Share

29. JANJI BERTEMU

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-25 23:54:18

“Hehh, sedang apa kau di situ?” Bentak Lin Mp yang tahu-tahu sudah ada di depannya. Du Fei gelagapan, wajahnya merona merah tanpa disadari. Ia khawatir Lin Mo mengetahui apa yang baru saja menggetarkan hatinya.

“Sebentar lagi acara makan bersama, layani para tamu dengan baik, mengerti?!” perintah Lin Mo sambil berkacak pinggang.

“Baik!” Du Fei segera berbalik dan berlari menuju ke dapur. Ia sedikit lega Lin Mo tidak menaruh kecurigaan sama sekali melihat kegugupannya tadi.

Sesampainya di dapur, Du Fei mulai menyiapkan sajian untuk para tamu. Kali ini ia dibantu beberapa murid lain, karena banyaknya tamu yang datang.

“Du Fei, antarkan mangkuk-mangkuk nasi ini ke meja Biarawati Yun Hui!” perintah seorang murid yang bertugas mengantarkan makanan ke meja-meja tamu, “aku harus mencuci mangkuk-mangkuk kotor yang menumpuk.”

Du Fei mengangguk sigap, namun di dalam hati jantungnya kembali berdebar penuh ketegangan. Mengantarkan makanan ke meja Biarawati Yun Hui berarti ia akan mendapatkan kese
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   30. JEBAKAN

    Du Fei yang dilanda kekhawatiran tak mampu menahan gejolak rasa ingin tahunya. Tangannya yang sedikit gemetar bergerak perlahan, menyibak tirai ruang tidur dengan hati-hati. Aroma lembut bunga peach seketika menyeruak, memenuhi indra penciumannya.Mata Du Fei membelalak, terkejut bukan kepalang. Di hadapannya, Ming Mei duduk di atas ranjang, tubuh bagian atasnya hanya terbungkus pakaian dalam merah bersulamkan burung hong. Lengannya yang terbuka menampilkan kulit putih susu yang halus mulus.Secepat kilat, Du Fei membalikkan badan. Wajahnya memanas, rona merah menjalar dari pipi hingga ke telinga, menyerupai warna tomat matang di musim panen. Jantungnya meronta-ronta tak terkendali, seolah hendak melompat keluar dari dada."Kemarilah, Du Fei!" Ming Mei merayu dengan suara selembut desiran angin, nadanya memikat bagai nyanyian dewi-dewi.Du Fei menelan ludah, berusaha menenangkan diri. Dengan suara bergetar, ia menjawab sesopan mungkin, "Ma-maaf, Nona Ming Mei ... ini ... ini tidak pan

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   31. TUDUHAN PELECEHAN

    Aula besar Bu Tong Pai yang semula tenang seketika gempar mendengar pengaduan Lin Mo. Suara bisik-bisik penuh kemarahan dan kecaman. Para tetua, dengan wajah mengeras dan mata berkilat marah, menatap Du Fei seolah ia adalah makhluk paling hina di muka bumi.Du Fei, yang tadinya tertunduk dalam keputusasaan, kini memberanikan diri mengangkat wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca memancarkan luka yang mendalam, seolah jiwanya telah tercabik oleh tuduhan keji yang dilontarkan padanya. Bibirnya bergetar, berusaha keras untuk membentuk kata-kata pembelaan, namun suaranya seakan tercekat di tenggorokan.Xun Huan, sang Guru Besar yang berwibawa, mengangkat tangannya meminta semuanya diam. Seketika, seluruh aula jatuh dalam keheningan. Sorot matanya yang tajam menatap lurus ke arah Lin Mo, seolah berusaha menembus topeng kebohongan yang mungkin tersembunyi di baliknya."Apakah kau yakin dengan apa yang barusan kau katakan, Lin Mo?" tanya Xun Huan, suaranya berat dan dalam. "Du Fei tumbuh besar b

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   32. HUKUMAN CAMBUK

    Ancaman Biarawati Yun Hui bukanlah sekadar gertakan sambal belaka. Ketua Hoa Mei itu tersohor akan wataknya yang sekeras baja; bila ia telah mengambil keputusan, maka pantang baginya untuk menarik kembali. Sorot matanya yang tajam menantang Xun Huan, menunggu bagaimana ketua Bu Tong Pai itu mengambil keputusan.Shen Niao, ketua Sekte Bangau Emas, bangkit berdiri dan angkat bicara. Sebagai sekte yang tergolong baru, ia berusaha mendekati sekte-sekte besar seperti Hoa Mei untuk mencari nama."Ketua Xun," ujarnya, "Aku, Shen Niao dari Sekte Bangau Emas, sangat menjunjung tinggi keadilan. Muridmu sudah terbukti bersalah, maka sudah selayaknya ia dihukum berat. Bila Anda masih tetap membelanya, Sekte Bangau Emas juga akan memutuskan hubungan persahabatan dengan Bu Tong Pai!"Aksi Biarawati Yun Hui dan Shen Niao diikuti oleh beberapa ketua sekte lain. Mereka menuntut Du Fei dihukum berat karena telah berbuat mesum.Wajah Xun Huan memerah, urat-urat di pelipisnya menonjol menahan amarah yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-26
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   33. HUKUMAN CAMBUK 2

    Du Fei terpaku, hatinya ngilu mendengar kata-kata Tetua Lin yang begitu dingin dan kejam. Selama ini, ia telah menganggap para tetua sebagai paman guru, figur yang ia hormati dan sayangi. Namun kenyataan pahit harus ia telan, mereka tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besar Bu Tong Pai.Shien Niao mencetuskan usulnya dengan nada tinggi agar semua orang mendengarnya, "Mengapa tidak kita serahkan saja dia ke pengadilan kota? Aku yakin dia pasti akan mendapatkan hukuman berat."Biarawati Yun Hui mengangguk setuju, matanya masih menyala-nyala oleh amarah yang tertahan. "Baiklah," jawabnya singkat, suaranya sedingin es yang menusuk tulang. “Tapi sebelum ia dibawa pergi, biarkan Ming Mei mencambuknya lima puluh kali!”Dua orang murid sekte Hoa San dengan sigap menghampiri Du Fei. Tanpa basa-basi, mereka mencengkeram lengannya dengan kuat, satu di kanan dan satu di kiri. Ia bisa merasakan jemari mereka yang kasar dan dingin menggigit kulitnya.Dengan kasar, kedua

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   34. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH

    Ming Mei terpaku, matanya melebar karena kaget sekaligus merasa bersalah. "Ma-maaf!" ia tergagap, suaranya bergetar. Wajah yang tadinya penuh percaya diri kini berubah menjadi kebingungan dan malu.Para penonton mulai berbisik-bisik, beberapa memandang Ming Mei dengan tatapan curiga. Shien Niao sendiri memegangi pipinya yang terluka, sementara matanya menatap Ming Mei tajam, menahan rasa sakit dan kegeraman.Sementara itu, Du Fei perlahan mengangkat wajahnya. Mata yang tadinya terpejam menahan sakit kini terbuka, menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot kebingungan yang sama. Untuk sesaat, rasa sakit di punggungnya terlupakan, digantikan oleh rasa heran.Suasana di halaman semakin tegang setelah insiden tak terduga itu. Biarawati Yun Hui, dengan wajah merah padam karena malu dan marah, menatap tajam ke arah Ming Mei, "Ming Mei, mengapa kau mengarahkan cambuk pada Tuan Shien?" "Guru, Murid juga tak tahu apa yang terjadi!" jawab Ming Mei panik. Air mata mulai menggenang di pelup

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-27
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   35. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH 2

    Biarawati Yun Hui mengerutkan kening semakin dalam mendengar saran Han Ming. Dengan cepat, ia bergerak mendekati Ming Mei yang masih tak sadarkan diri di pangkuan Xiao Lin. Dengan hati-hati, ia menyibakkan rambut gadis itu, memeriksa tengkuknya dengan seksama."Astaga!" Seruan kaget Yun Hui mengejutkan orang-orang di sekelilingnya. Wajahnya memucat saat ia menemukan bintik luka keunguan di tengkuk Ming Mei, persis seperti yang digambarkan Han Ming. "Benar, ada luka keunguan di sini," ujarnya dengan suara bergetar."Sudah dapat dipastikan, murid Anda terkena racun Bunga Pengendali Roh,” ungkap Han Ming dengan nada serius, “hanya Datuk Racun Selatan yang memiliki racun seperti itu. Racun yang bisa mengendalikan gerakan mangsa dari jarak jauh."Para tamu dari berbagai sekte dunia persilatan mulai berbisik-bisik satu sama lain. Beberapa orang bahkan mulai memeriksa tengkuk mereka sendiri dengan panik."Jadi, Datuk Racun Selatan benar-benar ada di sekitar sini?" Mata elang Biarawati Yun Hu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   36. MENYELAMATKAN DU FEI

    Lin Mo melesat bagai anak panah, pedangnya terhunus tajam membelah angin. Mata berfokus pada sosok Du Fei, targetnya yang tak berdaya. Kaki-kakinya bergerak lincah, meninggalkan jejak debu tipis yang beterbangan. Tanpa ia sadari, sesosok bayangan hitam berkelebat di atas genting. Sosok itu bergerak turun seperti burung elang yang menukik mengincar mangsanya. Seakan berlomba dengan Lin Mo, bayangan itu juga melesat ke arah Du Fei dengan kecepatan tinggi.Memiliki ilmu meringankan tubuh yang jauh lebih sempurna, sosok misterius itu nyaris melayang di atas tanah. Gerakannya begitu ringan, seolah raganya terbuat dari kapas. Dalam sekejap mata, bayangan itu telah menggapai Du Fei lebih dulu. Tangan kekarnya dengan sigap merenggut bahu si pemuda, lalu membawanya terbang ke atas atap. Suara derit halus terdengar dari atap yang bergetar saat mereka mendarat, Begitu cepatnya gerakan sosok tadi, hingga netra Lin Mo yang tajam hanya mampu menangkapnya sebagai sekelebat bayangan yang lewat d

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28
  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   37. MENYELAMATKAN DU FEI 2

    Biarawati Yun Hui menatap Chang Su penuh selidik, alisnya nyaris tertaut. Sesaat kemudian ia berseru dengan nada dingin dan tajam. "Sungguh besar nyalimu, Chang Su! Berani membuat kekacauan di dunia persilatan!"Han Tze menyambung perkataan Yun Hui, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. "Tidak heran, Ketua Hui!" ujarnya, nada suaranya mencemooh. "Chang Su adalah pendiri sekte hitam Iblis Bayangan, sekte yang pekerjaannya hanya merampok dan membunuh.""Ia sudah lama menghilang dari dunia persilatan," imbuh Han Ming geram. Matanya memancarkan kesedihan yang dalam saat ia melanjutkan, "Sampai sebulan yang lalu, tiba-tiba ia muncul di Wisma Pedang dan membunuh ayah kami."Sementara mereka berbicara, Chang Su hanya mendengarkan dengan santai. Bibirnya yang hitam menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi yang menguning. Rambut abu-abunya yang sedikit berantakan, beriap-riap dipermainkan angin gunung, menambah kesan liar pada penampilannya. Ditambah kulit wajah yang pucat bagai m

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-28

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   150. MENGEJAR BURONAN

    Tangan kanannya mengacungkan selembar kertas pengumuman sambil menunjuk ke arah Du Fei, "Dia si Topeng Hantu!"Kertas berwarna kuning di tangan si prajurit memperlihatkan sketsa wajah buronan bertopeng yang begitu mirip dengan pemuda itu. Du Fei terpaku sejenak melihat kertas kusut yang melambai di udara. Sedetik kelengahan itu sudah cukup memberi kesempatan bagi si Pembunuh misterius untuk kabur. Sosoknya lenyap begitu memasuki lorong-lorong kota yang berliku."Kepung dia!" A Lung mengeluarkan komando, "jangan biarkan Topeng Hantu lolos!"Dua puluh empat prajurit bergerak cepat membentuk lingkaran, mata tombak dan pedang mereka teracung mengancam ke arah Du Fei. Si Topeng Hantu tetap berdiri tenang di tengah lingkaran, meski hanya bertangan kosong namun postur tubuhnya menyiratkan bahaya yang siap meledak.Sementara itu Yun Hao mengamati dengan nafas tertahan. Ia sungguh tak menyangka sosok penyelamat yang membuatnya kagum karena keahlian luar biasa saat menyelamatkan bocah kecil it

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   149. SANG PENYELAMAT

    Yun Hao cepat menyarungkan pedang, tak ingin memicu kepanikan di antara orang banyak. Ia berusaha mengatur nafas dan langkah agar tampak biasa. Matanya bergerak waspada di antara kerumunan, mencari kilasan putih yang bisa menjadi petunjuk keberadaan si pembunuh. Aroma makanan dan asap dari tungku pedagang makanan bercampur dengan suara-suara keramaian.Sekilas Yun Hao menangkap sosok berpakaian putih tak jauh di depannya. Tanpa pikir panjang, Yun Hao mempercepat langkah dan mencengkeram bahu orang itu dengan kuat. "Berhenti kau!""Aduh!" Orang itu menoleh kesakitan, memperlihatkan wajah seorang pedagang tua yang kebingungan. "Ada apa, Anak Muda?""Maaf, saya salah orang!" Yun Hao buru-buru melepaskan cengkeramannya. Tiba-tiba dari sudut mata, ia menangkap sosok berpakaian putih yang lain, si pembunuh misterius sedang mengawasinya dari balik pilar gazebo, mengenakan kain penutup wajah berwarna senada sehingga sulit melihat seperti apa wajahnya.Merasa ketahuan, sosok itu melesat pergi.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   148. BENANG MAUT

    Jenderal Lo sedang berdiskusi dengan Hakim Yang di ruang tamu, sementara A Lung dan dua prajurit berjaga di teras.Tiba-tiba terdengar derap langkah tergesa memecah keheningan. Yun Hao berlari ke arah mereka, wajahnya tegang seperti ingin menyampaikan kabar penting. Namun langkahnya terhenti mendadak saat A Lung menghadang di depan pintu, lengannya terentang menghalangi jalan."Hey-hey, mau apa kau buru-buru begitu?" hardik A Lung, matanya menyipit curiga."Aku harus bertemu Jenderal Lo dan Hakim Yang!" Yun Hao berusaha menahan nada tak sabar dalam suaranya. Bayangan putih yang baru saja ia lihat berkelebat di kegelapan malam masih membayang di benaknya."Mereka sedang sibuk dan tak mau diganggu," ujar A Lung ketus, bibirnya mencibir meremehkan, "kau sampaikan saja padaku, nanti aku yang beritahu Jenderal!"Kening Yun Hao berkerut menahan kesal, akan tetapi mengingat situasi genting ini, ia memilih untuk mengalah, "Aku melihat sekilas ada bayangan putih melintas di antara pepohonan di

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   147. ANCAMAN PEMBUNUHAN

    "Qing Ning …," nama itu meluncur dari bibir Hakim Yang seperti bisikan hantu.Jenderal Lo mencondongkan tubuh ke depan, menangkap perubahan drastis pada raut wajah sahabatnya, "Siapa Qing Ning? Apakah dia memiliki kaitan dengan Dewa Golok Putih?"Hakim Yang menghela nafas berat, tangannya yang gemetar menutup kitab tua itu. "Aku tidak yakin mereka memiliki hubungan dekat, tetapi yang kutahu, Qing Ning adalah istri mendiang Pendekar Iblis yang kala itu menjabat sebagai Kepala Pasukan Khusus. Dan Dewa Golok Putih mengabdi pada suaminya.""Hmm," Jenderal Lo mengusap jenggotnya, matanya menyipit menunjukkan ia sedang berpikir keras. "Mungkinkah Dewa Golok Putih berencana membalaskan dendam kematian istri tuannya?"Hakim Yang menggeleng lemah. Ia bangkit dari kursinya, melangkah ke jendela yang menghadap ke taman belakang. Bunga-bunga persik bermekaran dengan indah menghiasi taman, namun tak mampu menghilangkan kegelisahan di hati pemiliknya."Aku rasa tidak mungkin, dia justru sangat memb

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   146. PEMBUNUH MISTERIUS

    Setelah berpisah dengan para prajuritnya, Jenderal Lo melangkah memasuki kediaman Hakim Yang. Rumah mewah bergaya kuno itu dikelilingi tembok tinggi dan penjaga bersenjata yang mondar-mandir dengan waspada. Hakim Yang, pria berusia 60 tahun dengan jenggot tipis yang terawat, menyambut sahabatnya dengan pelukan hangat."Sahabatku, sudah tiga tahun lebih kita tidak bertemu!" Hakim Yang menepuk punggung Jenderal Lo, "malam ini kau harus bermalam di sini, tidak ada penolakan!"Sambil berbincang dan sesekali tertawa, mereka duduk di ruang tamu yang diterangi lentera giok, ditemani teh dan kudapan. Namun Jenderal Lo menangkap kegelisahan di balik senyum sahabatnya. Gurat-gurat lelah menghiasi wajah yang biasanya berseri itu."Ada apa, Saudaraku? Wajahmu seperti awan mendung di musim hujan.”Hakim Yang menghela nafas berat, "Sepertinya ada yang mengincar nyawaku, Lo." Ia menyesap teh dengan tangan sedikit bergetar, "Semua dimulai dengan ditemukannya bangkai tikus di depan pintu, disertai sel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   145. RENCANA MING MEI

    Aroma bunga dahlia menyelimuti kamar yang dihiasi nuansa merah muda. Ming Mei duduk bagai lukisan hidup, tangannya yang putih nan halus bergerak anggun menuangkan teh ke dalam cawan keramik berwarna hijau. Uap hangat mengepul, membawa wangi yang membuat suasana menjadi lebih rileks dan nyaman."Tuan Muda sepertinya belum pernah berdekatan dengan wanita." Senyum Ming Mei mengembang bagai bunga mekar, matanya berkilat jenaka. "Jangan takut, Ming Mei tak akan menggigitmu. Hanya ingin mentraktir Anda minum teh wangi yang terkenal di Wisma Harum ini."Yun Hao menelan ludah, perlahan duduk di hadapan Ming Mei. Degup jantungnya yang tak beraturan seolah mengkhianati ketenangannya yang dipaksakan."Rekan-rekanku mengatakan kalau Tuan Muda datang kemari mencariku, boleh kutahu mengapa?" Suara Ming Mei mengalun bagai petikan kecapi, lembut dan manis."Nona telah menolongku dengan memberitahukan ada pencopet yang berusaha mencuri kantung uangku saat di pasar tadi," Yun Hao menjawab, untuk pertam

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   144. TERPERANGKAP DI WISMA HARUM

    "Lihat, ada pemuda tampan datang!" Seorang gadis berbaju kuning cerah memekik girang, memamerkan lesung pipit di pipi saat melihat Yun Hao berdiri sembari celingukan mencari seseorang."Wah, masih muda sekali!" Gadis lain menimpali, matanya berbinar nakal."Kulitnya putih seperti susu!" Gadis ketiga menyahut diiringi tawa genit."Pasti anak orang kaya!" Suara bisik-bisik terdengar di setiap sudut ruang.Dalam sekejap, Yun Hao dikelilingi gadis-gadis berpakaian warna-warni dengan riasan wajah yang mencolok. Wangi bedak dan minyak wangi membuat kepalanya pening. Beberapa gadis mulai berani menyentuh pipi dan menjawil dagu sang pangeran, dan ada juga yang bergelayut manja di lengannya. Tubuh Yun Hao membeku seketika seperti balok es."A-aku mencari gadis berbaju merah muda yang baru masuk," ujarnya tergagap, berusaha mundur namun terhalang oleh gadis-gadis yang semakin mendekat."Oh, kau mencari Nona Ming Mei?" Seorang gadis berbaju hijau terkikik sambil menutup mulutnya dengan lengan ba

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   143. PANGERAN DAN PENCURI

    Setelah menunggu beberapa saat, Yun Hao melihat jendela samping rumah terbuka. Dari posisinya di balik pohon, ia bisa mengintip ke dalam tanpa terlihat. Pemandangan yang tersaji membuat hatinya terenyuh.Di dalam ruangan sederhana itu, seorang pria tua duduk di kursi kayu. Tubuhnya kurus, kulitnya putih pucat seperti kertas. Bahkan rambut dan pakaian yang serba putih menambah kesan rapuh pada sosok pria tersebut. Sepertinya ada penyakit yang menggerogoti tubuhnya, terlihat dari nafas yang berat."Ayah, hari ini kita akan pergi ke tabib untuk berobat!" Si gadis pencopet berkata dengan nada riang."Ayah tidak apa-apa, lagipula kita tidak punya uang," suara pria tua itu terdengar letih, seolah telah lama menderita."Siapa bilang?" Gadis itu mengangkat kantung uang milik Yun Hao dengan bangga, menimang-nimangnya di udara, "sekarang kita punya."Raut wajah sang ayah berubah. Ia menggeleng-gelengkan kepala, kekecewaan tergambar jelas di wajahnya yang pucat, "Pasti kau mencuri lagi, sudah be

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   142. PETUALANGAN SANG PANGERAN

    "Jenderal Tua yang memerintahkan saya bergabung, Jenderal," suara Yun Hao berusaha terdengar meyakinkan. "Beliau ingin saya memperoleh pengalaman."Jenderal Lo mengamatinya dengan tajam. "Misi kita adalah misi berbahaya, bukan untuk seorang yang ingin belajar. Apakah kau tidak takut mati?""Tidak, Jenderal!" Yun Hao menggeleng tegas. "Saya siap mati demi melenyapkan pemberontak dari Negeri Wu."Kekaguman melintas di wajah keras Jenderal Lo. Namun sebelum ia sempat menanggapi, derap kaki kuda terdengar mendekat. Rombongan berkuda tersebut adalah para pedagang yang kebetulan lewat. Mereka menyapa Jenderal Lo dengan ramah, mengabarkan tentang pasar malam di kota terdekat yang menarik pengunjung dari berbagai penjuru."Jenderal, kalau kita melepas ketegangan sebentar, apa salahnya?" A Lung berbisik pada Jenderal Lo, matanya berbinar penuh harap."Jenderal, misi kita sangat penting," Yun Hao menyela dengan nada serius. "Sebaiknya kita berfokus pada tujuan utama, bersenang-senang bisa dilak

DMCA.com Protection Status