Share

97. MUNCUL DI SAAT TEPAT

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 20:31:28

"I-ini..." A Cu tergagap, keringat dingin mengalir di pelipisnya. "Hanya nasi sayur untuk Kak Xiao Lin yang masih belum sehat, Guru."

Tetapi hidung Yun Hui yang tajam mampu membedakan aroma daging dengan aroma sayuran.

"Ini bukan aroma sayuran," ujarnya dingin, "buka keranjangmu!"

"Maaf tidak bisa, Guru," A Cu berusaha berkelit, "nasi ini sudah dicampur obat herbal. Kalau dibuka, harus segera dimakan. Murid harus segera menyerahkannya pada Kak Xiao Lin."

Setelah berkata demikian,A Cu segera melesat melewati gurunya. Namun Yun Hui lebih cepat, dengan satu kibasan tangan yang mengalirkan energi chi, keranjang bambu itu seketika melayang dari genggaman A Cu ke tangannya.

"Guru, jangan!" teriak A Cu panik, wajahnya pucat pasi.

Sambil tersenyum sinis, Yun Hui membuka tutup keranjang. Matanya langsung membelalak melihat bebek panggang keemasan di dalamnya.

"Jelaskan padaku," desisnya marah sambil memelototi A Cu, "bagaimana Xiao Lin yang vegetarian membutuhkan daging bebek?"

Dengan terbat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   98. ILMU PEDANG BAYANGAN BULAN

    Iblis Gelang Besi terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan, "Akan kuturunkan semua jurus milik keluargaku supaya kau bisa menjaga diri dari orang-orang yang berniat jahat. Lagipula sejak kematian Cao Lie karena menggantikan hukuman mati Qing Ning, aku sudah tak memiliki siapa-siapa lagi."“Benarkah?” Mata Du Fei membeliak karena antusias, ia segera berlutut menghormat pada neneknya, “terimalah hormat Murid, Guru!”Dengan telaten, Jin She mulai mengajarkan jurus demi jurus kepada Du Fei. Menggunakan ranting kering sebagai pengganti senjata pedang, ia memperagakan gerakan-gerakan Ilmu Pedang Bayangan Bulan, teknik legendaris yang hanya dikuasai oleh leluhurnya. Jin She sendiri lebih menyukai gelang besi menjadi senjata andalan, tetapi ia masih mengingat dengan baik jurus-jurus Pedang Bayangan Bulan peninggalan kakek buyutnya."Delapan puluh jurus Ilmu Pedang Bayangan Bulan," Jin She menjelaskan, "adalah manifestasi dari kekuatan yin dalam semesta. Setiap gerakan mengandung filosofi

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   99. JEBAKAN BABI HUTAN

    Du Fei mengangguk paham, menggenggam erat ranting di tangan. Ilmu Pedang Bayangan Bulan kini telah menjadi bagian dari dirinya, mengalir dalam setiap tarikan nafas dan denyut nadinya. Bahkan sang nenek, Jin She, tak dapat menyembunyikan kekaguman melihat cucunya menguasai hampir seluruh teknik legendaris itu dalam waktu singkat.Meski hanya menggunakan ranting kering sebagai pengganti pedang, Du Fei mampu merasakan betapa dahsyatnya jurus-jurus yang baru ia pelajari. Dalam benak cucu Jin She mulai membayangkan betapa mengerikan jurus-jurus ini bila dipadukan dengan Pedang Naga Api yang hendak dicarinya di Gunung Huolong."Du Fei," suara lembut Jin She memecah lamunan sang cucu. Wanita tua itu menghampiri sang cucu, ia memegang sesuatu, langkahnya ringan menyiratkan puluhan tahun pengalaman dalam dunia persilatan. "Sebelum kau memulai perjalanan, Nenek ingin memberimu sesuatu."Sebuah kotak kayu kecil berukir naga emas pun berpindah tangan. Du Fei membukanya dengan hati-hati, mendapati

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   100. KUPU-KUPU BIRU

    Suara tawa riang Liu Heng yang masih asyik berperan sebagai babi hutan terdengar sayup-sayup, sementara Du Fei melesat makin jauh. Akan tetapi ia tidak tahu bahwa si kakek bukanlah orang biasa melainkan seorang pendekar hebat dan mantan tetua Kunlun Pai. Hanya karena serakah ingin menjadi pendekar nomor satu dan menguasai jurus pamungkas yang hanya boleh dipelajari oleh ketua Kunlun, ia mencuri sebagian kitab dan mencoba mempelajarinya. Karena penguasaan tak sempurna itu, Liu Heng berakhir menjadi tak waras dan bertingkah seperti anak kecil. Dengan mengerahkan tenaga dalam yang disalurkan Liu Heng lewat udara, api unggun yang ditinggalkan Du Fei berkobar semakin besar. Dalam sekejap, tali yang menggantung kaki si Pendekar Sinting terputus, tubuh kakek tua itu melesat turun. Berkat ilmu meringankan tubuh yang nyaris sempurna, Pendekar Sinting itu mendarat dengan ringan seperti gumpalan kapas.“Kucing Nakal, jangan lari … tunggu aku!” Liu Heng terkekeh, melesat menyusul teman bermainn

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   101. KUPU-KUPU BIRU 2

    Pria bertudung itu dengan sigap berbalik, teriakan Liu Heng membelah udara bersamaan dengan tubuhnya yang melesat bagai anak panah. Tangannya bergerak cepat membentuk pusaran energi, menerapkan jurus Tangan Dewa Memukul Arwah. Sosok bertudung hitam itu berputar menghindar, jubahnya berkibar, pedangnya berkilat tajam di bawah sinar matahari."Liu Heng, kau masih hidup rupanya," desis sosok misterius itu. Pedangnya menari dengan gerakan aneh, menusuk dengan ganas dan bertubi-tubi ke arah titik-titik vital. Liu Heng mengelak dengan lincah, "Hehehe ... tentu saja! Mana mungkin Liu Heng mati semudah itu?" Tangan kanannya bergerak dalam lingkaran sempurna, menciptakan gelombang tenaga dalam yang mampu meruntuhkan batu karang.Sosok bertudung itu melompat ke udara, menghindar dengan cepat. Pedangnya kembali menyerang dalam serangkaian tusukan mematikan. Liu Heng menangkis setiap serangan dengan telapak tangannya yang dialiri tenaga dalam, menciptakan denting nyaring setiap kali telapak tan

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   102. SEBUAH RAHASIA BESAR

    "Rahasia besar?" Kening Yun Hui berkerut dalam. Jantungnya mulai berdebar tak beraturan, perasaannya tiba-tiba saja tak enak."Benar. Guru menyimpan rahasia yang hanya diketahui olehku. Beliau berpesan aku hanya boleh memberitahumu setelah aku meninggalkan Hoa Mei," Feng Huang menarik nafas panjang, "baru beberapa hari lalu aku ingat akan janji itu.""Rahasia apa yang Guru sembunyikan dariku?" Yun Hui mencengkeram cangkir tehnya erat-erat. Berusaha menenangkan diri, ia menghirup dalam-dalam aroma teh yang menguar dari cangkir tersebut."Tiga puluh tahun yang lalu …," Feng Huang memulai dengan suara bergetar, "ketika aku menemani Guru mencari daun obat di Jurang Hitam, kami menemukanmu tersangkut di antara dahan pohon. Kau hamil tua dan terluka parah." Bayangan masa lalu melintas di benak Yun Hui. Rasa sakit yang membakar dan keputusasaan yang mencekik tiba-tiba datang kembali. Pengkhianatan kekasih yang berjanji akan menikahinya namun berujung melemparkan tubuhnya ke dalam jurang hing

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   103. DESA JURANG HITAM

    Di luar gedung, Feng Huang sudah menunggu bersama dua ekor kuda. Yun Hui menghampirinya, mengenakan jubah perjalanan dan membawa buntalan pakaian serta bekal di pundak."Kau sudah siap?" tanya Feng Huang begitu Yun Hui duduk di atas pelana.Yun Hui mengangguk, matanya menatap jauh ke arah matahari yang mulai terbenam. "Ya, sudah waktunya aku mencari keberadaan putraku."Mereka mulai memacu kuda masing-masing meninggalkan perguruan Hoa Mei. Di belakang mereka, Xiao Lin dan para murid membungkuk hormat, mengantar kepergian guru mereka dalam diam. Tak ada yang tahu bahwa pencarian ini akan membuka tabir rahasia yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.Desir angin mengiringi derap langkah kuda yang semakin kencang, menyusuri jalan berliku dan menuruni perbukitan terjal. Biarawati Yun Hui memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan hati yang dipenuhi harap. Empat hari empat malam mereka berkuda tanpa henti, hanya berhenti sejenak untuk memberi minum kuda dan melepas lelah. Akhirn

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   104. KERIBUTAN DI PENGINAPAN

    Matahari telah kembali ke peraduan digantikan bulan purnama dan bintang-bintang yang berserakan di langit. Malam semakin pekat, menyelimuti sebuah kota kecil. Lentera-lentera berkelap-kelip menyinari jalan-jalan sempit, sementara penduduk mulai menutup pintu dan jendela rapat-rapat, bersiap menyambut istirahat malam mereka. Di antara bayang-bayang, dua sosok wanita terlihat mengendarai kuda dengan perlahan memasuki kota. Dua sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Feng Huang dan Biarawati Yun Hui. Mereka berdua telah berkuda beberapa jam lamanya setelah meninggalkan Desa Jurang Hitam, kuda-kuda mereka mulai lelah."Hari sudah mulai larut, bagaimana kalau kita bermalam di sini?" kata Feng Huang, menunjuk sebuah penginapan sederhana yang masih tampak buka dan merupakan satu-satunya penginapan di kota kecil itu.Yun Hui mengangguk setuju tanpa banyak bicara, sejak dari Desa Jurang Hitam, ia lebih banyak diam dan melamun. Setelah menambatkan kuda mereka, keduanya berjalan memasuk

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   105. KERIBUTAN DI PENGINAPAN 2

    Feng Huang mengamati perubahan raut wajah mantan adik seperguruannya dengan sorot mata khawatir. Beberapa tahun bersama di perguruan memberinya kepekaan untuk membaca gejolak batin Yun Hui. Sebelum ia sempat membalas gertakan si Kepala Pengawal, gedebak-gedebuk keras terdengar dari lantai atas, disusul suara benda-benda pecah dan teriakan tertahan."Heh," pengawal kurus terkekeh, memamerkan gigi-giginya yang kekuningan. "Dengar itu? Tiga anak buahku sedang memberi pelajaran pada tamu-tamu keras kepala di atas. Kalau kalian tidak ingin bernasib sama, dipukuli sampai mati … lebih baik angkat kaki dari sini sekarang juga!"Sudut bibir Feng Huang terangkat membentuk senyuman sinis, tangannya sudah gatal ingin menghajar kepala pengawal arogan ini. Namun sebelum ia sempat melayangkan tangan tiba-tiba terdengar suara benturan keras di atas mereka."BRAKK!" Disusul tiga sosok tubuh terlempar dari lantai dua, berguling-guling di tangga sebelum mendarat dengan suara berdebum di lantai. Ketiga

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   122. MUTIARA AIR MATA NAGA

    Suara yang tadinya tenang dan anggun itu mendadak bergetar. Du Fei menoleh dan tertegun melihat mata jernih itu kini berkaca-kaca, seperti menyimpan kerinduan yang lama terpendam.Sebelum Du Fei sempat bereaksi, Nona Xin telah bergerak secepat kilat ke arahnya. Jemari lentiknya yang halus meraih tangan Du Fei, menggenggamnya erat seolah takut kehilangan."Eeh, Nona Xin …," Du Fei menjadi salah tingkah, wajahnya memanas saat wanita cantik itu mengusap pipinya dengan lembut. Tatapan mesra yang diberikan Nona Xin membuatnya membeku di tempat, tak mampu bergerak ataupun berpikir jernih."Apakah Nona Xin jatuh cinta kepadaku pada pandangan pertama?" batinnya dengan jantung berdebar kencang. "Nona ... bu-bukan aku tak su-suka, tapi ini terlalu ... cepat!" Du Fei tergagap, berusaha mengendalikan debaran jantungnya yang menggila.Seulas senyum lembut tersungging di bibir Nona Xin. "Kau sudah besar sekarang, Keponakanku sayang!""Ke-keponakan?" Du Fei mengerjap beber

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   121. PENYELAMAT MISTERIUS

    Empat siluman itu melompat bersamaan ke arah Du Fei. Pemuda itu memejamkan mata, mengerahkan seluruh energi di kedua tangannya, siap bertarung sampai mati. Jika ini saat terakhirnya, setidaknya ia akan mati dengan gagah.Namun raungan yang ditunggunya tak kunjung mendekat. Suasana mendadak sunyi senyap, bahkan suara angin pun seolah ikut tenggelam. Du Fei membuka mata perlahan, penasaran dengan apa yang terjadi.Di hadapannya, keempat siluman berdiri membeku dengan wajah pucat pasi. Lushe Yao yang tadi begitu congkak kini gemetar, sisik-sisiknya bergetar menciptakan bunyi gemerisik aneh. Sha Zhang yang biasanya garang kini mundur perlahan dengan lutut bergetar. Bahkan Xie Gua yang bisa menumbuhkan kepala baru pun kini menelan ludah berkali-kali."Ha!" Du Fei tertawa puas, dadanya membusung penuh percaya diri. "Rupanya kalian ini hanyalah siluman-siluman jelek pembual! Lihat, menghadapiku saja sudah gemetar seperti itu!"Ia mengacungkan ranting di tangannya dengan gaya heroik. "Bagaima

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   120. DI UJUNG TANDUK

    "Apa maksudmu?" Xie Gua mendengus tak sabar."Aku memiliki energi api dan kekuatan dewa naga dalam diriku," Du Fei membual dengan mengeraskan suaranya, memastikan gaungnya terdengar ke seluruh hutan. "Siluman manapun yang memangsaku pasti akan mendapatkan kekuatan berlipat seperti dewa!""Aku tak ingin kematianku sia-sia bila hanya dimangsa siluman kelas rendah," tambahnya dengan nada merendahkan.Xie Gua menyipitkan matanya yang berkilat berbahaya. "Kau berkata keras-keras karena ingin membangkitkan siluman-siluman lain agar kami saling bunuh, begitu bukan?"Du Fei tersenyum misterius, "Aku tidak sedang membual. Kau pun tahu seberapa besar energi api yang kumiliki.""Baik!” Xie Gua menghentakkan kakinya dengan tak sabar, “akan kucabut nyawamu seka—" BRAKK!Sebuah batu sebesar gajah menghantam kepala Xie Gua dari atas hingga amblas ke dalam tanah, menghancurkan tengkoraknya dalam sekejap. Darah hitam menggenangi tanah di sekitar batu, membuat Du Fei berg

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   119. SIASAT MENGHADAPI SILUMAN

    Malam semakin larut, di dalam gua hanya  terdengar suara derak kayu bakar yang terbakar perlahan. Xie Gua menatap sosok Du Fei yang berbaring miring menghadap dinding batu, nafasnya teratur seperti orang terlelap."Du Fei?" panggilnya pelan, tak ada jawaban kecuali suara dengkuran halus."Du Fei?" sekali lagi ia memanggil, lebih keras. Masih sunyi.Seringai kejam tersungging di bibir Xie Gua yang mulai berubah. Wajah ramah sang pertapa lenyap, digantikan sosok mengerikan yang selama ini tersembunyi. Kulit tangannya mengeras, bersisik seperti ular. Kuku-kukunya memanjang dan menghitam, tajam bagai belati beracun."He he he, dasar Bocah bodoh!" tawanya menggelegar hingga menggema dalam gua. Transformasinya semakin lengkap, gigi-gigi berubah menjadi taring-taring panjang yang mencuat dari mulut yang kini tersenyum semakin lebar. Hidung memanjang dan membengkok seperti paruh burung pemangsa, dan sepasang mata berkilat merah dalam kegelapan.Du Fei merasakan jant

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   118. PAMAN XIE YANG MISTERIUS

    Kabut tebal mendadak tersibak. Dari balik kegelapan, muncul sesosok nenek tua dengan rambut putih kusut dan pakaian compang-camping. Kulitnya pucat kebiruan seperti mayat, keriput-keriput di wajahnya membentuk pola mengerikan. Namun yang paling menakutkan adalah matanya, merah menyala dengan pupil vertikal seperti mata ular."Sudah lama aku tidak mencicipi daging manusia muda," suaranya serak dan dalam, tidak seperti suara manusia. "Kau pasti lezat, anak muda."Du Fei memasang kuda-kuda, tangan kanannya mencengkeram ranting. "Kau pasti siluman Sha Zhang yang haus darah manusia?"Nenek itu menyeringai, memamerkan deretan gigi tajam bernoda darah. "Oh, kau mengenalku? Aku tersanjung." Ia melompat dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh setuanya, cakar-cakar panjang teracung ke arah Du Fei.Trakk!Ranting kokoh Du Fei berbenturan dengan cakar Sha Zhang. Benturan itu menimbulkan percikan api ungu. Du Fei terkejut merasakan kekuatan di balik serangan itu, jauh melampaui kekuatan manus

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   117. MISTERI HUTAN ILUSI

    Panglima Liu terpojok, punggungnya membentur batang pohon besar. Keringat dingin mengucur deras di dahinya saat Du Fei semakin mendekat. Namun tiba-tiba matanya berbinar. Dari kejauhan, terdengar derap puluhan kaki kuda yang bergemuruh."Ha! Kau dalam masalah besar sekarang, Du Fei!" Panglima Liu mendadak kembali percaya diri, membusungkan dada menantang pemuda yang sempat membuatnya gentar.Du Fei menoleh ke arah suara. Di bawah awan debu yang membumbung, pasukan berkuda dalam jumlah besar bergerak cepat ke arah mereka. Mereka dilengkapi tameng di bagian dada, tombak dan pedang pun terhunus siap bertarung."Pasukan elit!" seru salah satu prajurit yang terluka.Du Fei menggertakkan gigi. Ia bisa saja menghadapi mereka, tapi pertarungan panjang hanya akan membuang waktu dan tenaga. Pikirannya melayang pada tujuan utamanya, Gunung Kunlun yang menjulang di kejauhan, tempat ia harus menyempurnakan ilmu Pedang Bayangan Bulan."Maaf mengecewakan kalian," Du Fei tersenyum mengejek, "tapi ak

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   116. TANGKAP HIDUP ATAU MATI

    Debu beterbangan saat Du Fei dan Liu Heng menerobos kerumunan pasar yang padat. Teriakan "Tangkap buronan!" bergema di belakang mereka, diikuti derap langkah puluhan prajurit yang mengejar.Begitu melampaui gerbang kota, Du Fei menghentikan langkahnya. "Kakek, kita berpencar!" ia berkata cepat.,"aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kakek pergilah sejauh mungkin!""Tapi, Du Fei ….""Cepat pergi!" Du Fei mendorong Liu Heng ke arah hutan. "Aku bisa mengatasi mereka.”Setelah memastikan Liu Heng menghilang di balik pepohonan, Du Fei berbalik menghadapi para pengejarnya. Ia berdiri tegak di tengah jalan, berkacak pinggang dengan sikap menantang. Angin semilir bertiup, menggoyangkan jubahnya yang berwarna coklat muda .Panglima Liu menghentikan pasukannya beberapa langkah dari Du Fei. Matanya berkilat penuh kebencian ke arah lawan. "Dasar pembunuh!" seru sang Panglima dengan nada bengis. "Kau telah membunuh orang-orangku. Kau harus dihukum mati!"Senyum sinis tersungging di bibir Du Fei

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   115. BURONAN

    Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik pepohonan saat Du Fei dan Liu Heng menyelesaikan pemakaman terakhir. Sepuluh gundukan tanah berjajar rapi, menjadi saksi bisu tragedi semalam. Du Fei memadatkan timbunan tanah dengan cangkul, keringat mengalir di dahi segera ia hapus dengan lengan bajunya.Liu Heng mengamati teman seperjalanannya dengan seksama. Sejak fajar menyingsing, pemuda itu nyaris tak bersuara, sangat tidak biasa untuk seorang Du Fei yang biasanya sering bercanda dan menjahilinya."Anak Nakal, mengapa dari semalam tidak banyak bicara?" Liu Heng bertanya sambil meneliti raut wajah Du Fei yang terlihat muram. Yang ditanya hanya menggeleng pelan, tangannya terus bekerja memadatkan tanah seolah berusaha mengubur sesuatu lebih dari sekedar jenazah."Kakek, mari lanjutkan perjalanan!" Du Fei bangkit setel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   114. PEMBUNUH MISTERIUS 2

    "Wanita ini sangat kejam dan berbahaya," batin Du Fei. Meski begitu, gerakannya yang mematikan terlihat anggun dan indah, seperti bunga azalea yang cantik meski beracun.Sadar bahwa pertarungan ini harus segera diakhiri, Du Fei meraih sebatang ranting pohon. Jemarinya bergerak cepat, mengalirkan energi chi hingga ranting itu sekokoh pedang pusaka."Maafkan aku, Nona … tapi ini saatnya kau menyerah!" Du Fei memasang kuda-kuda yang berbeda. "Bayangan Bulan Menari!"Tubuhnya seolah terbelah menjadi delapan, bergerak dalam formasi yang membingungkan. Ranting di tangannya menari dalam gerakan spiral, menciptakan ilusi bulan purnama yang berputar. Setiap gerakan mengandung serangan mematikan, namun Du Fei dengan cermat mengendalikan tenaganya, cukup untuk melumpuhkan, tidak untuk membunuh.

DMCA.com Protection Status