Home / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / 98. ILMU PEDANG BAYANGAN BULAN

Share

98. ILMU PEDANG BAYANGAN BULAN

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-11-03 21:44:58

Iblis Gelang Besi terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan, "Akan kuturunkan semua jurus milik keluargaku supaya kau bisa menjaga diri dari orang-orang yang berniat jahat. Lagipula sejak kematian Cao Lie karena menggantikan hukuman mati Qing Ning, aku sudah tak memiliki siapa-siapa lagi."

“Benarkah?” Mata Du Fei membeliak karena antusias, ia segera berlutut menghormat pada neneknya, “terimalah hormat Murid, Guru!”

Dengan telaten, Jin She mulai mengajarkan jurus demi jurus kepada Du Fei. Menggunakan ranting kering sebagai pengganti senjata pedang, ia memperagakan gerakan-gerakan Ilmu Pedang Bayangan Bulan, teknik legendaris yang hanya dikuasai oleh leluhurnya.

Jin She sendiri lebih menyukai gelang besi menjadi senjata andalan, tetapi ia masih mengingat dengan baik jurus-jurus Pedang Bayangan Bulan peninggalan kakek buyutnya.

"Delapan puluh jurus Ilmu Pedang Bayangan Bulan," Jin She menjelaskan, "adalah manifestasi dari kekuatan yin dalam semesta. Setiap gerakan mengandung filosofi
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Shahrul Nizam
lanjut min
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   99. JEBAKAN BABI HUTAN

    Du Fei mengangguk paham, menggenggam erat ranting di tangan. Ilmu Pedang Bayangan Bulan kini telah menjadi bagian dari dirinya, mengalir dalam setiap tarikan nafas dan denyut nadinya. Bahkan sang nenek, Jin She, tak dapat menyembunyikan kekaguman melihat cucunya menguasai hampir seluruh teknik legendaris itu dalam waktu singkat.Meski hanya menggunakan ranting kering sebagai pengganti pedang, Du Fei mampu merasakan betapa dahsyatnya jurus-jurus yang baru ia pelajari. Dalam benak cucu Jin She mulai membayangkan betapa mengerikan jurus-jurus ini bila dipadukan dengan Pedang Naga Api yang hendak dicarinya di Gunung Huolong."Du Fei," suara lembut Jin She memecah lamunan sang cucu. Wanita tua itu menghampiri sang cucu, ia memegang sesuatu, langkahnya ringan menyiratkan puluhan tahun pengalaman dalam dunia persilatan. "Sebelum kau memulai perjalanan, Nenek ingin memberimu sesuatu."Sebuah kotak kayu kecil berukir naga emas pun berpindah tangan. Du Fei membukanya dengan hati-hati, mendapati

    Last Updated : 2024-11-04
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   100. KUPU-KUPU BIRU

    Suara tawa riang Liu Heng yang masih asyik berperan sebagai babi hutan terdengar sayup-sayup, sementara Du Fei melesat makin jauh. Akan tetapi ia tidak tahu bahwa si kakek bukanlah orang biasa melainkan seorang pendekar hebat dan mantan tetua Kunlun Pai. Hanya karena serakah ingin menjadi pendekar nomor satu dan menguasai jurus pamungkas yang hanya boleh dipelajari oleh ketua Kunlun, ia mencuri sebagian kitab dan mencoba mempelajarinya. Karena penguasaan tak sempurna itu, Liu Heng berakhir menjadi tak waras dan bertingkah seperti anak kecil. Dengan mengerahkan tenaga dalam yang disalurkan Liu Heng lewat udara, api unggun yang ditinggalkan Du Fei berkobar semakin besar. Dalam sekejap, tali yang menggantung kaki si Pendekar Sinting terputus, tubuh kakek tua itu melesat turun. Berkat ilmu meringankan tubuh yang nyaris sempurna, Pendekar Sinting itu mendarat dengan ringan seperti gumpalan kapas.“Kucing Nakal, jangan lari … tunggu aku!” Liu Heng terkekeh, melesat menyusul teman bermainn

    Last Updated : 2024-11-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   101. KUPU-KUPU BIRU 2

    Pria bertudung itu dengan sigap berbalik, teriakan Liu Heng membelah udara bersamaan dengan tubuhnya yang melesat bagai anak panah. Tangannya bergerak cepat membentuk pusaran energi, menerapkan jurus Tangan Dewa Memukul Arwah. Sosok bertudung hitam itu berputar menghindar, jubahnya berkibar, pedangnya berkilat tajam di bawah sinar matahari."Liu Heng, kau masih hidup rupanya," desis sosok misterius itu. Pedangnya menari dengan gerakan aneh, menusuk dengan ganas dan bertubi-tubi ke arah titik-titik vital. Liu Heng mengelak dengan lincah, "Hehehe ... tentu saja! Mana mungkin Liu Heng mati semudah itu?" Tangan kanannya bergerak dalam lingkaran sempurna, menciptakan gelombang tenaga dalam yang mampu meruntuhkan batu karang.Sosok bertudung itu melompat ke udara, menghindar dengan cepat. Pedangnya kembali menyerang dalam serangkaian tusukan mematikan. Liu Heng menangkis setiap serangan dengan telapak tangannya yang dialiri tenaga dalam, menciptakan denting nyaring setiap kali telapak tan

    Last Updated : 2024-11-05
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   102. SEBUAH RAHASIA BESAR

    "Rahasia besar?" Kening Yun Hui berkerut dalam. Jantungnya mulai berdebar tak beraturan, perasaannya tiba-tiba saja tak enak."Benar. Guru menyimpan rahasia yang hanya diketahui olehku. Beliau berpesan aku hanya boleh memberitahumu setelah aku meninggalkan Hoa Mei," Feng Huang menarik nafas panjang, "baru beberapa hari lalu aku ingat akan janji itu.""Rahasia apa yang Guru sembunyikan dariku?" Yun Hui mencengkeram cangkir tehnya erat-erat. Berusaha menenangkan diri, ia menghirup dalam-dalam aroma teh yang menguar dari cangkir tersebut."Tiga puluh tahun yang lalu …," Feng Huang memulai dengan suara bergetar, "ketika aku menemani Guru mencari daun obat di Jurang Hitam, kami menemukanmu tersangkut di antara dahan pohon. Kau hamil tua dan terluka parah." Bayangan masa lalu melintas di benak Yun Hui. Rasa sakit yang membakar dan keputusasaan yang mencekik tiba-tiba datang kembali. Pengkhianatan kekasih yang berjanji akan menikahinya namun berujung melemparkan tubuhnya ke dalam jurang hing

    Last Updated : 2024-11-06
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   103. DESA JURANG HITAM

    Di luar gedung, Feng Huang sudah menunggu bersama dua ekor kuda. Yun Hui menghampirinya, mengenakan jubah perjalanan dan membawa buntalan pakaian serta bekal di pundak."Kau sudah siap?" tanya Feng Huang begitu Yun Hui duduk di atas pelana.Yun Hui mengangguk, matanya menatap jauh ke arah matahari yang mulai terbenam. "Ya, sudah waktunya aku mencari keberadaan putraku."Mereka mulai memacu kuda masing-masing meninggalkan perguruan Hoa Mei. Di belakang mereka, Xiao Lin dan para murid membungkuk hormat, mengantar kepergian guru mereka dalam diam. Tak ada yang tahu bahwa pencarian ini akan membuka tabir rahasia yang jauh lebih besar dari yang mereka bayangkan.Desir angin mengiringi derap langkah kuda yang semakin kencang, menyusuri jalan berliku dan menuruni perbukitan terjal. Biarawati Yun Hui memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan hati yang dipenuhi harap. Empat hari empat malam mereka berkuda tanpa henti, hanya berhenti sejenak untuk memberi minum kuda dan melepas lelah. Akhirn

    Last Updated : 2024-11-07
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   104. KERIBUTAN DI PENGINAPAN

    Matahari telah kembali ke peraduan digantikan bulan purnama dan bintang-bintang yang berserakan di langit. Malam semakin pekat, menyelimuti sebuah kota kecil. Lentera-lentera berkelap-kelip menyinari jalan-jalan sempit, sementara penduduk mulai menutup pintu dan jendela rapat-rapat, bersiap menyambut istirahat malam mereka. Di antara bayang-bayang, dua sosok wanita terlihat mengendarai kuda dengan perlahan memasuki kota. Dua sosok tersebut tak lain dan tak bukan adalah Feng Huang dan Biarawati Yun Hui. Mereka berdua telah berkuda beberapa jam lamanya setelah meninggalkan Desa Jurang Hitam, kuda-kuda mereka mulai lelah."Hari sudah mulai larut, bagaimana kalau kita bermalam di sini?" kata Feng Huang, menunjuk sebuah penginapan sederhana yang masih tampak buka dan merupakan satu-satunya penginapan di kota kecil itu.Yun Hui mengangguk setuju tanpa banyak bicara, sejak dari Desa Jurang Hitam, ia lebih banyak diam dan melamun. Setelah menambatkan kuda mereka, keduanya berjalan memasuk

    Last Updated : 2024-11-08
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   105. KERIBUTAN DI PENGINAPAN 2

    Feng Huang mengamati perubahan raut wajah mantan adik seperguruannya dengan sorot mata khawatir. Beberapa tahun bersama di perguruan memberinya kepekaan untuk membaca gejolak batin Yun Hui. Sebelum ia sempat membalas gertakan si Kepala Pengawal, gedebak-gedebuk keras terdengar dari lantai atas, disusul suara benda-benda pecah dan teriakan tertahan."Heh," pengawal kurus terkekeh, memamerkan gigi-giginya yang kekuningan. "Dengar itu? Tiga anak buahku sedang memberi pelajaran pada tamu-tamu keras kepala di atas. Kalau kalian tidak ingin bernasib sama, dipukuli sampai mati … lebih baik angkat kaki dari sini sekarang juga!"Sudut bibir Feng Huang terangkat membentuk senyuman sinis, tangannya sudah gatal ingin menghajar kepala pengawal arogan ini. Namun sebelum ia sempat melayangkan tangan tiba-tiba terdengar suara benturan keras di atas mereka."BRAKK!" Disusul tiga sosok tubuh terlempar dari lantai dua, berguling-guling di tangga sebelum mendarat dengan suara berdebum di lantai. Ketiga

    Last Updated : 2024-11-09
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   106. PENCULIKAN

    "Yao Chen, awas!" Teriak Yao Pang panik. Untuk pertama kalinya, topeng ketenangan sang pendekar retak oleh ketakutan murni seorang ayah.Seringai kejam tersungging di wajah pucat Bian Fu. Dalam sekejap mata, tangannya yang terlatih menangkap tubuh mungil Yao Chen. Jemarinya yang panjang mencengkeram leher gadis kecil itu, membuat Yao Chen menjerit tertahan."Jangan mendekat, atau kepala anak ini akan terpisah dari tubuhnya!"Ancaman itu menggantung di udara bagai pedang yang siap menebas. Yao Pang membeku di tempatnya berdiri, seluruh otot tubuhnya menegang dipenuhi kemarahan dan juga kecemasan. Jin She dan Lian Xi secara naluriah mengambil posisi menyerang, namun tak berani bergerak lebih jauh."A … yah …," Yao Chen terisak, air mata mulai mengalir di pipinya yang kemerahan. Jemari Bian Fu semakin dalam mencengkeram leher mungilnya."Lepaskan putriku, Bian Fu!" suara Yao Pang berubah sedingin es, setiap kata yang ia ucapkan mengandung ancaman mematikan. "Atau kau akan merasakan kemati

    Last Updated : 2024-11-10

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   178. MERAMPAS SURAT KELULUSAN

    "Lin Mo," Chung Ming berbisik cepat begitu melihat kepanikan di wajah temannya, "Pakai saja surat kelulusanku! Tunjukkan pada mereka seolah ini milikmu, niscaya Li dan teman-temannya tak akan mengganggumu lagi. Kau bisa mengembalikannya padaku setelah mereka pergi.""Tapi …," Lin Mo ragu-ragu."Cepat!" Chung Ming menyelipkan kertas berharga itu ke tangan Lin Mo tepat saat Li muncul dari balik pepohonan."Ah, di sini rupanya tikus kecil kita!" Li menyeringai, melangkah mendekati mereka berdua dengan angkuh. "Mengapa kau bersembunyi di pinggir sungai seperti seekor tikus? Oh, jangan-jangan kau tidak lulus ujian lalu mau kabur dariku?"Li dan teman-temannya tertawa bersahut-sahutan, apalagi melihat wajah pucat Lin Mo, mereka yakin pemuda miskin itu pasti tidak lulus ujian.“Ayo tunjukkan pada kami hasil ujianmu!” Li menodongkan tangan, matanya menyipit penuh ancaman.Dengan ketenangan yang dipaksakan, Lin Mo mengangkat surat Chung Ming. Sinar matahari memantulkan kilau tinta merah keemas

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   177. LULUS ATAU TIDAK LULUS

    Halaman istana membentang luas bagai lautan manusia. Ratusan meja kayu berjajar rapi di bawah naungan pohon willow, sementara bendera-bendera kerajaan berkibar megah di tiang-tiang tinggi. Para pengawas berbaju resmi bergerak di antara barisan, wajah mereka serius penuh wibawa.Lin Mo melangkah dengan dagu terangkat, jubah sutra yang dikenakan menambah kegagahannya. Di belakangnya, Chung Ming berjalan sambil terus bergumam, "... ajaran Mencius tentang kebajikan ada empat : ren, yi, li, zhi ....""Apakah kau tidak gugup, Saudara Lin?" Chung Ming menggosok telapak tangannya yang basah pada tepi bajunya yang sederhana. Wajahnya pucat tapi matanya berbinar penuh semangat."Tentu saja tidak!" Lin Mo mendengus angkuh. "Ujian seperti ini pasti mudah."'Lihat dia,' batin Lin Mo mengejek. 'Belajar seperti orang kesetanan tapi tetap saja penampilannya seperti pemuda idiot. Memalukan!'Mereka mengambil tempat duduk sesuai nomor peserta. Lin Mo duduk di deretan belakang ujung kiri, mengagumi kuas

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   176. PUTRI MENTERI YU

    "Lin Mo!" sapa Chung Ming yang menunggu di luar, wajahnya yang polos berseri-seri menggenggam kartu peserta. "Mari kita belajar bersama! Aku membawa beberapa ringkasan yang kubuat sendiri. Dua kepala lebih baik dari satu, bukan?"Lin Mo tersenyum tipis, matanya berkilat licik untuk sepersekian detik. "Tentu saja, Teman." Dalam hati ia tertawa. Orang polos seperti Chung Ming suatu saat akan berguna baginya."Bagus!" Chung Ming menepuk pundak Lin Mo dengan hangat. "Aku yakin kita akan menjadi teman baik!"'Ya,' batin Lin Mo sinis, 'sampai aku tidak membutuhkanmu lagi.' Kedua pemuda itu segera menjadi akrab, bahkan mendaftar di asrama yang sama."Kamar nomor lima belas," Chung Ming menunjuk sebuah kamar yang terletak di ujung dengan mata berbinar. "Kita sekamar, Lin Mo! Bukankah ini pertanda baik?"Mereka melangkah menyusuri koridor asrama yang berlantai kayu. Aroma masakan dari dapur terdekat merebak di udara, membuat perut Lin Mo dan Chung Ming mulai keroncongan."Hei, tunggu!" Suara

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   175. PENDAFTARAN UJIAN NEGARA

    Berita kematian Yung menyebar seperti api di padang rumput kering. Putra tunggal Pejabat Yuan itu ditemukan tewas di tempat tidurnya sendiri, lehernya terdapat luka tusukan. Uangnya raib, dan yang lebih mengejutkan - Wei, putra pejabat kota Song adalah tersangka utama pelaku pembunuhan.Hakim pengadilan hampir menjatuhkan hukuman mati pada Wei. Namun berkat nama baik ayahnya yang dikenal sebagai pejabat senior yang jujur, hukumannya diringankan menjadi kerja paksa seumur hidup di Gunung Kapur.Pagi itu, setelah divonis bersalah, Wei digiring bersama sepuluh tahanan lainnya menuju tempat pengasingan mereka. Rantai besi yang mengikat kaki dan tangan mereka bergemerincing dalam irama menyedihkan. Pasukan pengawal berbaris di kiri-kanan rombongan, mempersempit kemungkinan untuk kabur."Lihat, itu tuan muda Wei!" bisik-bisik terdengar dari kerumunan yang memadati pinggir jalan. "Siapa sangka anak pejabat bisa jadi pembunuh?""Kasihan, ayahnya pasti sangat malu," sahut yang lain.Di antara

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   174. SAKSI MATA

    Jeritan tertahan dan pekikan ngeri terdengar memenuhi ruangan. Wei membuka matanya perlahan, hanya untuk disambut pemandangan yang akan menghantuinya seumur hidup.Tubuh Yung terbaring kaku dengan mata terbelalak kosong ke arah langit-langit. Pakaian putih sutra yang dikenakannya semalam telah berubah warna merah gelap. Lehernya menganga lebar karena sabetan belati. Darah yang telah mengering membentuk genangan gelap di sekitar tubuhnya, meresap ke dalam kasur.Wei terpaku menatap jasad Yung. Kakinya lemas, ia jatuh berlutut di samping tempat tidur. Matanya tak bisa lepas dari wajah sahabatnya yang membeku dalam ekspresi ketakutan bercampur kesakitan, menunjukkan betapa tersiksanya pemuda itu menjelang detik-detik kematian yang mengerikan.Tubuh Wei gemetar hebat, keringat dingin mengucur deras."Tidak ... tidak mungkin ... ini pasti mimpi …," bergumam berulang-ulang, suaranya serak dan bergetar. "Yung ... kumohon bangunlah ... katakan ini hanya leluconmu!"Tangannya yang berlumuran

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   173. MALAIKAT PENCABUT NYAWA

    "Minggir dari jalanku!" Yung membentak parau, langkahnya sempoyongan. Aroma arak yang menguar dari nafasnya bercampur dengan udara lembab gang yang pengap. "Kau tidak tahu sedang menghalangi siapa, hah?"Sosok berjubah hitam itu tak bergeming. Angin malam yang dingin memainkan helaian rambut hitam di sisi wajahnya. Suaranya dalam dan mengancam, bagai bisikan dari kedalaman sumur tua."Aku adalah Malaikat Pencabut Nyawa, utusan dari Neraka. Malam ini, aku datang untuk menjemputmu."Yung terkejut sesaat lalu tertawa terbahak-bahak seolah mendengar lelucon paling konyol. Suara tawanya menggema di antara tembok-tembok tinggi gang yang sempit."Ha-ha-ha! Malaikat Pencabut nyawa?" Yung bergerak mendekat dengan langkah tak seimbang, “kau pikir aku anak kecil yang mudah ditakut-takuti, hah?”Matanya yang merah karena mabuk menyipit, mencoba memfokuskan pandangan. "Tunggu ... bukankah kau si pelayan pemimpi dari rumah makan Berkah?"Yung mengacungkan jari telunjuknya tepat ke hidung Lin Mo. Su

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   172. PUTRA PEJABAT YANG SOMBONG

    Malam merangkak naik di langit Kotaraja. Lin Mo melangkah keluar dari Rumah Makan Berkah tempatnya bekerja, bahunya merosot kelelahan setelah seharian mondar-mandir naik turun tangga melayani pelanggan.Ia menghitung penghasilannya hari ini, hanya beberapa keping tembaga yang bahkan tak cukup untuk membayar sepersepuluh biaya pendaftaran ujian. Pasar malam mulai menggeliat bangun. Ratusan lampion merah bergoyang ditiup angin malam. Aroma makanan dan wangi dupa dari kuil bercampur dengan tawa dan celoteh para pengunjung, dipadu juga dengan suara alunan alat musik tradisional Erhu dari pertunjukan jalanan.Lin Mo sama sekali tak tertarik melihat keindahan pasar malam, ia melewati keramaian dengan kepala tertunduk"Hei, bukankah ini si Pelayan Pemimpi?" Lin Mo tertegun ketika mendengar suara mengejek seperti ditujukan kepadanya.Pria itu membeku seketika. Di bawah cahaya lampion, empat sosok pemuda berpakaian halus menghadang jalannya. Ia ingat mereka adalah para pelajar yang menghinan

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   171. PELAYAN PEMIMPI

    Musim ujian negara sudah dekat, membuat Kotaraja seperti sarang lebah yang berdengung. Para pelajar dari berbagai penjuru daerah berduyun-duyun memenuhi jalan-jalan. Jubah sutra mereka panjang nyaris menyentuh lantai, masing-masing memanggul keranjang rotan berisi gulungan-gulungan karya sastra. Mata mereka berbinar penuh pengharapan akan kesempatan menjadi pejabat pemerintahan.Rumah Makan Berkah berdiri kokoh di persimpangan jalan utama Kotaraja. Asap mengepul dari cerobong dapurnya, membawa aroma masakan yang membuat perut berkeruyuk. Lantai kayunya yang mengkilap hasil dipoles setiap pagi memantulkan cahaya matahari yang masuk melalui jendela-jendela besar.Siang itu empat pemuda pelajar berasal dari keluarga terhormat, memasuki rumah makan tersebut. Jubah mereka terbuat dari sutra terbaik, rambut tertata rapi dengan hiasan jade mahal. Pemuda yang berjalan paling depan membawa kipas gading berukir, sementara yang lain menenteng gulungan-gulungan dengan gagang emas."Ah, selamat da

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   170. KESEMPATAN KEDUA

    Pemuda itu menoleh, senyum misterius tersungging di bibirnya yang tipis. Matanya yang tajam namun hangat mengingatkan Yang Ming pada seseorang. "Kau boleh panggil aku Du Fei," ia menimang botol arak di tangannya. "Aku bukan hantu. Dan kau juga bukan.""Tapi Hantu Penunggu Hutan seharusnya sudah memangsaku," gumam Yang Ming masih tak percaya dengan keselamatannya.Du Fei terkekeh geli, "Anggap saja kau diberi kesempatan kedua oleh Dewa Langit."Ia mengangkat botol arak itu sekilas, cahaya biru di dalamnya berpendar lemah. "Dia menyuruhku menyelamatkanmu dan membelenggu hantu jahat ini ke dalam botol arak kemudian menyegelnya agar tak bisa melakukan kekejian lagi."Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub - sosoknya seperti dewa yang turun dari nirwana, namun ada sesuatu yang tak asing dalam senyumnya, sesuatu yang mengingatkannya pada Yun Hao.Yang Ming menatap penolongnya dengan takjub. Di bawah cahaya fajar yang mulai merayap masuk ke dalam hutan, sosok Du Fei tampak seperti dewa

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status