Share

31. TUDUHAN PELECEHAN

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Aula besar Bu Tong Pai yang semula tenang seketika gempar mendengar pengaduan Lin Mo. Suara bisik-bisik penuh kemarahan dan kecaman. Para tetua, dengan wajah mengeras dan mata berkilat marah, menatap Du Fei seolah ia adalah makhluk paling hina di muka bumi.

Du Fei, yang tadinya tertunduk dalam keputusasaan, kini memberanikan diri mengangkat wajahnya. Matanya yang berkaca-kaca memancarkan luka yang mendalam, seolah jiwanya telah tercabik oleh tuduhan keji yang dilontarkan padanya. Bibirnya bergetar, berusaha keras untuk membentuk kata-kata pembelaan, namun suaranya seakan tercekat di tenggorokan.

Xun Huan, sang Guru Besar yang berwibawa, mengangkat tangannya meminta semuanya diam. Seketika, seluruh aula jatuh dalam keheningan. Sorot matanya yang tajam menatap lurus ke arah Lin Mo, seolah berusaha menembus topeng kebohongan yang mungkin tersembunyi di baliknya.

"Apakah kau yakin dengan apa yang barusan kau katakan, Lin Mo?" tanya Xun Huan, suaranya berat dan dalam. "Du Fei tumbuh besar b
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   32. HUKUMAN CAMBUK

    Ancaman Biarawati Yun Hui bukanlah sekadar gertakan sambal belaka. Ketua Hoa Mei itu tersohor akan wataknya yang sekeras baja; bila ia telah mengambil keputusan, maka pantang baginya untuk menarik kembali. Sorot matanya yang tajam menantang Xun Huan, menunggu bagaimana ketua Bu Tong Pai itu mengambil keputusan.Shen Niao, ketua Sekte Bangau Emas, bangkit berdiri dan angkat bicara. Sebagai sekte yang tergolong baru, ia berusaha mendekati sekte-sekte besar seperti Hoa Mei untuk mencari nama."Ketua Xun," ujarnya, "Aku, Shen Niao dari Sekte Bangau Emas, sangat menjunjung tinggi keadilan. Muridmu sudah terbukti bersalah, maka sudah selayaknya ia dihukum berat. Bila Anda masih tetap membelanya, Sekte Bangau Emas juga akan memutuskan hubungan persahabatan dengan Bu Tong Pai!"Aksi Biarawati Yun Hui dan Shen Niao diikuti oleh beberapa ketua sekte lain. Mereka menuntut Du Fei dihukum berat karena telah berbuat mesum.Wajah Xun Huan memerah, urat-urat di pelipisnya menonjol menahan amarah yang

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   33. HUKUMAN CAMBUK 2

    Du Fei terpaku, hatinya ngilu mendengar kata-kata Tetua Lin yang begitu dingin dan kejam. Selama ini, ia telah menganggap para tetua sebagai paman guru, figur yang ia hormati dan sayangi. Namun kenyataan pahit harus ia telan, mereka tak pernah sekalipun menganggapnya sebagai bagian dari keluarga besar Bu Tong Pai.Shien Niao mencetuskan usulnya dengan nada tinggi agar semua orang mendengarnya, "Mengapa tidak kita serahkan saja dia ke pengadilan kota? Aku yakin dia pasti akan mendapatkan hukuman berat."Biarawati Yun Hui mengangguk setuju, matanya masih menyala-nyala oleh amarah yang tertahan. "Baiklah," jawabnya singkat, suaranya sedingin es yang menusuk tulang. “Tapi sebelum ia dibawa pergi, biarkan Ming Mei mencambuknya lima puluh kali!”Dua orang murid sekte Hoa San dengan sigap menghampiri Du Fei. Tanpa basa-basi, mereka mencengkeram lengannya dengan kuat, satu di kanan dan satu di kiri. Ia bisa merasakan jemari mereka yang kasar dan dingin menggigit kulitnya.Dengan kasar, kedua

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   34. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH

    Ming Mei terpaku, matanya melebar karena kaget sekaligus merasa bersalah. "Ma-maaf!" ia tergagap, suaranya bergetar. Wajah yang tadinya penuh percaya diri kini berubah menjadi kebingungan dan malu.Para penonton mulai berbisik-bisik, beberapa memandang Ming Mei dengan tatapan curiga. Shien Niao sendiri memegangi pipinya yang terluka, sementara matanya menatap Ming Mei tajam, menahan rasa sakit dan kegeraman.Sementara itu, Du Fei perlahan mengangkat wajahnya. Mata yang tadinya terpejam menahan sakit kini terbuka, menatap pemandangan di hadapannya dengan sorot kebingungan yang sama. Untuk sesaat, rasa sakit di punggungnya terlupakan, digantikan oleh rasa heran.Suasana di halaman semakin tegang setelah insiden tak terduga itu. Biarawati Yun Hui, dengan wajah merah padam karena malu dan marah, menatap tajam ke arah Ming Mei, "Ming Mei, mengapa kau mengarahkan cambuk pada Tuan Shien?" "Guru, Murid juga tak tahu apa yang terjadi!" jawab Ming Mei panik. Air mata mulai menggenang di pelup

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   35. RACUN BUNGA PENGENDALI ROH 2

    Biarawati Yun Hui mengerutkan kening semakin dalam mendengar saran Han Ming. Dengan cepat, ia bergerak mendekati Ming Mei yang masih tak sadarkan diri di pangkuan Xiao Lin. Dengan hati-hati, ia menyibakkan rambut gadis itu, memeriksa tengkuknya dengan seksama."Astaga!" Seruan kaget Yun Hui mengejutkan orang-orang di sekelilingnya. Wajahnya memucat saat ia menemukan bintik luka keunguan di tengkuk Ming Mei, persis seperti yang digambarkan Han Ming. "Benar, ada luka keunguan di sini," ujarnya dengan suara bergetar."Sudah dapat dipastikan, murid Anda terkena racun Bunga Pengendali Roh,” ungkap Han Ming dengan nada serius, “hanya Datuk Racun Selatan yang memiliki racun seperti itu. Racun yang bisa mengendalikan gerakan mangsa dari jarak jauh."Para tamu dari berbagai sekte dunia persilatan mulai berbisik-bisik satu sama lain. Beberapa orang bahkan mulai memeriksa tengkuk mereka sendiri dengan panik."Jadi, Datuk Racun Selatan benar-benar ada di sekitar sini?" Mata elang Biarawati Yun Hu

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   36. MENYELAMATKAN DU FEI

    Lin Mo melesat bagai anak panah, pedangnya terhunus tajam membelah angin. Mata berfokus pada sosok Du Fei, targetnya yang tak berdaya. Kaki-kakinya bergerak lincah, meninggalkan jejak debu tipis yang beterbangan. Tanpa ia sadari, sesosok bayangan hitam berkelebat di atas genting. Sosok itu bergerak turun seperti burung elang yang menukik mengincar mangsanya. Seakan berlomba dengan Lin Mo, bayangan itu juga melesat ke arah Du Fei dengan kecepatan tinggi.Memiliki ilmu meringankan tubuh yang jauh lebih sempurna, sosok misterius itu nyaris melayang di atas tanah. Gerakannya begitu ringan, seolah raganya terbuat dari kapas. Dalam sekejap mata, bayangan itu telah menggapai Du Fei lebih dulu. Tangan kekarnya dengan sigap merenggut bahu si pemuda, lalu membawanya terbang ke atas atap. Suara derit halus terdengar dari atap yang bergetar saat mereka mendarat, Begitu cepatnya gerakan sosok tadi, hingga netra Lin Mo yang tajam hanya mampu menangkapnya sebagai sekelebat bayangan yang lewat d

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   37. MENYELAMATKAN DU FEI 2

    Biarawati Yun Hui menatap Chang Su penuh selidik, alisnya nyaris tertaut. Sesaat kemudian ia berseru dengan nada dingin dan tajam. "Sungguh besar nyalimu, Chang Su! Berani membuat kekacauan di dunia persilatan!"Han Tze menyambung perkataan Yun Hui, bibirnya melengkung membentuk senyum sinis. "Tidak heran, Ketua Hui!" ujarnya, nada suaranya mencemooh. "Chang Su adalah pendiri sekte hitam Iblis Bayangan, sekte yang pekerjaannya hanya merampok dan membunuh.""Ia sudah lama menghilang dari dunia persilatan," imbuh Han Ming geram. Matanya memancarkan kesedihan yang dalam saat ia melanjutkan, "Sampai sebulan yang lalu, tiba-tiba ia muncul di Wisma Pedang dan membunuh ayah kami."Sementara mereka berbicara, Chang Su hanya mendengarkan dengan santai. Bibirnya yang hitam menyeringai lebar, memperlihatkan deretan gigi yang menguning. Rambut abu-abunya yang sedikit berantakan, beriap-riap dipermainkan angin gunung, menambah kesan liar pada penampilannya. Ditambah kulit wajah yang pucat bagai m

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   38. MENYELAMATKAN DU FEI 3

    Melihat para pendekar yang terdiam mendengar sindiran menohok Datuk Racun Selatan, Han Ming mengambil inisiatif. Ia maju selangkah, matanya menatap tajam ke arah Chang Su."Kau kira dengan permainan katamu, kami akan terpengaruh?" ujar pria berusia sekitar 30-an itu. Suaranya penuh dengan nada mencemooh. Ia mendengus pelan sebelum melanjutkan dengan nada geram, "Cepat serahkan obat penawar dan pemuda itu!"Han Tze, tak mau kalah, segera maju mendampingi kakaknya. Dengan sikap mengancam, ia berkata kepada Chang Su, "Kami tahu kau masih terluka dalam. Melawan kami sama saja mencari mati!"Mendengar gertakan itu, seringai yang sedari tadi menghiasi wajah Chang Su seketika lenyap. Sorot matanya berubah dingin, memancarkan aura ancaman yang tak kalah garang. "Kalian manusia-manusia licik!" desisnya, "maju semua kalau berani!"Kedua Han bersaudara saling melirik, seolah berkomunikasi tanpa kata. Sejenak mereka berpandangan, lalu saling mengangguk penuh arti. Sedetik berikutnya, dalam geraka

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   39. MENYELAMATKAN DU FEI 4

    Biarawati Yun Hui yang mengamati dari bawah, dengan cepat menyadari bahwa kedua Han bersaudara tak mampu menghadapi Chang Su.Sosok kakek tua yang masih lincah dan mematikan itu tampaknya terlalu tangguh untuk mereka. Tiba-tiba sebuah pemikiran licik bermain di kepalanya, satu-satunya cara untuk meruntuhkan perlawanan kakek tua tersebut adalah dengan menyerang dari belakang.Begitu melihat ada kesempatan di mana Chang Su yang sedang berduel dengan Han Ming, membelakanginya, Yun Hui segera melenting naik ke atas atap. Dengan gerakan menukik, Biarawati Yun Hui menerjang ke arah Chang Su yang tengah sibuk meladeni serangan Han Ming.Du Fei, mengetahui gurunya dalam bahaya segera berteriak, “Awas, Guru!”Refleks, remaja pria itu bergerak maju menutupi punggung Chang Su dengan tubuhnya. Dengan tangan terentang, ia berdiri tegak menghalangi Yun Hui.Ketua Hoa Mei terkejut bukan kepalang oleh reaksi tak terduga Du Fei yang memilih menjadi tameng hidup gurunya, membentak dengan nada geram sa

Latest chapter

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   120. DI UJUNG TANDUK

    "Apa maksudmu?" Xie Gua mendengus tak sabar."Aku memiliki energi api dan kekuatan dewa naga dalam diriku," Du Fei membual dengan mengeraskan suaranya, memastikan gaungnya terdengar ke seluruh hutan. "Siluman manapun yang memangsaku pasti akan mendapatkan kekuatan berlipat seperti dewa!""Aku tak ingin kematianku sia-sia bila hanya dimangsa siluman kelas rendah," tambahnya dengan nada merendahkan.Xie Gua menyipitkan matanya yang berkilat berbahaya. "Kau berkata keras-keras karena ingin membangkitkan siluman-siluman lain agar kami saling bunuh, begitu bukan?"Du Fei tersenyum misterius, "Aku tidak sedang membual. Kau pun tahu seberapa besar energi api yang kumiliki.""Baik!” Xie Gua menghentakkan kakinya dengan tak sabar, “akan kucabut nyawamu seka—" BRAKK!Sebuah batu sebesar gajah menghantam kepala Xie Gua dari atas hingga amblas ke dalam tanah, menghancurkan tengkoraknya dalam sekejap. Darah hitam menggenangi tanah di sekitar batu, membuat Du Fei berg

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   119. SIASAT MENGHADAPI SILUMAN

    Malam semakin larut, di dalam gua hanya  terdengar suara derak kayu bakar yang terbakar perlahan. Xie Gua menatap sosok Du Fei yang berbaring miring menghadap dinding batu, nafasnya teratur seperti orang terlelap."Du Fei?" panggilnya pelan, tak ada jawaban kecuali suara dengkuran halus."Du Fei?" sekali lagi ia memanggil, lebih keras. Masih sunyi.Seringai kejam tersungging di bibir Xie Gua yang mulai berubah. Wajah ramah sang pertapa lenyap, digantikan sosok mengerikan yang selama ini tersembunyi. Kulit tangannya mengeras, bersisik seperti ular. Kuku-kukunya memanjang dan menghitam, tajam bagai belati beracun."He he he, dasar Bocah bodoh!" tawanya menggelegar hingga menggema dalam gua. Transformasinya semakin lengkap, gigi-gigi berubah menjadi taring-taring panjang yang mencuat dari mulut yang kini tersenyum semakin lebar. Hidung memanjang dan membengkok seperti paruh burung pemangsa, dan sepasang mata berkilat merah dalam kegelapan.Du Fei merasakan jant

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   118. PAMAN XIE YANG MISTERIUS

    Kabut tebal mendadak tersibak. Dari balik kegelapan, muncul sesosok nenek tua dengan rambut putih kusut dan pakaian compang-camping. Kulitnya pucat kebiruan seperti mayat, keriput-keriput di wajahnya membentuk pola mengerikan. Namun yang paling menakutkan adalah matanya, merah menyala dengan pupil vertikal seperti mata ular."Sudah lama aku tidak mencicipi daging manusia muda," suaranya serak dan dalam, tidak seperti suara manusia. "Kau pasti lezat, anak muda."Du Fei memasang kuda-kuda, tangan kanannya mencengkeram ranting. "Kau pasti siluman Sha Zhang yang haus darah manusia?"Nenek itu menyeringai, memamerkan deretan gigi tajam bernoda darah. "Oh, kau mengenalku? Aku tersanjung." Ia melompat dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh setuanya, cakar-cakar panjang teracung ke arah Du Fei.Trakk!Ranting kokoh Du Fei berbenturan dengan cakar Sha Zhang. Benturan itu menimbulkan percikan api ungu. Du Fei terkejut merasakan kekuatan di balik serangan itu, jauh melampaui kekuatan manus

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   117. MISTERI HUTAN ILUSI

    Panglima Liu terpojok, punggungnya membentur batang pohon besar. Keringat dingin mengucur deras di dahinya saat Du Fei semakin mendekat. Namun tiba-tiba matanya berbinar. Dari kejauhan, terdengar derap puluhan kaki kuda yang bergemuruh."Ha! Kau dalam masalah besar sekarang, Du Fei!" Panglima Liu mendadak kembali percaya diri, membusungkan dada menantang pemuda yang sempat membuatnya gentar.Du Fei menoleh ke arah suara. Di bawah awan debu yang membumbung, pasukan berkuda dalam jumlah besar bergerak cepat ke arah mereka. Mereka dilengkapi tameng di bagian dada, tombak dan pedang pun terhunus siap bertarung."Pasukan elit!" seru salah satu prajurit yang terluka.Du Fei menggertakkan gigi. Ia bisa saja menghadapi mereka, tapi pertarungan panjang hanya akan membuang waktu dan tenaga. Pikirannya melayang pada tujuan utamanya, Gunung Kunlun yang menjulang di kejauhan, tempat ia harus menyempurnakan ilmu Pedang Bayangan Bulan."Maaf mengecewakan kalian," Du Fei tersenyum mengejek, "tapi ak

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   116. TANGKAP HIDUP ATAU MATI

    Debu beterbangan saat Du Fei dan Liu Heng menerobos kerumunan pasar yang padat. Teriakan "Tangkap buronan!" bergema di belakang mereka, diikuti derap langkah puluhan prajurit yang mengejar.Begitu melampaui gerbang kota, Du Fei menghentikan langkahnya. "Kakek, kita berpencar!" ia berkata cepat.,"aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kakek pergilah sejauh mungkin!""Tapi, Du Fei ….""Cepat pergi!" Du Fei mendorong Liu Heng ke arah hutan. "Aku bisa mengatasi mereka.”Setelah memastikan Liu Heng menghilang di balik pepohonan, Du Fei berbalik menghadapi para pengejarnya. Ia berdiri tegak di tengah jalan, berkacak pinggang dengan sikap menantang. Angin semilir bertiup, menggoyangkan jubahnya yang berwarna coklat muda .Panglima Liu menghentikan pasukannya beberapa langkah dari Du Fei. Matanya berkilat penuh kebencian ke arah lawan. "Dasar pembunuh!" seru sang Panglima dengan nada bengis. "Kau telah membunuh orang-orangku. Kau harus dihukum mati!"Senyum sinis tersungging di bibir Du Fei

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   115. BURONAN

    Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik pepohonan saat Du Fei dan Liu Heng menyelesaikan pemakaman terakhir. Sepuluh gundukan tanah berjajar rapi, menjadi saksi bisu tragedi semalam. Du Fei memadatkan timbunan tanah dengan cangkul, keringat mengalir di dahi segera ia hapus dengan lengan bajunya.Liu Heng mengamati teman seperjalanannya dengan seksama. Sejak fajar menyingsing, pemuda itu nyaris tak bersuara, sangat tidak biasa untuk seorang Du Fei yang biasanya sering bercanda dan menjahilinya."Anak Nakal, mengapa dari semalam tidak banyak bicara?" Liu Heng bertanya sambil meneliti raut wajah Du Fei yang terlihat muram. Yang ditanya hanya menggeleng pelan, tangannya terus bekerja memadatkan tanah seolah berusaha mengubur sesuatu lebih dari sekedar jenazah."Kakek, mari lanjutkan perjalanan!" Du Fei bangkit setel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   114. PEMBUNUH MISTERIUS 2

    "Wanita ini sangat kejam dan berbahaya," batin Du Fei. Meski begitu, gerakannya yang mematikan terlihat anggun dan indah, seperti bunga azalea yang cantik meski beracun.Sadar bahwa pertarungan ini harus segera diakhiri, Du Fei meraih sebatang ranting pohon. Jemarinya bergerak cepat, mengalirkan energi chi hingga ranting itu sekokoh pedang pusaka."Maafkan aku, Nona … tapi ini saatnya kau menyerah!" Du Fei memasang kuda-kuda yang berbeda. "Bayangan Bulan Menari!"Tubuhnya seolah terbelah menjadi delapan, bergerak dalam formasi yang membingungkan. Ranting di tangannya menari dalam gerakan spiral, menciptakan ilusi bulan purnama yang berputar. Setiap gerakan mengandung serangan mematikan, namun Du Fei dengan cermat mengendalikan tenaganya, cukup untuk melumpuhkan, tidak untuk membunuh.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   113. PEMBUNUH MISTERIUS

    "Percayalah, mereka pantas untuk mati!" desis sosok bertubuh ramping dalam pakaian serba hitam, kain penutup sebagian wajah menambah kesan kemisteriusannya."Apa yang kau lakukan menunjukkan bahwa dirimu tak jauh beda dengan mereka, bahkan lebih kejam!" Du Fei melangkah mendekat dengan sikap waspada, langkahnya terhenti saat jarak mereka tinggal sejengkal.Sinar bulan purnama menerangi sebagian wajah sosok lawan, memperlihatkan sepasang alis yang melengkung bagai bulan sabit. Du Fei tertegun. Di bawah alis, sepasang mata sekelam malam balas menatap pria itu tajam, mata yang menyimpan kepedihan mendalam namun tetap tak mampu menutupi keindahannya.Wangi tubuhnya menguar lembut terbawa angin, wangi bunga plum yang berbaur dengan aroma hutan pinus, menciptakan keharuman yang memabukkan.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   112. PEMBANTAIAN PARA PRAJURIT

    “Bagus, kali ini kita akan bermain ‘Menghajar Perampok berkedok Prajurit’, bagaimana?” Liu Heng mengangguk-anggukkan kepala beberapa kali, senyumnya melebar membayangkan dirinya menghajar para prajurit yang sudah bertindak sewenang-wenang di kedai tadi.Keduanya bergegas meninggalkan kedai, mengikuti jejak rombongan Panglima Liu. Namun setelah beberapa li mengejar, Du Fei menghentikan langkah. "Aneh," gumam pemuda bertopeng itu sambil mengerutkan kening, berlutut memeriksa tanah. "Jejak kaki perampok-perampok itu menghilang begitu saja, seharusnya mereka belum jauh."Tiba-tiba terdengar suara gemerisik dedaunan dari arah hutan di sisi kanan jalan. Du Fei bangkit menegakkan tubuh, instingnya menangkap sesuatu yang tidak beres. "Ada yang datang."Sosok sempoyongan muncul dari balik rimbunnya pepohonan. Cahaya rembulan yang menembus kanopi hutan menyinari seragam prajurit yang kini bermandikan darah. Lengan kirinya yang buntung masih meneteskan darah segar, sementara wajahnya pucat pas

DMCA.com Protection Status