MALAM TEMAN2, LUPA MAU MENGUCAPKAN SELAMAT IDUL FITRI UNTUK TEMAN2 MUSLIM SEMUA. MAAFKAN LAHIR BATHIN YA KALAU ADA SALAH-SALAH KATA SELAMA KITA BERINTERAKSI. MAAF JUGA BELUM BISA MAKSIMAL NULISNYA. MAKLUM MASIH SUASANA LEBARAN, MASIH SILATURAHMI SAMA SANAK FAMILI
93Mentari mengerjap, lalu merenggangkan otot-ototnya dengan merentangkan kedua tangan. Pandangan diedarkan ke sekeliling ruangan saat matanya sudah terbuka lebar. Dahinya mengernyit saat mendapati dirinya terbangun bukan di ruangan sempit di balik rak buku itu, melainkan di … kamarnya sendiri.Wanita itu mencoba bangkit walaupun seluruh tubuhnya terasa remuk redam. Terutama di bagian pangkal kaki yang terasa ngilu bahkan saat ia bergerak sedikit saja.Ingatannya berputar. Mencoba megingat-ingat kapan dirinya pindah ke sana. Namun, sama sekali tidak ada bagian memorinya yang menyimpan ingatan itu.Semalam ia memang terjaga. Entah jam berapa. Niatnya ingin menagih janji Samudra tentang penjelasan itu. Nyatanya bukan penjelasan yang ia dapatkan, melainkan serangan susulan yang membuatnya tidak bisa berkutik dan lagi-lagi terkapar kalah.Dan itu terus berulang hingga berkali-kali. Bahkan rasanya ia hanya diberi kesempatan memejam sebentar saja. Sebelum kembali mendapat serangan panas.Mu
94Samudra mengeratkan pelukan di tubuh mungil itu hingga mereka bukan sekadar saling menempel, tapi rasanya sudah sangat menyatu. Didaratkan ciuman di pucuk kepala Mentari setelah puas menghidu aroma yang menguar dari sana dan membuat candu. Berharap apa yang ia lakukan dapat memberikan efek positif hingga Mentari yakin apa yang akan ia ceritakan tidak akan mengecewakan wanita itu.“Jadi, kamu tidak ingin mendengar apa pun lagi?” tanyanya setelah puas mencium kepala itu. Lalu sedikit melonggarkan pelukan.Pertanyaannya tidak langsung mendapatkan jawaban. Butuh jeda beberapa lama hingga wanita itu melerai pelukan dan mendongak.“Cerita saja, Mas. Aku tetap ingin mendengar semuanya,” ujarnya pelan.Posisinya yang mendongak tepat di bawah wajah Samudra membuat pria itu tidak bisa menahan diri untuk tidak mendaratkan kecupan di bibir ranum yang sedikit terbuka itu. Sang pria tidak butuh menunggu waktu lama, dan tidak butuh juga meminta izin, langsung menempelkan wajah mereka hingga dua p
95Pipi Mentari terasa memanas, dan ia yakin sudah memerah. Wanita itu memalingkan wajah untuk menyembunyikannya.Apa ia tersanjung dengan ucapan Samudra? Mungkin. Tapi tetap saja masih jual mahal. Tidak ingin terlihat terlalu senang. Bisa saja apa yang dikatakan Samudra barusan tidak seindah yang sebenarnya.Apa coba alasan pria itu mencintainya. Bahkan sejak dirinya masih kecil. Sepertinya di luar nalar. Memang pria itu sudah remaja atau mungkin sudah dewasa saat ia masih seusia dalam foto-foto itu. Pastinya sudah baligh dan memiliki rasa suka terhadap lawan jenis. Namun, tidak masuk akal jika suka terhadap dirinya yang saat itu masih berusia lima tahun. Buang ingus saja masih dibantu orang dewasa. Benar-benar di luar nalar.Samudra sendiri langsung meraih tangan Mentari, lalu menggenggam dan menciumnya bolak-balik bergantian antara punggung jari-jemari tangan kiri dan kanannya.“Belum percaya rasanya jika Luna-ku kini sudah bisa Mas miliki sepenuhnya,” ujar Samudra dengan tatapan p
98Mentari masih tertegun di tempatnya. Menatap tubuh tinggi besar yang menunduk dan bahunya berguncang di depannya. Berbagai perasaan mulai berkecamuk dalam hati wanita itu. Bukan hanya karena cerita Samudra yang sama sekali tidak disangkanya, tetapi juga karena sang pria menangis di hadapannya tanpa rasa malu sama sekali.Bukankah itu menunjukkan jika apa yang dialami suaminya di masa lalu sangat menyakitkan?Pria tinggi besar yang penampilannya di awal pertemuan mereka sangat menakutkan, kini bahkan berlinang air mata di hadapannya. Bukankah biasanya seorang pria terlalu malu untuk menitikkan air mata? Apalagi di depan wanita.Mentari beringsut mendekat setelah beberapa lama hanya memaku di tempatnya. Perempuan itu mengulurkan tangannya, kemudian merengkuh tubuh besar yang bahkan kedua tangannya nyaris tidak bertemu saat ingin memeluknya.Terpaksa ia semakin merapatkan diri agar dapat memeluk tubuh itu. Mendekapnya hangat dalam pelukan seoraang istri. Berharap dekapannya dapat memb
97Samudra menggaruk tengkuk sambil meringis. Sebenarnya ia tidak mau membuat Mentari semakin terluka jika mengetahui wanita yang dinikahi ayahnya merayunya. Namun, ketidaksengajaan malah membuka semuanya.“Mas bilang apa tadi?” tanya Mentari dengan kepala yang meneleng. “Tante Yulia merayumu?”Samudra meringis. Lalu berusaha merengkuh pundak sang istri. Namun, Mentari mengangkat tangan tanda meminta sang pria menghentikan aksinya.Terdengar embusan napas kasar keluar dari mulut pria itu. Apalagi tatapan istrinya kini menghujam tanpa kedip.“Intinya saja, Sayang. Mas itu ganteng, kan? Dan Mas mau kegantengan ini hanya dinikmati istriku seorang” jawabnya seraya mencolek dagu Mentari yang masih menatapnya tajam. Tak henti-hentinya keisengan datang.“Itulah makanya selama ini Mas membiarkan saja wajah ini seperti hutan belantara yang membuat kamu bahkan tidak mau menatap wajah ini di pertemuan pertama. Kenapa kamu saat itu? Takut, atau bahkan terpesona?” goda Samudra seraya merendahkan k
98Mentari membuka mata yang awalanya terpejam. Lalu mengembuskan napas pelan. Setelahnya menoleh ke sebelah kanan, di mana sosok pria berpeluh juga telentang di sana. Mata pria itu terpejam, gurat lelah kentara tetapi sepasang bibirnya mengulas senyum. Napasnya perlahan teratur, tidak lagi tersengal seperti beberapa saat lalu.Mentari memiringkan tubuh hingga sepenuhnya menghadap sosok yang berbaring tenang itu. Perlahan tangannya terulur menyentuh wajah sang pria. Dielusnya lembut rahang kokoh kehijauan sisa cukuran yang paling disukainya.Ya, ia sangat suka menyentuh bagian itu di mana bulu-bulu yang memaksa tumbuh terasa geli jika dielus. Terlebih jika bergesekkan dengan bagian-bagian tubuh sensitifnya hingga menimbulkan sensasi indah yang tidak bisa dilukiskan.Mentari tersipu sendiri membayangkan setiap adegan panas yang sudah dilaluinya bersama Samudra. Ah, seindah ini ternyata hubungan suami istri dalam ikatan sah. Ia bersumpah sudah jatuh cinta yang sejatuh-jatuhnya dengan su
99Mentari mengembuskan napas kasar sesaat setelah kakinya turun dari mobil. Matanya memejam untuk beberapa lama hingga sentuhan lembut di tangan yang dilanjut dengan genggaman hangat membuatnya membuka mata.Wanita itu menoleh dan langsung disambut anggukan penuh makna dari sang suami. Setelahnya mereka berjalan bersisian menuju bangunan menjulang yang di depananya terdapat identitas jelas jika mereka akan memasuki area Hanggara Enterprise.Hawa dingin langsung menyambut mereka begitu seorang security membuka pintu lobi dan mengangguk ramah. Cuaca di luar ruangan sudah lumayan panas padahal matahari belum terlalu tinggi.Samudra mengambil sesuatu dari dalam saku kemejanya, lalu ditunjukkan ke arah petugas yang menanyakan keperluan mereka.Samudra memang nyaris tidak pernah ke sana karena sejak masih tinggal bersama keluarganya pun tidak pernah diperkenankan ikut. Takut membuat malu keluarga, selalu itu alasan mereka. Karenanya, tidak akan banyak yang tahu, atau mungkin tidak ada yang
100Mentari ingin maju karena tidak tahan mendengar ucapan wanita yang baginya kini tak memiliki hubungan apa pun karena sang ayah sudah pergi. Tapi, cekalan di pergelangan tangannya membuat ia menahan diri. Diliriknya pemilik tangan yang mencekal itu. Tatapan teduh sang suami yang langsung ia dapati. Anggukan yang menyertai tatapan itu membuat api yang sudah berkobar di dadanya meredam.“Roy.” Suara Benny terdengar setelah beberapa saat keheningan tercipta. Pria itu ternyata memanggil laki-laki tiga puluhan yang tadi mengantar Samudra dan Mentari masuk.Tangan Benny mengerak mengisyaratkan agar pria yang dipanggil Roy mempersilakan keduanya duduk. Pria muda yang ternyata asisten Benny itu berjalan dan berdiri di samping sofa yang muat untuk dua orang. Lalu mengangguk hormat seraya mengulurkan tangan mempersilakan Samudra dan mentari duduk.Samudra balas mengangguk tanda mempesilakan Mentari duduk lebih dulu, lalu menyusul dirinya kemudian.“Minta Wina ambil minuman, Roy,” perintah Be