Beranda / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / 25. PESAN IBU YANG MEMBELENGGU

Share

25. PESAN IBU YANG MEMBELENGGU

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-24 18:57:54

"Dari teman-temanmu itu!" jawab si Pengemis enteng, seolah-olah apa yang ia lakukan adalah hal yang biasa.

"Paman, mencuri itu tidak dibenarkan!" tegur Du Fei, keningnya mengernyit tanda tak setuju. Ia teringat akan pesan mendiang ibunya.

Si pengemis terkekeh mendengar teguran polos Du Fei. "Dengar, Tuan Kecil!" jelasnya dengan sabar namun serius. "Aku hanya mencuri dari orang-orang congkak, untuk menolong orang-orang yang kelaparan. Terkadang, dunia ini tidak sesederhana hitam dan putih. Yang putih, tak sepenuhnya putih. Dan yang hitam, tak sepenuhnya hitam."

Melihat kebimbangan di wajah Du Fei, si pengemis tersenyum sambil menepuk bahunya. "Sudah, jangan banyak tanya lagi!" ujarnya, nada suaranya kembali ceria. "Ayo ikut aku membeli obat!"

Si Pengemis menarik bahu Du Fei, menuntunnya kembali ke arah toko obat. Du Fei, meski masih ragu, membiarkan dirinya dibimbing. Dalam benaknya, pertanyaan-pertanyaan moral terus bergulir. Apakah mencuri bisa dibenarkan jika tujuannya baik? Apakah
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   26. MENJADI MURID DATUK RACUN

    Du Fei melangkah cepat menyusuri jalan setapak menuju gua tempat sang Kakek menunggu. Napasnya tersengal-sengal, lelah sekaligus cemas. Dalam perjalanannya, perhatian Du Fei teralihkan pada dua orang pria asing yang terlihat mendaki Gunung Wudang. Dari langkah kaki yang cepat dan gesit, nyaris tak menyentuh tanah, menunjukkan keduanya memiliki ilmu meringankan tubuh yang luar biasa. Entah mengapa, pemandangan itu membuat perasaan Du Fei tidak enak. Ia mulai berpikir jangan-jangan kedatangan kedua pria asing itu ada hubungannya dengan Guru Tua. Pemikiran tersebut membuat Du Fei waspada, ia bersembunyi di balik pohon, menunggu sampai kedua pria itu benar-benar telah jauh. Setelah memastikan situasi aman, putra kandung Qing Ning itu melanjutkan perjalanan.Setibanya di mulut gua, Du Fei memperlambat langkah. Ia mengintip ke dalam dan melihat sang Kakek sedang bersemedi, duduk bersila dengan mata terpejam. Untuk sesaat, Du Fei ragu-ragu, tidak ingin mengganggu. Ia memasuki gua sambil me

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-24
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   27. TERPAKSA BERBOHONG

    "Bagus! Masih ingat pulang kau rupanya?" Tiba-tiba terdengar suara menggelegar dari dalam kegelapan. Du Fei berjingkat kaget, refleks menoleh ke arah sumber suara. Ia segera mengenali sosok yang berdiri di penghujung lorong. Sosok itu melangkah mendekat hingga cahaya bulan menerangi sebagian wajahnya yang tampak keruh dan dingin."Tetua Lin!" Du Fei buru-buru membungkuk hormat bercampur takut, takut akan memperoleh hukuman karena menghilang seharian dan lalai mengerjakan tugas-tugasnya."Ke mana saja kau? Meninggalkan perguruan hampir sehari penuh, sepertinya ada yang kau sembunyikan?" tanya Tetua Lin dengan sorot mata curiga.Lagi-lagi, Du Fei terpaksa berbohong, "Murid hanya pergi melihat-lihat ke kota, karena terlalu senang hati hingga lupa untuk pulang. Maafkan Murid, Tetua Lin!"

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   28. CINTA PERTAMA

    Sedetik kemudian, terdengar suara telapak tangan beradu dengan kulit pipi mengusik keheningan malam. Mata Du Fei berkunang-kunang saat pipinya merasakan tamparan yang keras dari Lin Mo."Ini karena kau suruh pengemis temanmu mempermalukan kami!" desis kakak seperguruannya dengan nada penuh kebencian, bibirnya menyeringai kejam, menunjukkan kepuasan atas penderitaan Du Fei.Belum habis rasa pening mendera kepala, giliran pipi kirinya yang sudah lebam mendapatkan hajaran yang sama. “Dan ini karena kau membuat kami tidak bisa sarapan pagi tadi!” Lin Mo mendengus seperti kerbau terluka, kembali menghajar Du Fei dengan pukulan dan tamparan tanpa ampun.Beberapa menit kemudian yang seperti selamanya bagi Du Fei, dengan satu tendangan yang kuat, Lin Mo menghantam punggungnya, menyebabkan pemuda itu jatuh tersungkur di tanah. Du Fei nyaris tak bisa bernapas, mulutnya megap-megap seperti ikan kekurangan air saat dadanya membentur tanah keras."Dasar Sampah tak berguna!" Lin Mo tersenyum sinis.

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   29. JANJI BERTEMU

    “Hehh, sedang apa kau di situ?” Bentak Lin Mp yang tahu-tahu sudah ada di depannya. Du Fei gelagapan, wajahnya merona merah tanpa disadari. Ia khawatir Lin Mo mengetahui apa yang baru saja menggetarkan hatinya.“Sebentar lagi acara makan bersama, layani para tamu dengan baik, mengerti?!” perintah Lin Mo sambil berkacak pinggang.“Baik!” Du Fei segera berbalik dan berlari menuju ke dapur. Ia sedikit lega Lin Mo tidak menaruh kecurigaan sama sekali melihat kegugupannya tadi.Sesampainya di dapur, Du Fei mulai menyiapkan sajian untuk para tamu. Kali ini ia dibantu beberapa murid lain, karena banyaknya tamu yang datang.“Du Fei, antarkan mangkuk-mangkuk nasi ini ke meja Biarawati Yun Hui!” perintah seorang murid yang bertugas mengantarkan makanan ke meja-meja tamu, “aku harus mencuci mangkuk-mangkuk kotor yang menumpuk.”Du Fei mengangguk sigap, namun di dalam hati jantungnya kembali berdebar penuh ketegangan. Mengantarkan makanan ke meja Biarawati Yun Hui berarti ia akan mendapatkan kese

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-25
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   30. JEBAKAN

    Du Fei yang dilanda kekhawatiran tak mampu menahan gejolak rasa ingin tahunya. Tangannya yang sedikit gemetar bergerak perlahan, menyibak tirai ruang tidur dengan hati-hati. Aroma lembut bunga peach seketika menyeruak, memenuhi indra penciumannya.Mata Du Fei membelalak, terkejut bukan kepalang. Di hadapannya, Ming Mei duduk di atas ranjang, tubuh bagian atasnya hanya terbungkus pakaian dalam merah bersulamkan burung hong. Lengannya yang terbuka menampilkan kulit putih susu yang halus mulus.Secepat kilat, Du Fei membalikkan badan. Wajahnya memanas, rona merah menjalar dari pipi hingga ke telinga, menyerupai warna tomat matang di musim panen. Jantungnya meronta-ronta tak terkendali, seolah hendak melompat keluar dari dada."Kemarilah, Du Fei!" Ming Mei merayu dengan suara selembut desiran angin, nadanya memikat bagai nyanyian dewi-dewi.Du Fei menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Dengan suara bergetar, ia menjawab sesopan mungkin, "Ma-maaf, Nona Ming Mei ... ini ... ini tidak pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   31. TUDUHAN PELECEHAN

    Aula besar Bu Tong Pai yang semula tenang seketika gempar mendengar pengaduan Lin Mo. Suara bisik-bisik penuh kemarahan dan kecaman. Para tetua, dengan wajah mengeras dan mata berkilat marah, menatap Du Fei seolah ia adalah makhluk paling hina di muka bumi.Du Fei, yang tadinya tertunduk dalam keputusasaan, kini memberanikan diri mengangkat wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca memancarkan luka yang mendalam, seolah jiwanya telah tercabik oleh tuduhan keji yang dilontarkan padanya. Bibirnya bergetar, berusaha keras untuk membentuk kata-kata pembelaan, namun suaranya seakan tercekat di tenggorokan.Xun Huan, sang Guru Besar yang berwibawa, mengangkat tangannya meminta semuanya diam. Seketika, seluruh aula jatuh dalam keheningan. Sorot matanya yang tajam menatap lurus ke arah Lin Mo, seolah berusaha menembus topeng kebohongan yang mungkin tersembunyi di baliknya."Apakah kau yakin dengan apa yang barusan kau katakan, Lin Mo?" tanya Xun Huan, suaranya berat dan dalam. "Du Fei tumbuh besar b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   32. HUKUMAN CAMBUK

    Ancaman Biarawati Yun Hui bukanlah sekadar gertakan sambal belaka. Ketua Hoa Mei itu tersohor akan wataknya yang sekeras baja; bila ia telah mengambil keputusan, maka pantang baginya untuk menarik kembali. Sorot matanya yang tajam menantang Xun Huan, menunggu bagaimana ketua Bu Tong Pai itu mengambil keputusan.Shen Niao, ketua Sekte Bangau Emas, bangkit berdiri dan angkat bicara. Sebagai sekte yang tergolong baru, ia berusaha mendekati sekte-sekte besar seperti Hoa Mei untuk mencari nama."Ketua Xun," ujarnya, "Aku, Shen Niao dari Sekte Bangau Emas, sangat menjunjung tinggi keadilan. Muridmu sudah terbukti bersalah, maka sudah selayaknya ia dihukum berat. Bila Anda masih tetap membelanya, Sekte Bangau Emas juga akan memutuskan hubungan persahabatan dengan Bu Tong Pai!"Aksi Biarawati Yun Hui dan Shen Niao diikuti oleh beberapa ketua sekte lain. Mereka menuntut Du Fei dihukum berat karena telah berbuat mesum.Wajah Xun Huan memerah, urat-urat di pelipisnya menonjol menahan amarah yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   33. HUKUMAN CAMBUK 2

    Du Fei terpaku, hatinya ngilu mendengar kata-kata Tetua Lin yang begitu dingin dan kejam. Selama ini, ia telah menganggap para tetua sebagai paman guru, figur yang ia hormati dan sayangi. Namun kenyataan pahit harus ia telan, mereka tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besar Bu Tong Pai.Shien Niao mencetuskan usulnya dengan nada tinggi agar semua orang mendengarnya, "Mengapa tidak kita serahkan saja dia ke pengadilan kota? Aku yakin dia pasti akan mendapatkan hukuman berat."Biarawati Yun Hui mengangguk setuju, matanya masih menyala-nyala oleh amarah yang tertahan. "Baiklah," jawabnya singkat, suaranya sedingin es yang menusuk tulang. “Tapi sebelum ia dibawa pergi, biarkan Ming Mei mencambuknya lima puluh kali!”Dua orang murid sekte Hoa San dengan sigap menghampiri Du Fei. Tanpa basa-basi, mereka mencengkeram lengannya dengan kuat, satu di kanan dan satu di kiri. Ia bisa merasakan jemari mereka yang kasar dan dingin menggigit kulitnya.Dengan kasar, kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   160. MENGUNGKAP KEBENARAN

    Suara derap langkah terdengar bergemuruh memasuki Wisma Harum. Jenderal Lo muncul diikuti sejumlah prajurit dengan pedang dan tombak terhunus. Sang Jenderal terpaku. Alisnya nyaris bertaut melihat sosok Yun Hao, salah satu prajuritnya, berdiri di dekat tubuh yang tergeletak tak bergerak di antara serpihan meja. Darah menggenang di sekitar kepala sosok yang ia kenali sebagai Paman Yin, pelayan setia keluarga Hakim Yang."Yun Hao, apa yang terjadi?!" hardik Jenderal Lo gusar. Yun Hao yang tampak masih terpukul hanya diam membisu sambil memandangi mayat Paman Yin. Jenderal Lo menoleh ke arah A San, memberikan isyarat dengan menggerakkan dagu. "Periksa kondisinya!"A San maju dengan hati-hati. Ia berjongkok di samping tubuh Paman Yin, dua jarinya yang kasar menyentuh kulit di bawah hidung korban. Semua mata tertuju padanya, menunggu dengan perasaan tegang.Prajurit senior itu menahan nafas mengetahui Paman Yin sudah tak bernafas lagi. Tangannya kemudian bergerak memeriksa mulut korban y

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   159. RAHASIA DIBAWA MATI

    Pemandangan yang menyambut Yun Hao membuat darahnya membeku. Ming Mei terpojok di sudut kamar, kedua tangannya mencengkeram tangan kekar yang mencekik lehernya. Wajahnya yang pucat mulai membiru, matanya membelalak penuh teror menatap sosok pria berpakaian hitam yang bercadar di hadapannya.Dengan gerakan secepat kilat, Yun Hao segera mencabut pedang. Bilah baja itu bersinar menyilaukan saat ia melancarkan tusukan tajam ke arah si penyerang. Pria bercadar itu terpaksa melepaskan cengkeramannya, melompat mundur menghindari tebasan maut."Uhuk ... uhuk …,” Ming Mei nyaris terjatuh lemas ke lantai, terbatuk-batuk sambil mengusap lehernya yang memerah. Yun Hao segera memeluk pinggang gadis itu dan menahannya agar tak terjatuh dengan keras ke lantai.Sosok bercadar melirik ke arah jendela, kemudian bergerak cepat mencoba melarikan diri. Namun Yun Hao lebih sigap. Ia melepaskan Ming Mei setelah gadis itu duduk di kursi. Kakinya menjejak lantai dengan kuat, tubuhnya melesat ke udara dalam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   158. PENAWAR RACUN PELEMAS OTOT

    "Penawar serbuk pelemas otot?" Du Fei mengernyitkan kening. Ia mengusap dagu perlahan, "Racun itu sudah lama tidak digunakan karena bahannya berupa akar bunga kematian yang hanya ada di Gunung Wudang, sudah lama dimusnahkan oleh mendiang Ketua Bu Tong Pai, Xun Huan."Yun Hao mengangkat bahu, sinar matanya meredup, "Tetapi itulah yang terjadi pada teman dekatku. Seseorang yang ia percayai melumpuhkannya dan menjualnya ke Wisma Harum. Ia tak bisa kabur karena seluruh tenaga dalamnya sirna."Du Fei menatap rekannya dengan sorot mata penuh simpati, "Apakah kau menyukai gadis itu?" Wajah tampan Yun Hao menghangat, "Ti-tidak ... aku hanya ingin menolongnya sebagai seorang sahabat." Suaranya terdengar gugup, mengkhianati kata-katanya sendiri.Du Fei tersenyum hangat, merangkul bahu Yun Hao. "Baik, karena kau sudah mengakui menyukai gadis itu, aku akan menolongmu!""Eh, aku tidak ...," Yun Hao mencoba membantah, namun melihat senyum penuh arti Du Fei, ia hanya bisa menunduk dengan wajah jen

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   157. MISTERI KEMATIAN HAKIM YANG

    Di antara tumpukan daun-daun kering, sesuatu menyembul keluar, sebuah tangan pucat yang bernoda merah pekat. Jari-jarinya mencengkeram tanah dalam posisi yang tidak natural, seolah pemiliknya telah berusaha merangkak sebelum ajal menjemput."Pa-Paman!" Yang Jin tersandung kakinya sendiri saat melompat mundur. Tubuh kurusnya gemetar saat ia berlindung di balik sosok tegap Paman Yin. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.Dengan suara bergetar, Yang Jin berbisik, "Paman ... cepat periksa itu tangan siapa!"Paman Yin menelan ludah. Wajahnya yang keriput memancarkan keraguan bercampur rasa takut, namun ia mengangguk pelan. Matanya mencari-cari sesuatu di sekitar kakinya, sampai akhirnya menemukan sebatang ranting kering yang cukup panjang.Dengan hati-hati, pria tua itu mendekati tumpukan daun. Tangannya yang memegang ranting bergerak perlahan, menyingkirkan dedaunan satu per satu. Suara gemerisik daun kering menambah seram suasana.Tiba-tiba Paman Yin terhuyung mundur. Matanya terbelala

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   156. PEMAKAMAN HAKIM YANG

    Dupa mengepul di depan makam Hakim Yang. Yun Hao berdiri di barisan prajurit paling belakang. Matanya yang setajam elang diam-diam mengamati masing-masing raut wajah keluarga yang berduka.Yang Jin, sang putra sulung, berlutut di depan makam. Bahunya yang biasa tegap kini gemetar menahan isak. Tangannya meremas tanah merah di bawahnya, seolah ingin menggali kembali penyesalan yang terlambat terucap.Di sisi lain, Yang Ming, sang putra bungsu hanya berdiri seperti patung. Matanya kosong menatap nisan ayahnya, sementara tangannya tak lepas menggenggam lengan sang ibu.Tetapi yang lebih menarik perhatian Yun Hao adalah istri mendiang Hakim Yang. Wanita yang baru beberapa jam lalu Yun Hao saksikan begitu tegar di halaman belakang rumah, kini mengeluarkan jeritan pilu. Tubuhnya oleng, lalu jatuh tak sadarkan diri."Ibu!" Yang Ming menangkap tubuh ibunya tepat sebelum menyentuh tanah. Paman Yin bergegas membantu, membopong Nyonya Yang menjauh dari pemakaman menuju ke rumah mereka.Yun Hao m

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   155. PLAKAT GIOK

    Yun Hao melompat masuk melalui jendela. Ming Mei buru-buru menyeka pipinya dengan sapu tangan sutera, menyembunyikan jejak air mata."Adik Yun, mengapa kau masuk melalui jendela?" Ming Mei bangkit berdiri, berusaha terlihat anggun meski matanya masih memerah.Yun Hao berdiri canggung, wajahnya diliputi keraguan. Ming Mei menangkap perubahan raut itu, menyadari pemuda di hadapannya pasti telah mendengar semuanya."Nona Ming Mei …," Yun Hao terdiam, kata-kata yang telah ia susun sepanjang jalan seakan menguap."Kau pasti sudah mendengarkan semuanya," Ming Mei mengalihkan pandangan ke arah lilin yang bergoyang di atas meja. "Aku tak akan menyalahkanmu kalau kau memilih menjauhiku karena aku hanyalah wanita penghibur yang hina."Langkah pelan membawa Yun Hao mendekat. Tangannya menyentuh bahu Ming Mei dengan lembut. "Aku tidak berniat menghakimi," suaranya tenang dan tegas. "Aku datang justru karena ingin menolongmu."Ming Mei mengangkat wajahnya perlahan. Matanya yang berkaca-kaca menata

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   154. ORANG KETIGA

    Merasa kondisinya terjepit, Yun Hao hampir saja keluar dari persembunyian. Di saat-saat kritis itulah terdengar suara langkah kaki lembut memasuki halaman belakang."Yang Jin, mengapa kau masih ada di sini?"Suara Nyonya Yang mengalihkan perhatian putra sulungnya. Wanita paruh baya itu berdiri anggun dalam balutan pakaian berkabung, ditemani putra bungsu. Keningnya berkerut dalam menatap sang putra sulung.Yang Jin berbalik, menjauhi pohon besar tempatnya hendak memeriksa. Kakinya melangkah berat menuju ibunya."Upacara pemakaman ayahmu akan segera dimulai," Nyonya Yang menggelengkan kepala. "Mengapa kau malah menghilang dan berada di sini bersama Paman Yin?""Maaf, Ibu …," Yang Jin menunduk, menyembunyikan tangannya yang terluka ke belakang punggung. "Aku sedang membahas tentang Ayah dengan Paman Yin."Wajah Nyonya Yang melembut. Angin senja memainkan ujung pakaian berkabungnya saat ia berkata, "Ayahmu telah tiada. Kita harus merelakan kepergiannya dan menjalani kehidupan baru."Tak

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   153. RAHASIA PUTRA SULUNG

    Sudut bibir Yun Hao terangkat membentuk senyum dingin. Akhirnya ia memiliki kesempatan yang ditunggu-tunggu - waktu untuk menyelidiki tanpa gangguan dari dua prajurit yang sok berkuasa itu.Selama berjam-jam ia berpatroli mengelilingi kediaman megah tersebut, matanya awas mencari petunjuk sekecil apapun. Namun hingga langit mulai memerah, tak ada hal mencurigakan yang ditemukan. Tubuhnya yang lelah memaksanya beristirahat di bawah pohon besar di halaman belakang.Kantuk hampir menyergapnya ketika suara langkah-langkah kaki mengusik pendengarannya. Dengan sigap, Yun Hao melompat dan bersembunyi di balik pohon. 'A Lung kah itu? Jangan sampai ia mengadu pada Jenderal Lo,' pikirnya was-was.Dugaan Yun Hao meleset. Yang muncul bukanlah A Lung melainkan Yang Jin, putra sulung mendiang Hakim Yang. Pemuda itu tampak gelisah bercampur marah, tangannya tak berhenti mencabuti dan meremas daun-daun tanaman di dekatnya. Tak lama, seorang pria setengah baya berpakaian sederhana datang menghampiri

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   152. KELUARGA HAKIM YANG

    "Ssst!" Du Fei mendadak menghentikan pembicaraan, telinganya menangkap derap langkah dan suara-suara di luar. Kedua pemuda itu segera melompati jendela dan mengerahkan ilmu meringankan tubuh untuk bersembunyi di atas tembok pembatas. Dedaunan rimbun melindungi mereka dari pandangan mata orang-orang di bawahnya.Ratapan pilu terdengar nyaring di pagi hari itu. Istri Hakim Yang terhuyung memasuki halaman, wajahnya pucat pasi dengan bekas air mata yang belum mengering. Di kanan kirinya, dua putra sang Hakim memapah tubuh ringkih ibunya yang gemetar hebat."Suamiku ... suamiku …," Nyonya Yang terisak sebelum tubuhnya limbung tak sadarkan diri untuk kesekian kalinya."Ibu!" Kedua putranya dengan sigap menangkap dan membawanya duduk di bangku taman. Wajah mereka memancarkan duka yang dalam, bercampur dengan amarah yang siap meledak.Yang Jin, putra sulung Hakim Yang, melangkah dengan tangan terkepal ke arah Jenderal Lo yang menyambut kedatangan mereka. Matanya merah, suaranya bergetar menah

DMCA.com Protection Status