Share

SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami
SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami
Penulis: ValiciaClarenda

Bab 01 || Hati yang Terbelah

***

Ameera berdiri di tengah-tengah keramaian. Hiruk-pikuk ruangan yang seharusnya dipenuhi tawa dan kebahagiaan, kini terasa penuh dengan kesesakan. Belum lagi gaun pengantin indah yang dikenakan terasa berat. Namun, tidak sebanding dengan beban yang menghimpit di dadanya. Menilik sedikit ke bawah, di tangannya, terdapat sebuah ponsel, di mana baru saja ia menerima pesan singkat yang berhasil mengubah segalanya.

Uknow

|Maaf, Ameera. Saya Brian, Papa Alex. Baru saja, Alex mengalami kecelakaan. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit, dia menghembuskan napas terakhirnya.

Perempuan itu menangkup mulutnya karena terkejut. “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un. Alex ....” Ameera merasa dunianya seakan runtuh. Calon suaminya, yang saat ini seharusnya berada di sampingnya, kini terbujur kaku di rumah sakit. Ia mencoba menahan air matanya. Namun, tidak mampu. Seketika itu juga, air matanya luruh. Dadanya terasa begitu sesak lantaran kepahitan yang baru saja menimpanya.

“Aku tidak menyangka, kamu akan pergi secepat ini, Alex.” Semua mimpi dan rencana yang telah ia dan calon suaminya rangkai, hancur dalam sekejap. Alex, lelaki yang akan menjadi pendampingnya seumur hidup, kini telah berpulang ke pangkuan Yang Maha Kuasa. Rasa sedih dan menyesakkan itu bagai ombak yang tak henti-hentinya menerjang pantai hatinya. Ia harus menerima kenyataan pahit bahwa Alex, cinta sejatinya, kini hanya tinggal nama yang terukir di undangan pernikahan yang tak sempat terlaksana.

Digenggamnya bunga mawar putih yang seharusnya diberikan oleh calon suaminya. Bunga itu layu, tidak seindah saat pertama kali ia memilihnya. Ameera merasa seperti bunga itu, layu dan hancur.

Berjalan menuju jendela, Ameera memandangi langit yang mendung. Hujan turun dengan lembut, seolah-olah alam turut merasakan dukanya. Masih Ameera ingat saat-saat indah bersama Alex, pertemuan pertama mereka di taman kota, tawa mereka yang tak terhitung jumlahnya, dan janji-janji yang pernah mereka ucapkan satu sama lain.

Bahkan, matahari yang seharusnya menerangi semesta dengan cerah, bersembunyi malu-malu di sebalik awan mendung, seakan enggan menyaksikan hari yang seharusnya bersejarah bagi Ameera. Sebuah kabar yang tiba-tiba itu seperti hujan badai yang menghancurkan segalanya, Alex sang calon suami, telah berpulang ke rahmatullah tepat di hari yang seharusnya menjadi saksi bisu dua hati yang bersatu.

Di tengah keheningan yang menyelimuti, Brian, ayah Alex yang baru saja sampai di tempat acara, mengambil langkah berat menghampiri Ameera. Di sebelah perempuan itu telah berdiri Sulistyo-Via, orang tua angkat Ameera yang berusaha menghibur putri mereka.

“Yang sabar, ya, Nduk. Ini ujian untuk kamu.”

“Kami yakin, kamu bisa melewatinya," ujar keduanya bergantian. 

“Karena acara sudah tersusun seperti ini. Aku pikir, kita harus tetap melaksanakan pernikahan. Kami ingin kamu tetap menjadi bagian dari keluarga kami, Ameera.” Sontak, ucapan Brian tersebut membuat semua yang berada di sana terkesiap.

Perlahan, Ameera mendongakkan kepalanya ke atas, menatap Brian dengan mata berkaca-kaca. Apa maksud calon ayah mertuanya itu? Namun, belum sempat perempuan itu bertanya, suara berat lain telah lebih dahulu menyahuti, “Apa-apaan ini, Brian? Melanjutkan? Melanjutkan bagaimana maksudmu?” cecar David Septihan, ayah Brian sekaligus kakek dari almarhum Alex, dengan berang. 

Tidak menanggapi kebingungan David, Brian menatap satu-persatu dari masing-masing keluarga yang berada di sekitar. “Aku ingin, Alvan menggantikan Alex dan menikahi Ameera,” putus pria paruh baya itu seketika membuat semua orang yang mendengarnya terkejut.

Di dalam hatinya, Ameera merasakan pertempuran emosi berkecamuk. Bagaimana mungkin ia bisa menerima Alvan, sementara bayangan Alex masih begitu kuat menghantui setiap sudut hatinya? Ingin sekali dia berteriak dan menolak keputusan ini. Akan tetapi, Ameera terlalu takut untuk bersuara.

“Aku tidak mau!” tolak seseorang dengan suara lantang.

Menoleh ke arah sumber suara, Ameera dapat melihat seorang pria gagah dan tampan berjalan memasuki kerumunan. Tampang pria itu begitu dingin dan keras. Bahkan, kedua sorot matanya yang kelam, menghunus tajam seolah-olah siap menghabisi siapa pun yang berani menghalangi jalannya.

“Dia ... Alvan, Kakak Alex?” pekik Ameera dengan suara tertahan. Deru napasnya memburu karena terkejut sakaligus takut. 

Brian menghela napas berat. “Kau harus mau, Alvan! Apa kau tidak kasihan melihat keluarga Ameera telah mengeluarkan banyak uang untuk menyiapkan semua ini? Pokoknya, kamu harus menikah dengan Ameera,” pungkas pria paruh baya itu dengan tegas.

Sulistyo dan Via saling berpandangan bingung. Sementara David dan yang lain terlihat pasrah dengan apa yang tengah terjadi di tengah-tengah mereka. Semua bukan soal uang, melainkan tentang harga diri. Brian tidak ingin, mempermalukan keluarganya atau pun keluarga Ameera di hadapan banyaknya tamu undangan yang telah hadir di sana.

“Bagaimana kalau aku menolaknya?” desis Alvan sedingin mungkin.

“Kau yakin akan menolak, Alvan?” Brian manggut-manggut kecil. “Baiklah, kalau kau menolak, namamu akan dicoret dari daftar ahli waris!” tandas pria paruh baya itu telak.  

Alvan terbelalak. “Pa! kau keterlaluan!” Ia tidak terima dengan ancaman sang papa. Ayolah, selama ini dirinya telah berjuang mati-matian di luar negeri untuk membangun bisnisnya sendiri. Lalu, baru saja dengan mudahnya papanya itu justru mengatakan kendak menghapusnya dari daftar ahli waris. Yang benar saja!

“Menikah dengan Ameera, atau aku menelpon pengacaraku sekarang juga.” Brian semakin gencar menekan Alvan. Yang mana, sikap pria itu membuat sang empu menggeram penuh kebencian.

“Astaga, apa kau gila, Pa? Mana mungkin aku mau menikahi perempuan yang aku sendiri tidak mengenalinya!” sengit Alvan bersungut-sungut. Selain karena Ameera yang bukan tipenya, Alvan sudah memiliki kekasih di luar negeri yang kelak akan ia nikahi.

Brian mengangguk beberapa kali. “Baiklah, kalau kau menikahi Ameera. Aku akan memberikan perusahaan kepadamu.” Laksana seekor kucing yang disodorkan ikan segar, tawaran yang Brian berikan berhasil membuat pertahanan Alvan goyah.

“Kau tidak sedang main-main dengan ucapanmu, bukan, Pa?” tanya pria itu dengan kedua mata menyelidik. Selama ini, Alvan terus mengincar perusahaan keluarganya. Menurutnya, satu-satunya orang yang berhak mengendalikan perusahaan tersebut adalah dirinya. Karena itu, Alvan merasa tergugah ketika Brian mempertaruhkan satu-satunya harta yang paling ia jaga.

“Tentu saja tidak. Selama kau menikah dengan Ameera. Aku menjamin, perusahaan akan berada di bawah kekuasaanmu,” jawab Brian dengan penuh percaya diri.

Tidak langsung menjawab, Alvan memilih bergeming dalam diam. Sementara di tempatnya, diam-diam Ameera berdo’a berdo’a dan memohon agar laki-laki itu menolaknya. Namun, nampaknya takdir baik belum berpihak kepadanya, sosok jangkung itu mengangguk singkat. “Baiklah. Aku bersedia.”

Sontak, jawaban Alvan tersebut membuat Ameera memejamkan matanya pasrah. Entah kenapa, dia merasa tidak yakin dengan keputusan ini. Namun, dalam tradisi dan budaya yang kuat, keputusan Brian adalah final. Bagaimanapun juga dia hanyalah seorang yatim-piyatu yang besar di panti asuhan dan dibesarkan oleh orang tua angkatnya, di mana hal tersebut tidak sebanding dengan kuat dan terhormatnya keluarga dari keluarga Brian. Sehingga, mau tidak mau, Ameera harus menerima kenyataan bahwa ia akan berjalan di menuju singgahsana pelaminan bukan dengan Alex, tapi dengan Alvan, bayang-bayang yang kini harus ia hadapi sebagai realita hidupnya yang baru.

Di tempatnya, Brian nampak tersenyum penuh kepuasan. “Baiklah, kita mulai akad nikahnya sekarang!” putusnya kemudian menyuruh semua orang bersiap-siap untuk segera menyelesaikan pernikahan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Qutaibah Syauqie
Ceritanya bagus. Lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status