena aroma sabuh dan sampo dari tubuhnya yang menguar m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (26)
goodnovel comment avatar
Lanara ShaQira
wkwkwkkwwkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkw
goodnovel comment avatar
Tria Halaena
tambah penisirin,,,
goodnovel comment avatar
Syah Niar
hahahaha seru,,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SELALU ISENG

    92 Ini bukan pertama kalinya Mentari melihat tubuh Samudra tak berpenutup sama sekali. Dulu, saat pria itu merenggut mahkotanya juga ia sudah melihat. Namun tentu saja dalam kondisi yang berbeda. Bila dulu di bawah pencahayaan lampu kamar yang temaram, dengan matanya yang terus terpejam setelah lelah meronta. Kini, ia menyaksikan di bawah pencahayaan yang terang benderang dengan kondisinya yang benar-benar sadar dan dengan posisi mereka sama-sama berdiri. Semua apa yang terdapat di sana, tak ada yang luput dari penglihatannya. Semua terlihat jelas. Bahkan tanda lahir hitam di paha kiri sang pria. Mulut Mentari masih menganga dengan mata yang seakan sulit untuk berkedip saat tiba-tiba tulang-tulang terasa dilolosi dari persendian. Tubuhnya lemas dan hampir ambruk jika saja tak ada yang sigap menopangnya. Lagi-lagi, dunia seakan berhenti berputar saat sepasang mata Mentari bertubrukan dengan tatapan lain yang jaraknya sangat dekat dengan wajahnya. Bahkan embusan napas pemilik tatapa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BAGAI MIMPI

    93Mentari mengerjap, lalu merenggangkan otot-ototnya dengan merentangkan kedua tangan. Pandangan diedarkan ke sekeliling ruangan saat matanya sudah terbuka lebar. Dahinya mengernyit saat mendapati dirinya terbangun bukan di ruangan sempit di balik rak buku itu, melainkan di … kamarnya sendiri.Wanita itu mencoba bangkit walaupun seluruh tubuhnya terasa remuk redam. Terutama di bagian pangkal kaki yang terasa ngilu bahkan saat ia bergerak sedikit saja.Ingatannya berputar. Mencoba megingat-ingat kapan dirinya pindah ke sana. Namun, sama sekali tidak ada bagian memorinya yang menyimpan ingatan itu.Semalam ia memang terjaga. Entah jam berapa. Niatnya ingin menagih janji Samudra tentang penjelasan itu. Nyatanya bukan penjelasan yang ia dapatkan, melainkan serangan susulan yang membuatnya tidak bisa berkutik dan lagi-lagi terkapar kalah.Dan itu terus berulang hingga berkali-kali. Bahkan rasanya ia hanya diberi kesempatan memejam sebentar saja. Sebelum kembali mendapat serangan panas.Mu

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SEMUA PRIA SEPERTI ITU

    94Samudra mengeratkan pelukan di tubuh mungil itu hingga mereka bukan sekadar saling menempel, tapi rasanya sudah sangat menyatu. Didaratkan ciuman di pucuk kepala Mentari setelah puas menghidu aroma yang menguar dari sana dan membuat candu. Berharap apa yang ia lakukan dapat memberikan efek positif hingga Mentari yakin apa yang akan ia ceritakan tidak akan mengecewakan wanita itu.“Jadi, kamu tidak ingin mendengar apa pun lagi?” tanyanya setelah puas mencium kepala itu. Lalu sedikit melonggarkan pelukan.Pertanyaannya tidak langsung mendapatkan jawaban. Butuh jeda beberapa lama hingga wanita itu melerai pelukan dan mendongak.“Cerita saja, Mas. Aku tetap ingin mendengar semuanya,” ujarnya pelan.Posisinya yang mendongak tepat di bawah wajah Samudra membuat pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak mendaratkan kecupan di bibir ranum yang sedikit terbuka itu. Sang pria tidak butuh menunggu waktu lama, dan tidak butuh juga meminta izin, langsung menempelkan wajah mereka hingga dua p

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   CERITA MASA LALU

    95Pipi Mentari terasa memanas, dan ia yakin sudah memerah. Wanita itu memalingkan wajah untuk menyembunyikannya.Apa ia tersanjung dengan ucapan Samudra? Mungkin. Tapi tetap saja masih jual mahal. Tidak ingin terlihat terlalu senang. Bisa saja apa yang dikatakan Samudra barusan tidak seindah yang sebenarnya.Apa coba alasan pria itu mencintainya. Bahkan sejak dirinya masih kecil. Sepertinya di luar nalar. Memang pria itu sudah remaja atau mungkin sudah dewasa saat ia masih seusia dalam foto-foto itu. Pastinya sudah baligh dan memiliki rasa suka terhadap lawan jenis. Namun, tidak masuk akal jika suka terhadap dirinya yang saat itu masih berusia lima tahun. Buang ingus saja masih dibantu orang dewasa. Benar-benar di luar nalar.Samudra sendiri langsung meraih tangan Mentari, lalu menggenggam dan menciumnya bolak-balik bergantian antara punggung jari-jemari tangan kiri dan kanannya.“Belum percaya rasanya jika Luna-ku kini sudah bisa Mas miliki sepenuhnya,” ujar Samudra dengan tatapan p

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TERIMA KASIH

    98Mentari masih tertegun di tempatnya. Menatap tubuh tinggi besar yang menunduk dan bahunya berguncang di depannya. Berbagai perasaan mulai berkecamuk dalam hati wanita itu. Bukan hanya karena cerita Samudra yang sama sekali tidak disangkanya, tetapi juga karena sang pria menangis di hadapannya tanpa rasa malu sama sekali.Bukankah itu menunjukkan jika apa yang dialami suaminya di masa lalu sangat menyakitkan?Pria tinggi besar yang penampilannya di awal pertemuan mereka sangat menakutkan, kini bahkan berlinang air mata di hadapannya. Bukankah biasanya seorang pria terlalu malu untuk menitikkan air mata? Apalagi di depan wanita.Mentari beringsut mendekat setelah beberapa lama hanya memaku di tempatnya. Perempuan itu mengulurkan tangannya, kemudian merengkuh tubuh besar yang bahkan kedua tangannya nyaris tidak bertemu saat ingin memeluknya.Terpaksa ia semakin merapatkan diri agar dapat memeluk tubuh itu. Mendekapnya hangat dalam pelukan seoraang istri. Berharap dekapannya dapat memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PAKAIAN

    97Samudra menggaruk tengkuk sambil meringis. Sebenarnya ia tidak mau membuat Mentari semakin terluka jika mengetahui wanita yang dinikahi ayahnya merayunya. Namun, ketidaksengajaan malah membuka semuanya.“Mas bilang apa tadi?” tanya Mentari dengan kepala yang meneleng. “Tante Yulia merayumu?”Samudra meringis. Lalu berusaha merengkuh pundak sang istri. Namun, Mentari mengangkat tangan tanda meminta sang pria menghentikan aksinya.Terdengar embusan napas kasar keluar dari mulut pria itu. Apalagi tatapan istrinya kini menghujam tanpa kedip.“Intinya saja, Sayang. Mas itu ganteng, kan? Dan Mas mau kegantengan ini hanya dinikmati istriku seorang” jawabnya seraya mencolek dagu Mentari yang masih menatapnya tajam. Tak henti-hentinya keisengan datang.“Itulah makanya selama ini Mas membiarkan saja wajah ini seperti hutan belantara yang membuat kamu bahkan tidak mau menatap wajah ini di pertemuan pertama. Kenapa kamu saat itu? Takut, atau bahkan terpesona?” goda Samudra seraya merendahkan k

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   AKU JATUH CINTA

    98Mentari membuka mata yang awalanya terpejam. Lalu mengembuskan napas pelan. Setelahnya menoleh ke sebelah kanan, di mana sosok pria berpeluh juga telentang di sana. Mata pria itu terpejam, gurat lelah kentara tetapi sepasang bibirnya mengulas senyum. Napasnya perlahan teratur, tidak lagi tersengal seperti beberapa saat lalu.Mentari memiringkan tubuh hingga sepenuhnya menghadap sosok yang berbaring tenang itu. Perlahan tangannya terulur menyentuh wajah sang pria. Dielusnya lembut rahang kokoh kehijauan sisa cukuran yang paling disukainya.Ya, ia sangat suka menyentuh bagian itu di mana bulu-bulu yang memaksa tumbuh terasa geli jika dielus. Terlebih jika bergesekkan dengan bagian-bagian tubuh sensitifnya hingga menimbulkan sensasi indah yang tidak bisa dilukiskan.Mentari tersipu sendiri membayangkan setiap adegan panas yang sudah dilaluinya bersama Samudra. Ah, seindah ini ternyata hubungan suami istri dalam ikatan sah. Ia bersumpah sudah jatuh cinta yang sejatuh-jatuhnya dengan su

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   TAKUT

    99Mentari mengembuskan napas kasar sesaat setelah kakinya turun dari mobil. Matanya memejam untuk beberapa lama hingga sentuhan lembut di tangan yang dilanjut dengan genggaman hangat membuatnya membuka mata.Wanita itu menoleh dan langsung disambut anggukan penuh makna dari sang suami. Setelahnya mereka berjalan bersisian menuju bangunan menjulang yang di depananya terdapat identitas jelas jika mereka akan memasuki area Hanggara Enterprise.Hawa dingin langsung menyambut mereka begitu seorang security membuka pintu lobi dan mengangguk ramah. Cuaca di luar ruangan sudah lumayan panas padahal matahari belum terlalu tinggi.Samudra mengambil sesuatu dari dalam saku kemejanya, lalu ditunjukkan ke arah petugas yang menanyakan keperluan mereka.Samudra memang nyaris tidak pernah ke sana karena sejak masih tinggal bersama keluarganya pun tidak pernah diperkenankan ikut. Takut membuat malu keluarga, selalu itu alasan mereka. Karenanya, tidak akan banyak yang tahu, atau mungkin tidak ada yang

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status