Bagaimana menurut kalian bab ini? Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini Selamat membaca love -minaya- ig: @your.joyyy
“Kau tidak sedang bercanda kan?” tanya Serena dengan raut wajah yang sangat tercengang. Dante menatap Serena dengan tatapan serius. “Apa saya terlihat seperti orang yang suka bercanda?” tanya Dante balik. Seperti biasanya pria itu selalu menjawab pertanyaannya dengan pertanyaan balik. Tapi benar, pria ini tidak terlihat seperti orang yang suka bercanda. “Oke, memang benar aku tidak bisa mengingat apapun tentang masa laluku, tapi apa buktinya jika kau yang menyelamatkanku? Kenapa kau bisa ada di sana? Dan bagaimana bisa?” tanya Serena dengan pertanyaan bertubi-tubi. Sangat sulit baginya untuk mempercayai perkataan Dante. “Inilah kenapa saya malas mengatakan ini, karena saya tidak suka ikut campur urusan orang lain,” jawabnya dengan nada dingin. “Tidak bisakah kau langsung menjawab pertanyaanku?” Dante menghembuskan napasnya kasar, lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam dompetnya. Sebuah foto yang sedikit usang membuat Serena
“Saya tau semuanya karena mamamu berselingkuh dengan ayah saya,” jawab Dante dengan nada yang terdengar sedih.Serena tiba-tiba berdiri sambil menutup mulutnya tak percaya. “Dante, kau serius?” tanya Serena tak habis pikir.Begitu banyak rahasia yang tidak dia ketahui selama ini, bagaimana bisa Serena hidup dengan egois, menyalahkan semua orang dan merasa paling menderita?“Jadi mamaku berselingkuh dengan Reynad, papamu?” tanya Serena.“Bukan, Reynad adalah papa tiri saya. Ayah kandung saya yang berselingkuh dengan mamamu. Dan pria yang dikatakan Fredrick mati bersama mamamu itu adalah ayahku.”Napasnya tercekat. Setelah semua fakta itu Elena masih sangat baik dengannya, bagaimana bisa?“Aku tidak tau harus mengatakan apa,” ucap Serena dengan nada getir. Seluruh tubuhnya lemas, seluruh semangatnya untuk hidup rasanya sirna begitu saja.“Oleh karena itulah saya sebenarny
PLAK!!!“Nico kau melewati batasmu!” teriak Serena kepada pria itu. Tangannya mengepal karena emosi, wajah gadis itu memerah saking marahnya dia saat ini.Pria itu hanya menatap Serena sambil menghembuskan napasnya kasar. Matanya memerah, dan bau alkohol menyeruak di indra penciuman Serena.Memang tidak ada gunanya untuk memarahi orang yang sedang mabuk seperti ini. Tapi, perbuatan Nico tidak bisa ditoleransi lagi oleh Serena.“Kau juga yang mengutus orang itu?” tanya Serena berharap mendapat penjelasan dari Nico.Serena sengaja mengecilkan suaranya walaupun dia sedang tersulut emosi karena keduanya saat ini sedang berada di dalam toilet. Serena takut ada yang mendengar percakapan mereka.Hotel ini jelas milik keluarga Nico, dan CEOnya adalah kakaknya sendiri yang Serena baru tau namanya, Matteo. Jika bukan Nico, siapa lagi yang punya nyali sebesar itu untuk memasang alat penyadap, kamera bahkan yang paling parah mengutus orang untuk membunuh Dante.Nico memang sudah gila!Sebenci apa
“Nona, apa anda mendengarkan kami?”Serena yang sedang duduk di ruangan rapat perusahaannya itu maish melamun sambil memegang pulpen di tangannya.Seluruh karyawan di divisi perencanaan itu menoleh satu sama lain karena tak ada yang berani mengganggu pewaris satu-satunya perusahaan tempat mereka bekerja itu.Pria yang sedang melakukan presentasi itu terlihat menunjukkan wajah yang cemas sambil memberikan kode kepada temannya yang lain untuk menyadarkan Serena dari lamunannya.“Nona, Serena apa anda tidak enak badan?” tanya karyawan wanita yang duduk tak jauh dari tempat duduk Serena.Serena mengerjap dari lamunanya dan menatap seluruh karyawannya yang kini menatapnya juga. “Ahh, maafkan saya. Silakan lanjutkan presentasinya,” ucap Serena dengan cepat saat menyadari dirinya tidak fokus hari ini.Seluruh anggota timnya ini pasti merasa aneh dengan manager mereka hari ini karena tidka biasanya Serena melamun dan tidak fokus apalagi saat rapat penting seperti ini.“Nona, jika anda merasa
“Pulang bersamaku.”Suara pria yang datang dari arah belakang itu lantas membuat Serena menoleh. Nico datang sambil membawa sebuah payung untuknya.“Maaf Tuan Nicholas, hubungan kita hanya sebatas rekan kerja, dan kau tidak perlu mengantarku pulang,” jawab Serena berusaha berbicara sesopan mungkin.“Tunggu!”Nico berdiri tepat di depan Serena yang hendak pergi menerobos hujan, pria itu berniat untuk menghalangi jalannya. “Kau masih marah karena kejadian waktu itu?” tanya Nico.Guyuran air hujan membuat Serena sedikit kesulitan untuk mendengarkan ucapan Nico. Gadis yang memakai rok mini ketat dan blazer yang memperlihatkan buah dadannya yang sintal itu malah celingak-celinguk memperhatikan sekitar.Sejak Nico datang, seluruh karyawan di perusahaannya menjadi heboh sendiri, Serena hanya takut ada gosip-gosip aneh yang muncul tentang dirinya dan Nico mengingat seberapa terkenal pria ini di negaranya.“Aku tidak akan berbicara lagi denganmu jika kau terus bertindak seenaknya seperti ini,”
“Tentusaja kamu ikut pindah bersamaku ke sana.”“Aku tidak mau!” Serena memberenggut kesal ketika Dante membawanya ke mansion baru yang akan mereka tempati yang hanya berjarak beberapa meter dari mansion milik Serena.Serena menghembuskan napasnya kasar. Berbicara dengan remaja labil seperti ini memang sangat sulit bagi Dante yang usianya jauh hampir kepala empat.“Aku merasa gagal sebagai seorang pria karena punya istri seperti remaja labil seperti ini,” sinis pria itu lagi-lagi menyebut Serena sebagai remaja labil padahal usianya sudah dewasa.Serena menatap Dante dengan tatapan tajamnya. “Kalau aku remaja, maka aku akan memanggilmu Om saja mulai sekarang,” balas Serena membuat Dante geleng-geleng kepala.“Terserah apa maumu, yang penting aku tunggu barang-barangmu sudah dipindahkan besok ke mansion baru kita ini,” ucap Dante tak ingin memperpanjang perdebatannya.Serena tak menyahut ketika Dante melajukan mobilnya melewati mansion Serena dan terus berjalan lurus menuju mansion baru
“Sebagai istri kau yang harus berjalan paling depan!” ucap Dante sambil menyuruh Serena maju dengan matanya.“APA?!”Dante terkekeh ketika melihat ekspresi terkejut Serena. Pria itu langsung mengacak pelan rambut gadis itu dan berkata. “Aku hanya bercanda, kenapa kau keliatan sangat takut, hm?” tanya Dante tak habis pikir.“Aku tidak takut, hanya malas ikut campur urusan asmara orang lain,” ucapnya memberenggut kesal.“Tidak ada urusan asmara-asmara seperti yang kau katakan, semua urusan di hidupku hanya tentang bisnis,” jawab pria itu dengan nada yang sangat menyebalkan.Serena hanya geleng-geleng kepala membayangkan betapa monotonnya hidup Dante hanya berkutat dengan bisnis, uang, dan semua kemewahan itu.Dengan kesal, Serena berjalan mendahului pria itu sambil menenteng tas herme$ di tangannya. Bunyi heels merah merona setinggi 7 senti yang di pakai Serena berbunyi sangat nyaring ketika bersentuhan dengan paving dari taman mansion itu.Serena memincingkan matanya sambil memperhatik
“Ini dikirim tepat 1 bulan sebelum aku bertemu dengan Dante, dan saat acara pertemuan keluarga aku juga menerima ancaman ini.” Serena berucap sambil melihat kertas-kertas yang berisi isi pesan dari orang yang selalu menguntitnya dari dulu itu sambil berpikir keras.Serena sengaja mengeprint seluruh isi pesan itu beserta tanggalnya dan menempelnya di sebuah papan di ruang kerjanya yang sangat rahasia itu.Setelah kabur dari mansion Dante malam itu, pria itu mengatakan kalau dia ada perjalanan bisnis untuk beberapa hari sehingga Serena memiliki waktu untuk memikirkan rencana selanjutnya tentang pernikahannya ini.“Ini sangat aneh, semenjak aku bertemu dengan Dante, orang ini mengirim pesan ancaman semain sering, apa ini ada hubungannya?” tanya Serena pada dirinya sendiri.Kertas-kertas itu sudah dicoret-coret dengan spidol merah agar Serena bisa memperhatikan polanya. “Nico tidak boleh tau tentang ini dulu sebelum aku mendapatkan beberapa bukti.” Serena sengaja tidak memberitahu siapapu