Share

Bab 07 || Perasaan Rumit

last update Last Updated: 2024-06-17 03:20:23

Setelah berganti pakaian, Alvan berjalan menuju sofa panjang. Setelan kaos hitam polos dengan celana pendek selutut dia pilih sebagai pakaian bersantai, nampak pas membalut tubuh jangkungnya. Sampai di dekat sofa, Alvan hendak berbaring di sana guna merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku dan pegal. Namun, niatnya tersebut menjadi urung tatkala ia teringat dengan Ameera.

Melirik sekilas ke arah tempat tidur, Alvan mendapati Ameera yang masih terpejam, padahal sudah cukup lama baginya tidak sadarkan diri. Alih-alih memanggilkan doker, ia memilih untuk tidak peduli dan segera berbaring. Namun, sangat disayangkan. Sekeras apapun Alvan mencoba untuk tidak menghiraukan, tetap tidak bisa. Akhirnya, dengan perasaan berat ia berjalan menghampiri tempat tidur untuk mengecek kondisi Ameera.

“Masih belum bangun juga.” Kening Alvan berkerut, saat menyadari siklus napas Ameera yang berat. “Sepertinya, penutup wajah itu membuatnya kesulitan bernapas. Haruskah aku melepasnya?” Alvan nampak ragu untuk melepas kain cadar yang dikenakan Ameera.

“Sudahlah. Anggap saja demi kemanusiaan.” Setelah cukup lama bergelut dengan perasaan-nya, akhirnya Alvan memberanikan diri untuk melepaskan kain cadar yang di kenakan Ameera.  

Deg!

Seketika itu juga, Alvan merasakan tubuhnya menegang. Kedua mata tajamnya bahkan membulat sempurna, terkejut dengan pemandangan yang tersuguh di hadapan-nya. Alvan tidak pernah menyangka bahwa akan ada masa di mana tubunya tergugah hanya karena seorang wanita yang tengah tidak sadarkan diri. Ayolah, selama ini dia telah banyak sekali menemui wanita cantik dan sexy di luar sana. Namun, untuk pertama kalinya, Alvan merasa gugup dan itu karena Ameera, wanita yang telah dinikahinya beberapa waktu terakhir ini.   

“Astaga, apa yang kau pikirkan, Alvan! Berhentilah menatap perempuan itu!” tegur Alvan pada dirinya sendiri.

Alih-alih kembali hanyut dalam pesona Ameera, sosok jangkung itu dibuat tercenung saat menyadari wajah Ameera yang pucat pasi. Perlahan, sebelah tangan Alvan terulur untuk menyentuh permukaan kening Ameera dan terperanjat. “Ternyata dia demam,” monolog laki-laki itu bagitu merasakan panas yang tidak wajar di kening Ameera.

Alvan bergegas pergi dan tidak lama kembali dengan sebuah baskom dan handuk kecil di tangan-nya. Ia membilas handuk kecil tersebut kemudian meletakkan-nya di kening Ameera sebagai kompres. “Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia tiba-tiba pingsan seperti ini?” Sosok jangkung itu bergumam dengan suara rendah. Melihat kondisi Ameera seperti ini, membuat Alvan yang super-duper dingin dan cuek diam-diam didera rasa cemas sekaligus khawatir.

Malam itu, Alvan tidak tidur. Dia duduk di sisi tempat tidur, menjaga Ameera yang terbaring lemah tanpa kata. Sesekali, dia akan membilas handuk kecil kemudian kembali mengompres Ameera, dan memastikan jika suhu tubuh perempuan itu kembali normal seperti sediakala.

Menghela napas panjang, Alvan terus memperhatikan Ameera di pembaringan. Wajah perempuan itu terlihat begitu teduh dan menenangkan untuk dipandang. Tak pelak, Alvan nyaris terpesona olehnya. Namun, sepersekian detik kemudian, laki-laki itu segera mengenyahkan pikiran bodoh-nya begitu teringat dengan status pernikahan mereka. Satu hal yang harus Alvan ingat, bahwa ia menikahi Ameera hanya untuk menggantikan mediang adiknya dan demi perusahaan yang dijanjikan untuknya. Di mana, perasaan tidak boleh tumbuh di tengah-tengah mereka.

Selagi larut dalam pikiran-nya sendiri, Alvan dikejutkan oleh getaran di saku celananya. Sebelah tangan-nya tergerak untuk mengambil ponsel dari dalam sana. “Paman?” gumam Alvan begitu membaca nama di penelpon di layar ponsel. Tanpa berlama-lama, ia segera mengangkat panggilan masuk tersebut dan bangkit dari tempat duduk.

“Halo, Paman.”

“Kau melanggar janjimu, Alvan.”

“Melanggar janji? Apa maksudmu, Paman?”

“….”

Beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Alvan seketika berubah menjadi lebih serius. Mata tajamnya terbuka lebar, sementara kedua garis rahangnya mengetat kencang. Bahkan, otot-otot lehernya sampai menyembul ke luar, seolah terkejut denga napa yang baru saja dia dengar dari seberang telpon.

“Baiklah. Aku mengerti, Paman. Aku akan mengurus sisanya,” tandas Alvan sebelum kemudian mematikan sambungan panggilan.

Semilir angin berhembus kencang, membisiki malam yang semakin larut. Sedikit memiringkan tubuhnya, Alvan menatap sosok Ameera yang tengah terlelap dengan pandangan yang sulit diartikan. “Jangan salahkan aku, karena bertindak terlalu jauh. Salahkan dirimu sendiri karena telah menjebak-ku ke dalam situasi rumit ini, Ameera,” gumam Alvan sarat akan makna tersirat.

***

Dinginnya malam, terasa begitu menusuk hingga sampai ke tulang-belulang. Di atas kasur, Ameera terjaga dari tidurnya. Perlahan, ia mengerjapkan mata tatkala rungunya menangkap deru napas lembut seseorang.

Sshhh.” Perempuan itu meringis merasakan pening yang teramat sangat di kepalanya. Masih dengan mata berat yang terbuka, Ameera dibuat terkejut saat netranya menangkap sosok Alvan yang tengah tertidur dengan posisi terduduk di samping pembaringan. “Mas Alvan? Kenapa Mas Alvan tidur di sini? Sambil duduk lagi.”

Sembari sedikit membenarkan kain cadar yang dikenakan, ruang di antara kedua alis Ameera berkerut saat merasakan sesuatu di atas keningnya. Sebelah tangannya tergerak untuk mengambil sesuatu yang mengganjal tersebut. “Handuk kecil?” Ia memandangi handuk di tangannya dengan perasaan bingung.

Mengerjapkan matanya beberapa kali, Ameera kembali menatap sosok jangkung yang masih terlelap itu dengan tatapan penuh tanda tanya. “Apa yang terjadi? Semalam ….” Ameera mencoba mengingat-ingat kembali apa yang terjadi tadi malam.

Beberapa detik kemudian, perempuan itu terbelalak tatkala potongan-potongan dari kejadian semalam berputar di kepalanya bak gulungan memori. Saat di mana, dirinya yang baru saja kembali ke dalam kamar dalam kondisi tubuh berat karena kelelahan, tiba-tiba tumbang dan pingsan. “Tunggu, kalau enggak salah, tadi malam aku mendengar suara mobil mas Alvan. Setelah merapikan dapur, mencuci piring, aku ke kamar dan … semuanya jadi gelap.” Ameera menangkupkan sebelah telapak tangannya, menutupi mulutnya yang ternganga. Baru saja, dia menyadari sesuatu yang salah di sini.

“Jangan-jangan, semalaman ini Mas Alvan menjagaku?” pekik Ameera dengan suara tertahan. Takut kalau-kalau suaminya itu akan terbangun. Tentu saja, Ameera tidak ingin terlalu percaya diri dan salah paham. Namun, melihat kondisinya saat ini, membuat Ameera menyadari bahwa suaminya itu memang telah menjaganya.

Pada saat yang sama, Alvan yang sedikit terusik oleh pergerakan Ameera terbangun. Menegakkan tubuhnya, ia menatap Ameera dengan pandangan kabur karena kantuk yang masih mendera. “Kamu sudah bangun rupanya.”

“M-mas Alvan?” panggil Ameera seraya menatap cemas ke arah suaminya.

Seketika itu juga, Alvan terbelalak tatkala menyadari di mana dirinya berada sekarang. Rasa kantuk yang semula masih menyelimuti pun seketika lenyap. Dengan cepat, Alvan mengubah ekspresi wajahnya dan memasangnya sedatar mungkin. Tentu saja, dia tidak ingin membuat Ameera salah paham dan mengira bahwa dirinya peduli padanya.

“Kamu mengganggu tidurku!” ucap Alvan dengan nada dingin.

“Kenapa Mas Alvan tidur di sini? Apa Mas Alvan yang menjagaku semalaman?” terka Ameera ragu-ragu.

Sosok jangkung itu langsung melayangkan tatapan menghunus. Seolah, tidak terima dengan tudingan yang diberikan oleh Ameera. “Siapa yang menjagamu? Aku hanya tidak sengaja ketiduran di sini!” elak Alvan dengan ketus.

Ameera mengerjap polos. “Tapi, aku melihat ada baskom dan handuk kompres. Aku rasa, Mas Alvan telah menolongku semalam.” Ameera menyebutkan baskom di atas nakas serta handuk kecil yang sebelumnya terlampir di keningnya.

Garis rahang Alvan mengetat. Dia paling membenci seseorang yang berlagak sok tahu tentang dirinya. “Sudah aku bilang, kalau aku tidak menolongmu atau menjagamu. Kenapa kamu berisik sekali!” kelakar laki-laki itu, berang. Bahkan, orang bodoh sekalipun akan tahu apa yang terjadi di sana justru sebaliknya. Namun, Alvan terlalu gengsi untuk mengakui.

Di tempatnya, Ameera hanya bisa menatap kemarahan Alvan dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa bersalah karena telah menjadi beban bagi laki-laki itu. Namun, di sisi lain, ada rasa hangat yang tumbuh di hatinya, saat mengetahui fakta bahwa Alvan telah menolong dan menjaganya semalaman.

“Terima kasih, Mas.” Alvan yang sempat tersulut, mendadak terdiam. “Meski Mas Alvan enggak bermaksud begitu, tapi nyatanya Mas sudah menjaga dan merawat aku.”

Kata-kata Ameera yang lembut dan tulus, berhasil mengetuk sesuatu di dalam dada Alvan. Belum lagi, ditambah dengan bayangan wajah Ameera yang samar-samar kembali melintas di dalam ingatan-nya, membuat hati Alvan bergetar, seolah ada emosional yang tidak bisa dia jelaskan. Beruntung, sebelum ketiduran tadi dia telah memasangkan kembali kain cadar itu, sehingga Ameera tidak mungkin curiga padanya.

Berdeham beberapa kali, Alvan kemudian mengalihkan pandangan-nya ke arah lain. “Kau terlalu banyak bicara. Kepalaku menjadi pening mendengarnya!” ketus sosok jangkung itu lalu bangkit dari duduk dan pergi meninggalkan kamar dengan perasaan yang rumit.

Sementara itu di tempatnya, Ameera hanya diam menatap kepergian Alvan. Dia tahu, suaminya itu masih belum bisa menerimanya. Bagaimanapun juga, pernikaham mereka terlalu tiba-tiba, sehingga butuh waktu bagi dua hati yang berbeda untuk bisa bersatu. “Mas Alvan masih bersikap dingin. Sepertinya, butuh banyak usaha bagiku untuk bisa mencairkannya,” gumam Ameera sendu.

Related chapters

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 08 || Prasangka

    Sinar matahari menyelinap masuk, menerangi setiap ruang di kediaman keluarga Septihan. Sekalipun kehangatan menyapa pagi hari. Namun, tidak cukup untuk mencairkan suasana dingin di meja makan. Bianca, yang duduk di posisi ujung meja memasang ekspresi masam, sementara kedua matanya menyapu seisi ruangan seolah tengah mencari sasaran empuk untuk melampiaskan kekesalan-nya. Sampai pada beberapa saat kemudian, pandangan wanita itu tertuju pada sosok Ameera yang sedang berjalan sedikit tertatih memasuki ruangan.“Melihatmu berjalan seperti itu, hanya akan membuat aku berpikir kalau kamu sedang berpura-pura sakit, Ameera. Sengaja bersikap lemah, agar bisa menghindari membuat sarapan dan pekerjaan rumah tangga. Benar-benar akting yang menakjubkan!” cibir Bianca menohok. Sorot matanya yang tajam, seolah siap menguliti Ameera hidup-hidup. Tidak peduli dengan suami, ayah mertua dan putranya yang juga berada di sana, wanita paruh baya itu tidak sungkan untuk langsung menyerang Ameera dengan kata-

    Last Updated : 2024-06-18
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 09 || Bekal Makan Siang

    Ameera berjalan memasuki kamar lalu mendudukkan dirinya di sisi tempat tidur. Sebelah tangannya tergerak untuk menyeka keringat di keningnya. Baru saja, ia menyelesaikan pekerjaan di mansion, sebagai tugas yang diberikan oleh Bianca. Sekalipun sedikit kelelahan, Ameera merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Mungkin, hal itu dikarenakan semalaman ia telah beristirahat dan meminum obat.Alih-alih membaringkan diri di kasur, pandangan Ameera tanpa sengaja berlabuh pada sebuah handuk kecil yang berada di atas nakas. Senyum tipis terukir di bibir merah muda Ameera begitu teringat dengan Alvan yang telah merawatnya semalam. “Aku masih enggak nyangka, semalam Mas Alvan akan merawatku,” gumamnya pelan.Membahas tentang Alvan, Ameera teringat jika Saat ini, suaminya itu sedang sibuk bekerja dan entah kapan akan kembali. “Aku dengar dari Papa, katanya Mas Alvan sangat sibuk mengurus pekerjaan di kantor dan sering melewatkan jam makan. Sepertinya, membuatkan bekal makan siang untuknya bukanlah i

    Last Updated : 2024-06-19
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 10 || Perasaan Aneh

    Ameera berlari sekuat tenaga meninggalkan ruangan pribadi Alvan. Sementara Jay yang masih berdiri di depan pintu, hanya bisa menahan napas atas apa yang baru saja terjadi. Tanpa bisa dicegah, air mata perempuan itu mengalir dengan begitu deras membasahi pipi pucatnya yang tertutup kain cadar. Kekecewaan dan rasa sakit seketika memenuhi relung hatinya begitu bayangan kurang menyenangkan yang ia lihat beberapa detik lalu kembali melintas di kepalanya.Napasnya terasa sesak, dadanya panas dan sakit. Ameera tidak pernah menyangka bahwa takdir hidupnya akan membawanya sampai ke titik ini. Titik di mana hatinya terasa hancur berkeping-keping menyaksikan suaminya bermesraan dengan wanita lain tepat di depan matanya sendiri.“Seharusnya aku menyadarinya. Mas Alvan memang suamiku, tetapi hatinya bukan untuk-ku. Dia sudah memiliki kekasih jauh sebelum kami menikah,” gumam Ameera sembari mengusap air matanya dengan sedikit kasar.Dalam keadaan bingung dan sedih, Ameera tidak menyadari ke mana dia

    Last Updated : 2024-06-20
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 11 || Realisasi Menyakitkan

    “Mas Alvan, lepasin. Mas mau bawa aku ke mana?” pinta Ameera seraya berusaha melepasakan cekalan tangan Alvan yang begitu kuat.Namun, alih-alih segera melepaskan, sosok jangkung itu justru menulikan pendengaran-nya. Ia terus menarik perempuan itu pergi bersamanya. Tidak peduli dengan Ameera yang kesulitan dalam mengimbangi langkah lebarnya hingga terseok.Beberapa orang yang mereka lewati, nampak terkejut melihat kejadian tersebut. Tidak sedikit pula yang bertanya-tanya mengenai siapakah wanita bercadar yang bersama Alvan itu. Berbagai macam spekulasi mulai bermunculan, menantikan kabar panas yang mungkin akan beredar dikeesokan hari dan tersebar di forum gossip.Walau demikian, Alvan tidak peduli. Saat ini, pikiran-nya kacau, begitu juga dengan perasan-nya yang terasa tidak karuan. Dia terus menarik Ameera, membawanya ke ruangan pribadinya.Jay dan Gled yang masih berada di sana nampak mengernyitkan kening melihat Alvan yang kembali bersama Ameera. Namun, belum sempat keduanya bertan

    Last Updated : 2024-06-21
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 12 || Khawatir

    Semilir angin bertiup kencang, menerbangkan dedaunan kering yang berserakan di pekarangan luas. Di bawah langit senja yang indah, Ameera berjalan lunglai memasuki teras mansion. Pundaknya menurun lesu, pandangan-nya yang kabur, menyiratkan kesenduan, menunjuk-kan jika ia baru saja melewati hari yang kurang menyenangkan.Masih terbayang dengan jelas di benak Ameera bagaimana ia berusaha keras membuatkan bekal makan siang untuk Alvan. Namun, saat mencoba mengantarkan-nya ke kantor, ia justru disambut dengan respon kurang baik oleh suaminya. Persitegangan terjadi, dengan Alvan yang menuding Ameera dengan pernyataan ini dan itu, sehingga membuat perempuan itu berakhir tersinggung dan sakit hati.“Oh, apa yang kamu pikirkan, Ameera. Sudahlah, semua sudah berlalu.” Menghela napas panjang, Ameera mencoba melupakan beban berat yang sempai bergelayut di hatinya dan fokus kembali dengan tujuan serta rencana masa depan-nya.Ameera berjalan memasuki pintu utama mansion dengan perasaan yang jauh le

    Last Updated : 2024-06-22
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 13 || Peringatan Alvan

    Alvan membawa Ameera menuju kamar tidur mereka. Perempuan di dalam gendongan-nya itu terlihat sangat lemah dan tidak berdaya. Bahkan, ketika Alvan mencoba memanggil-manggil namanya, Ameera tetap tidak menanggapinya dengan kedua mata tertutup.“Tolong, buka pintunya. Ameera takut,” rancau perempuan itu dengan suara rendah hingga nyaris tak terdengar kalau saja Alvan tidak memiliki rungu yang tajam.Di sela-sela langkahnya, Alvan menunduk-kan kepalanya sekilas dan terkesiap melihat kondisi Ameera yang semakin memprihatinkan. Tubuhnya gemetar hebat, napasnya tersendat. Sesampainya di dalam kamar, sosok jangkung itu menurunkan Ameera, bermaksud menyuruhnya agar segera beristirahat. Namun, baru saja telapak kaki perempuan itu menyentuh lantai, Ameera kembali tidak sadarkan diri dan jatuh ke dalam pelukan Alvan.“Ameera, Ameera.” Alvan yang terkejut, menepuk-nepuk wajah Ameera yang tertutup kain cadar, mencoba membangunkan-nya. Namun, perempuan itu tetap tidak merespon. “Astaga, ada apa deng

    Last Updated : 2024-06-23
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 14 || Ingin Kembali

    Ameera terbangun dengan perasaan linglung. Masih dalam kondisi berbaring, sepasang mata indahnya bergerak ke sana-ke mari memperhatikan suasana di sekitar. Betapa terkejutnya ia saat menyadari jika saat ini dirinya telah berada di dalam kamar. Padahal, seingat Ameera dia sedang dikurung oleh ibu mertuanya di gudang bawah karena membuat sang ibu kesal.“Kenapa aku bisa berada di sini? Bukankah Mama mengurungku di gudang?” gumam Ameera di sela-sela kebingungan.Perlahan, Ameera mendudukkan dirinya dan menyandarkan punggung kurusnya pada sandaran kasur. “Sepertinya Mas Alvan masih belum pulang.” Setelah memastikan keadaan kamar benar-benar kosong, sebelah tangan Ameera tergerak untuk membuka kain cadar yang dikenakan, barulah dia bisa bernapas dengan lebih leluasan. “Tubuhku, rasanya sakit sekali,” monolog perempuan itu seraya merenggangkan otot-otot tubuhnya yang menegang.Di sela-sela kegiatan-nya, pergerakan Ameera tiba-tiba terhenti tatkala sekelebat ingatan samar melintas di kepalany

    Last Updated : 2024-06-24
  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 15 || Sedikit Gambaran Masa Lalu

    Pagi menjelang siang itu, Ameera sedang duduk sendirian di kursi santai. Matanya terpaku pada kolam renang di hadapan-nya yang airnya tenang. Angin sepoi-sepoi membelai wajahnya melalui sela-sela kain cadar yang dikenakan, mengusir panas dan sesak yang sempat bergumul di dalam dadanya. Sekalipun dia berada di Mansion megah nan luas. Namun, tidak cukup menutupi kesepian di hatinya.Ameera merenungi nasib hidupnya yang pahit. Masa lalunya tidak seindah yang dibayangkan. Kenangan-kenangan menyakitkan terus menggelayuti pikiran-nya. Masih teringat dengan jelas bagaimana ibu Panti menceritakan tentang dirinya yang saat bayi ditemukan di depan pintu panti asuhan dan tumbuh di sana. Pengalaman berpindah tempat tinggal dengan orang tua asuh yang berbeda, mendapatkan perlakuan kurang mengenakan, seperti dipukuli, di siksa dengan berat di usianya yang masih terlalu kecil, tidak terlewatkan. Sampai pada saat di mana dia dipertemukan dengan Via dan Sulistyo, orang tuanya yang sekarang, barulah Ame

    Last Updated : 2024-06-25

Latest chapter

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 55 || Krisis Yang tak Terduga

    ***Di bawah terik mentari yang menyengat, Ameera berdiri seorang diri di pinggir jalan. Sesekali, ia mengecek ponsel di tangan-nya, dengan sedikit perasaan cemas. Selepas menemui kakek David, ia berencana segera pulang. Kebetulan, kali ini Santi tidak bisa menemaninya lantaran harus kembali ke mansion keluarga Septihan lebih awal untuk merawat ibunya yang sedang sakit. Meski begitu, Jay sempat memberitahu Ameera, jika Alvan akan datang menjemputnya.Namun, sudah lebih dari sepuluh menit menunggu, belum ada tanda-tanda kedatangan suaminya. Sampai pada beberapa saat kemudian, Ameera mendapati ponselnya bergetar, segera ia mengeceknya. “Ternyata Mas Alvan masih ada pertemuan dan akan sedikit terlambat,” gumam perempuan itu dengan mata menatap lurus layar yang menampilkan pesan teks dari Jay.Sementara itu, di sisi lain Zico yang berada di lobi rumah sakit dan sedang berbicara dengan seseorang, nampak mengernyitkan kening melihat keberadaan Ameera di se

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 54 || Kebebasan?

    Ting!Pintu lift terbuka menampilkan Jay yang keluar dari dalam sana, dan berjalan tergesa-gesa menuju ruang pribadi Alvan. “Tuan Muda.” Pria tinggi itu menghentikan langkahnya tepat di depan meja kerja atasan-nya, sebelum kemudian menautkan kedua telapak tangan-nya ke depan dan menunduk sopan.“Ada apa, Jay? Kau terlihat panik.” Melirik sekilas, Alvan yang duduk di kursi kebesaran bertanya.Setelah mengatur napasnya yang ngos-ngosan, Jay segera menegapkan tubuhnya serta bersikap tegas. “Nyonya Muda baru saja menghubungi saya. Ingin meminta izin ke rumah sakit untuk menemui Tuan Besar,” ujarnya memberitahu.Kedua alis tebal Alvan berkerut. “Menelponmu?” ulangnya yang disambut angguk-kan kecil oleh Jay.Sesaat kemudian, pria muda itu menggeleng tatkala menyadari air muka atasan-nya yang berubah. “Err ... maksud saya, kemungkinan Nyonya Muda menghubungi saya karena Anda tidak kunjung mengangkat telpon atau pun membalas pesan darinya. Tuan Muda, tolong jangan salah paham,” pungkas Jay se

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 53 || Serba Salah

    Untuk yang kesekian kalinya, Ameera yang sedang duduk di sofa depan televisi menghela napas panjang. Saat ini, di tangan-nya terdapat sebuah amplop cokelat berisi surat cerai yang telah ditandatanganinya. Seminggu berlalu sejak kabar mengenai rencana pernikahan Alvan dengan Katrine terdengar, suaminya itu tidak pernah kembali ke villa. Beberapa kali, Ameera mencoba mengirim pesan dan menanyakan kabarnya. Namun, Alvan hanya mengatakan jika dia sedang sibuk mengurus pekerjaan sehingga tidak bisa pulang.Mula-mula, Ameera percaya dengan apa yang dikatakan oleh suaminya. Sampai pada suatu ketika Zico mengiriminya foto-foto kebersamaan Alvan dan Katrine, barulah Ameera merasa kepercayaan-nya terluka. Bukankah, di dalam pernikahan, hubungan suami dan istri haruslah saling terbuka? Selain itu, mereka juga bisa saling mempercayai satu sama lain, dengan begitu, akan terbentuk rumah tangga yang harmonis. Namun, Ameera tidak mendapatkan hal seperti itu berlaku di dalam perhikahan-nya. Di sampi

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 52 || Harapan Dalam Kepedihan

    Mentari sore menyusup lembut melalui celah kain cadar yang dikenakan Ameera, menyinari wajah ayu-nya yang selalu tertutup bila berada di luar. Siang tadi, Alvan mengirim pesan kepadanya, menyuruhnya untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat lingkungan di sekitar agar tidak jenuh karena terus-menerus berdiam diri di villa.Tidak menyia-nyiakan kesempatan yang diberikan, Ameera pun menyambut perintah tersebut dengan senang hati. Seperti saat ini, setelah sempat berjalan muter-muter di lingkungan sekitar, ia dan Santi berhenti di sebuah taman hijau dan memutuskan untuk menetap di sana guna menikmati indahnya suasana di sore hari.Ameera duduk tenang di sebuah tempat duduk yang menghadap langsung arena taman. Garis-garis halus di keningnya berkerut, menunjuk-kan keseriusan, sementara pandangan-nya menatap lurus pada lembaran putih yang berada di pangkuan-nya, memperhatikan-nya lekat-lekat, seolah sesuatu yang berharga akan keluar dari sana.Santi, berdiri di sisi Ameera, memperhatikan setiap

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 51 || Situasi Terjepit

    Setelah malam yang penuh dengan ketegangan itu berlalu, kehidupan di villa kembali berjalan sebagaimana biasanya. Ameera dan Alvan, menjalani rutinitas sehari-hari tanpa membahas atau mengungkit apa yang telah terjadi. Ameera tetap melayani kebutuhan Alvan seperti sebelumnya-menyediakan sarapan, menyusun jadwal dan menjaga rumah mereka agar tetap nyaman. Sementara Alvan, meski masih terkesan dingin, tetapi tidak lagi menghindari keberadaan Ameera. Bahkan, sesekali ia memberikan senyuman tipis, sesuatu yang hampir mustahil ia lakukan sebelumnya.“Mas Alvan sudah mau berangkat?” tanya Ameera kepada suaminya yang sedang bersiap-siap.Menoleh sekilas ke arah sumber suara, sosok jangkung itu hanya membalas dengan mengangguk singkat. “Hm.” Mengulum tipis bibir bawahnya, Ameera berjalan menghampiri suaminya. “Biar aku bantu, Mas.” Tangan putih perempuan itu terulur untuk merapikan kemeja yang dikenakan Alvan, sebelum kemudian menimpanya dengan stelan jas berwarna hitam, semakin menambah kesa

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 50 || Air Mata Ameera

    Alunan pelan dari musik jazz melayang di udara, membaur dengan suara gelas yang beradu, serta tawa samar dari para pengunjung bar. Di sudut ruang VIP, Alvan duduk termangu dengan tubuh tertunduk. Sebelah tangan-nya menggenggam gelas whisky yang masih penuh, sementara pandangan-nya kosong, seolah tenggelam dalam dunia lain.Zerioun yang baru saja sampai setelah sebelumnya membuat janji temu, memperhatikan Alvan dari kejauhan dengan kedua alis bertaut. Seperti yang ia ketahui, sahabat karibnya itu bukan tipe orang yang mudah goyah, bahkan terhadap hal-hal besar sekalipun. Lantas, apa yang membuatnya hingga tampak tak berdaya seperti ini?“Ada apa dengan-nya, Jay? Kenapa dia terlihat sangat buruk?” Sembari berjalan menghampiri kursi tempat di mana Jay dan Alvan berada, Zerioun bertanya.“Tuan Zerioun.” Jay segera menunduk sekilas pada Zerioun sebelum kemudian melirik sosok di sebelahnya yang sedari tadi termenung dalam diam. “Tuan Muda sedang dalam kondisi hati yang buruk. Sepertinya, in

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 49 || Serangan Balik

    Alvan berjalan perlahan menghampiri Ameera. Setiap kali kakinya melangkah, ia merasa bagai menginjak ranjau menuju jurang kehancuran. Ruangan di sana mungkin penuh dengan kilau cahaya, tawa renyah dari para tamu, serta aroma bunga yang semerbak. Namun, bagi Alvan, semua itu tidak berarti dan terasa begitu hampa.Di tempatnya, Ameera berdiri membeku dengan pandangan tertuju lurus ke depan. Setiap detik yang berlalu, terasa seperti beban yang menghimpit hatinya. Rasa sakit itu terlalu nyata, terlalu dalam untuk diungkapkan dengan kata-kata. Semua harapan dan impian yang dibawanya, telah hancur berkeping-keping di hadapan pemandangan yang menyakitkan ini.“Akhirnya pulang juga. Dari mana saja kamu, Ameera? Seharian keluyuran tidak jelas!” sengit Bianca memecah keheningan di antara Alvan dan Ameera. “Mama,” tegur Brian pada sang istri. Bisa dikatakan, jika acara kali ini begitu dadakan, sehingga Brian merasa cemas kalau-kalau Ameera tidak mengetahuinya dan membuatnya terkejut.Bianca mend

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 48 || Debu Mimpi Yang Terhempas Angin

    Gelapnya malam menyelimuti, menyisakan samar-samar sinar rembulan yang menembus tirai jendela dan menerangi wajah Ameera yang terlelap tenang dalam tidur. Di antara keheningan yang ada, Alvan duduk di tepi ranjang, mengamati perempuan di pembaringan dengan tatapan lembut. Selepas menghadiri rapat dan menyelesaikan urusan pentingnya, Alvan memutuskan untuk kembali ke mansion. Bukan tanpa sebab, di tengah persitegangan yang terjadi siang tadi, diam-diam Alvan terkejut saat tanpa sengaja melihat tangan Ameera yang terluka. Namun, karena situasi saat itu cukup panas, Alvan memilih menahan egonya dan bersikap seolah-olah tidak peduli. Dan, sekarang, dia datang untuk memastikan keadaan perempuan itu.“Terluka sampai seperti ini, dan dia sama sekali tidak mengadukan-nya padaku.” Alvan menatap garis luka di tangan Ameera dengan sedikit ngilu. Rasa bersalah dan khawatir, seketika merayapi relung hatinya, membuat Alvan semakin terpukul. Bagaimana bisa, perempuan itu menanggung semua penderitaan

  • SUAMI PENGGANTI Untuk Wanita Islami   Bab 47 || Terperanjat

    Ameera berdiri di tengah ruangan dengan tubuh gemetar. Kening putihnya berkerut, kedua tangan kecilnya meremas erat ujung gamis yang dikenakan, sementara air matanya mulai menggenang di pelupuk mata, menantikan nasib buruk yang sebentar lagi mungkin akan menimpanya. Saat ini, tepat di hadapan-nya, Bianca tengah menatapnya dengan sorot mata penuh amarah.Tidak sendirian, di sekeliling mereka juga terdapat para pelayan yang berdiri dengan kepala menunduk, seolah enggan terlibat dalam persitegangan ini. Namun, sangat disayangkan, tidak satupun dari mereka yang berani menolak perintah Bianca untuk ikut serta dalam menyidang. Semua ini bermula ketika Ameera tanpa sengaja menemukan sebuah miniatur milik Alex saat sedang merapikan ruang penyimpanan di belakang mansion. Bianca yang kebetulan lewat, terkejut dan langsung murka begitu melihat barang milik mediang putranya berada di tangan Ameera. “Kamu tahu apa kesalahanmu, Ameera?” tanya wanita paruh baya itu penuh intimidasi.“Maaf, Ma. Amee

DMCA.com Protection Status