“Tentu saja aku akan membencimu. Sampai kapan pun aku akan membenci Hans si pecundang itu.” Jessi menjawabnya tanpa ragu.
"Walaupun Hans itu Leon, laki-laki yang kamu cinta?" tanya Leon sekali lagi. Ia mencoba mencari celah untuk memanfaatkan waktu yang tepat untuk mengatakan semua kebohongannya.
"Yes. Kebencianku semakin besar setelah tahu kalau dia memplagiat produk Beauty Corporation." Jessi sangat emosi ketika berbicara tentang Hans
Ucapan Jessi terdengar sangat menyeramkan bagi pengawal hatinya. Sepertinya kebencian Jessi terhadap CEO baru perusahaan pesaingnya itu sudah mendarah daging.
Terlihat ketika membicarakan pimpinan perusahaan itu. Wajahnya memerah karena amarah, napasnya memburu, tidak ada keraguan sama sekali ketika ia mengatakan kalau ia begitu membencinya.
“Apa kamu tidak akan memaafkannya seandainya saja dia mempunyai cinta yang tulus untukmu?”
“Tulus?” Jessica tertawa terbahak-bahak. “Laki-laki yang sudah meni
Seperti biasa, Leon dan Jessi akan tidur bersama dalam satu ranjang, walaupun mereka tidak bercinta, tapi Jessi merasa sangat nyaman tidur dalam dekapan Leon.Kini Leon disibukkan dengan pekerjaan Jessi, sudah dua minggu lamanya laki-laki itu membantu pekerjaan wanita yang dicintainya.Tanpa mereka ketahui, diam-diam Tuan Jason menyuruh orang untuk memantau Jessi dan Leon. Mendengar laporan yang diterima orang suruhannya, Tuan Jason tersenyum lega karena laki-laki yang dekat dengan anaknya mempunyai kemampuan untuk memimpin perusahaan."Liebe, kamu kenapa?" Leon bertanya kepada wanita yang sedang memijat pelipisnya. "Wajahmu juga terlihat pucat.""Aku hanya sedikit pusing," jawab Jessi sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Tangan kanannya memijat kening di antara alisnya.Leon bangun dan mendekati Jessi. "Kita ke dokter ya!" ajaknya."Tidak perlu, Leon. Aku hanya kelelahan, nanti aku minum vitamin saja," jawab Jessi dengan mata t
“Kenapa dia seperti ini? Tidak biasanya Liebe bermanja-manja di saat pekerjaannya menumpuk?’ tanya Leon dalam hati sambil membelai rambut kekasihnya. Laki-laki itu dengan hati-hati mengambil berkas yang ada di meja yang akan dikerjakan olehnya dan Jessi. Ia memeriksa berkas itu dengan teliti. Sesekali ia melirik kekasihnya, Leon tersenyum sambil mencium kening wanita cantik yang tertidur sambil memeluk dirinya. Jessi tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya jika sedang mempunyai banyak pekerjaan. Untuk pertama kalinya Jessi mengabaikan pekerjaannya. “Liebe pindah ya, nanti punggungmu pegal.” Leon berusaha melepas pelukan kekasihnya, namun wanita itu semakin erat memeluknya. “Leon, jangan tinggalkan aku!” “Saya tidak akan meninggalkanmu, Liebe,” sahut Leon sambil membelai pipi wanita cantik itu. “Kamu pindah ya biar lebih nyaman tidurnya.” “Leon, biarkan aku seperti ini,” gumamnya tanpa membuka mata. Jessi semakin menger
“Bagaimana dengan pekerjaannya, bukannya peluncuran produk hanya tinggal menghitung hari?” Laki-laki dari seberang sana hanya mengkhawatirkan perusahaannya saja. Tidak sekali pun bertanya tentang kesehatan anaknya.“Tuan tidak perlu khawatir. Selama ini Tuan Leon yang membantu pekerjaan Nona. Tuan Leon bekerja dengan baik. Dia terlihat seperti seorang pemimpin, sangat berwibawa ketika sedang memerintah, tapi dia juga tidak pernah bertindak tanpa persetujuan Nona.”“Baiklah. Kabari saya jika ada masalah!”“Baik, Tuan.”Setelah selesai menelepon, Julie mengambil berkas-berkas dan laptopnya.Ia masuk ke dalam ruangan sang CEO tanpa mengetuk pintu karena takut mengganggu istirahat sang nona.Julie dan Loen bekerja dengan serius di ruangan sang CEO. Sudah dua minggu terakhir, ia mengerjakan pekerjaan kekasihnya supaya wanita yang dicintainya tidak terlalu lelah.Sesekali laki-laki
Daniel : Saya sudah tidak mempunyai rekaman video kekasih anda, Boss. Semua video yang anda kirimkan sudah saya hapus.Leon : Baguslah!Laki-laki yang mempunyai rambut sedikit gondrong itu memasukkan ponselnya kembali setelah menghapus pesannya bersama Daniel ketika melihat Jessi berjalan ke arahnya.“Apa kamu sudah memesan makanan untukku?” tanya Jessi kepada laki-laki yang menatapnya tanpa berkedip.“Sudah Nona Jessica Anastasya Moris," jawab Leon dengan sopan.Jessica kembali duduk di samping Leon, lalu memeluk tubuh kekasihnya itu dan membenamkan wajahnya di bawah ketiak sang pengawal.“Liebe, kamu sedang apa?” tanya Leon kepada kekasihnya yang sedang mengendus ketiaknya.“Bau badanmu membuatku terasa segar setelah menciumnya,” jawab Jessi sambil mengendus aroma tubuh Leon. "Aku sangat menyukai aroma tubuhmu. Ini sangat menyegarkan."‘Menyegarkan? Kenapa hari ini dia aneh seka
“Leon kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” Jessi menatap curiga kepada laki-laki yang sedang duduk di hadapannya dengan santai sambil menumpangkan kakinya.“Saya sedang bahagia, Nona cantik,” jawab Leon sambil tersenyum. “Kamu mau makan apa lagi?” tanya Leon meledek kekasihnya, tapi bagi Jessi itu penawaran yang sangat menarik.Jessi tersenyum, lalu bertanya. "Apa kamu serius?"Leon menyilangkan tangannya di depan dada sambil menyondongkan wajahnya. "Apa saya terlihat seperti pembohong?""Kalau seorang pembohong bisa dikenali dari raut wajahnya, tidak akan ada yang menjadi korban penipuan." Jessi mencubit hidung kekasihnya.Ucapan Jessi benar-benar menyentil dirinya. 'Kamu benar, Liebe. Buktinya kamu tidak tahu kalau aku seorang pembohong.'“Ayo kita pulang! Aku ingin makan es krim di rumah sambil duduk santai menonton televisi. Sepertinya sangat menyenangkan.”Leon menegakkan
"Asalkan cintamu tidak palsu. Tidak masalah kalaupun hidungmu palsu," ucap Leon.Jessi melirik Leon dengan sinis. "Cintaku dan hidungku, semuanya asli," ketusnya."Saya percaya." Leon terkekeh sambil merangkul bahu kekasihnya, lalu mencium kening wanita cantik itu dengan mesra.Leon dan Jessi yang sedang dimabuk cinta, tidak peduli dengan pegawainya yang memerhatikan tingkah mereka."Nona dan Tuan Leon begitu mesra." Wanita berambut ikal itu menyatukan tangannya di depan dada sambil menggigit bibirnya. "Melihat mereka, jiwa jomloku meronta-ronta.""Bekerjalah dengan keras. Jika kamu sudah kaya, pasti banyak laki-laki yang ingin menjadi kekasihmu," sahut rekan kerjanya yang berperawakan jangkung itu."Aku menginginkan laki-laki yang tulus mencintaiku bukan karena hartaku," sahut sang wanita."Di zaman sekarang mana ada wanita miskin jatuh cinta kepada laki-laki kaya kalau tidak mengincar hartanya, begitu pun sebaliknya.”&
“Oh ….” Wanita itu tertawa terpaksa saat menyadari ucapannya. “Lupakan ucapanku.""Ya sudah, ayo kita meeting.” Julie berjalan lebih dulu menuju ruang meeting.“Baik, Nona Julie.” Ketiga orang itu mengikuti sekretaris CEO ke ruang meeting.Mereka membicarakan tentang rangkaian acara peluncuran produk baru perusahaan tempatnya bekerja. Ada sedikit perubahan dalam rangkaian acara itu karena kondisi kesehatan sang nona menurun.Satu jam mereka merangkai kembali susunan acara peluncuran produk baru. Dalam acara itu tidak akan terlalu sering melibatkan sang CEO karena kondisi kesehatannya.Leon hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada kekasihnya, mengingat kondisi kesehatan Jessi tiba-tiba menurun, lalu dengan cepat membaik tanpa berobat. Untuk itu ia meminta Julie untuk mengurangi kegiatan sang kekasih saat acara peluncuran produk baru."Baiklah, terima kasih. Semoga acaranya berjalan lancar."
Leon tersentak dari lamunannya saat mendengar suara Jessica. Wanita itu menjadi sangat pencemburu pada pengawal hatinya.Sang pengawal menoleh pada kekasihnya dan berujar. “Bagaimana bisa saya mempunyai wanita lain selain dirimu. Siang malam saya selalu bersamamu, Liebe."“Lalu kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” tanya Jessi masih terlihat mencurigai Leon.“Saya sedang mengenang masa kecil bersama adik perempuan saya, tapi sekarang saya tidak tahu keberadaannya.”“Kamu mempunyai adik? Kenapa sebelumnya kamu tidak pernah bilang?”“Saya ini datang padamu sebagai pengawal, apa saya juga harus menceritakan semua yang terjadi pada saya dan keluarga, sejak saya masih bayi? Dulu 'kan kamu tidak pernah bertanya tentang keluarga saya,” jawab Leon dengan kesal.“Kenapa kamu marah? Saya kan hanya bertanya.”“Liebe, saya tidak marah. Saya … baiklah, maafkan
Hai semuanya. Alhamdulillah Leon dan Liebe udah tamat. Terima kasih untuk kakak semua atas dukungannya. Readerku yang cantik dan yang ganteng terima kasih banyak sudah mampir di karyaku. Aku mohon maaf atas segala kekurangan pada novel ini, terutama pada aku sendiri yang jarang sekali update dikarenakan sedang menyiapkan novel baru. Mohon dimaklumi ya kekurangan pada novel ini, kritik dan sarannya aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Mohon maaf juga jika banyak typo atau eksekusi pada novel ini yang tidak sesuai dengan bayangan kakak semua.🙏🏻🙏🏻🙏🏻Aku akan terus belajar dan belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi. Kritik dan saran kakak semua sangat membantuku untuk menjadi lebih baik lagi dari sekarang.Terima kasih sampai jumpa di novel yang baru. Pantengin sosmedku ya untuk info karya-karyaku selanjutnya. Jangan lupa follow igeh aku ya.🤭untuk nama² di bawah ini tolong hubungi saya lewat DM di inst**ram @nyi.ratu_gesrek1. Husna Amri Alfathunissa2. Mythasary3. Joko Le
"Sebelum tahu calon suami saya seperti apa saya sudah menerima pilihan orang tua, tapi maaf, saya tidak mencintai Anda atau laki-laki mana pun.""Tidak masalah kamu mencintai saya atau tidak, yang terpenting saya mencintai kamu," kata Daniel. "Dan besok kita akan menikah." Laki-laki itu kembali ceria saat tahu kalau Julie tidak mempunyai kekasih."Dulu tidak mau disuruh menikah, sekarang malah ingin cepat menikah," kata Tuan Bayden. "Sekarang kamu tahu bagaimana rasanya ditolak." Laki-laki tua yang masih terlihat gagah itu tertawa meledek anaknya."Ayah, apa kamu tidak suka melihat anakmu bahagia?" Daniel melirik sinis pada ayahnya."Saya senang melihat kamu bahagia dan Ayah akan lebih senang lagi melihat kamu dan ibumu berdamai.""Itu sulit, tapi saya akan berusaha untuk bersikap baik padanya.""Itu lebih baik." Tuan Bayden memeluk anaknya. "Berbahagialah, Nak.""Sepertinya kita harus menambah menu makanannya," kata Bibi Delma pada Alexa."Tentu saja, kita akan menyiapkan dua pernik
Pagi-pagi sekali keluarga Morris dan keluarga Karl sudah sampai di rumah Tuan Felix. Tak lama kemudian disusul keluarga Daniel."Selamat datang semuanya. Silakan masuk!" Bibi Delma menyambut para tamunya.Kedua orang tua Daniel sangat terkejut melihat calon menantunya ada di sini."Julie, kenapa kamu ada di sini? tanya seorang wanita yang tak lain adalah calon mertuanya."Iya, Bu, Nona Jessica adalah Bos saya di kantor. Saya diundang di pernikahan ini. Apa Ibu juga kenal dengan Nona Jessica?" tanya Julie setelah bersalaman dengan calon mertuanya."Saya kenal dengan Tuan Hans karena calon suamimu bekerja padanya," kata wanita yang bernama Greta. "Itu dia calon suamimu!" tunjuk Nyonya Greta kepada anaknya. "Daniel, kemarilah!"'Daniel?' ucap Julie dalam hatinya. 'Apa yang Bu Greta maksud adalah Tuan Daniel?'"Aku sangat malas bertemu dengannya," gumam Daniel saat dipanggil ibunya, tapi ia tetap menghampiri wanita yang melahirkannya. "Daniel, ini dia calon istrimu. Dia ini wanita yang b
"Terima kasih, Hans," ucap Alexa dengan tulus. "Sekarang istirahatlah, aku tidak mau nanti kamu pingsan ketika mengucap janji di depan Tuhan." Alexa tertawa pelan mengejek kakaknya."Baiklah, saya memang sangat lelah." Leon bangun dari duduknya. Jessica bangun dari duduknya. "Ayo aku antar."Jessica mengantar Leon untuk beristirahat di kamarnya, sedangkan Alexa, Bibi Delma, dan Paman Timo masih berada di ruang tamu."Alexa, tolong bantu Bibi untuk menyiapkan semuanya." "Apakah pernikahan ini bisa dipercepat?" tanya Alexa. "Maksudku dilakukan dalam beberapa hari ini.""Tunggu sebentar." Paman Timo mengambil ponselnya yang berdering. "Saya jawab telepon dari Tuan Felix dulu."Paman Timo berbincang di telepon dengan serius. Alexa dan Bibi Delma menunggu dengan sabar kabar yang diterima laki-laki tua itu."Tuan Felix berbicara apa?" tanya Bibi Delma setelah suaminya selesai menelepon."Besok lusa pernikahan mereka akan dilaksanakan. Ini perintah Tuan Felix.""Apa kita tidak bertanya leb
"Aku tidak mau Hans, kamu saja yang menelepon Ayah. Aku belum siap berbicara dengan mereka.""Baiklah, saya akan menelepon Ayah." Leon mengeluarkan ponselnya dari saku celana. "Lenora, apakah kamu mau berdamai dengan ibu dan ayah jika bertemu dengan mereka?""Aku akan berdamai dengan mereka jika Ayah dan Ibu merestui hubungan aku dan Victor, tapi jika mereka masih bersikeras seperti dulu, aku akan tetap mempertahankan pernikahanku. Aku tidak butuh kemewahan dan kekayaan orang tua kita, aku hanya butuh kebahagiaan dan dan kasih sayang yang tidak pernah aku rasakan sebelumnya dari mereka dan semua itu hanya aku dapatkan darimu dan Viktor.""Tunggu!" Bibi Delma menatap Alexa dan Leon, memang ada kemiripan pada wajah mereka. "Alexa, apa dia kakakmu?""Iya, Bibi, inilah kenapa aku dan Viktor menyembunyikan identitas kami karena hubungan kami tidak direstui.""Alexa, kenapa kamu tidak bilang pada Bibi." Bibi Delma mendekati Alexa dan memeluk wanita itu."Maafkan aku, Bi." Viktor yang menjaw
"Apa aku boleh tahu, apa yang kalian bicarakan selama dua jam di dalam rumah bersama dengan kakakku, Renate?" tanya Alexa kepada wanita hamil yang berjalan di depannya sambil bergandengan tangan dengan Leon."Aku tidak bicara banyak dengannya, tadi dia hampir pingsan dan dia melarang aku untuk keluar meminta bantuan kalian," jawab Jessica."Sudah saya bilang panggil dia Jessi atau Kakak ipar." Leon kembali memperingatkan adiknya."Aku sudah terbiasa memanggil dia Renate," jawab Alexa. "Apa ada yang salah dengan nama itu?""Tidak ada," jawab Leon. "Renate nama yang bagus, tapi kini dia sudah kembali menjadi Jessica, jadi kamu harus memanggil dia dengaslinya.""Baiklah kakakku tersayang, aku akan memanggilnya Kakak ipar," balas Alexa sambil tersenyum lalu kembali bertanya kepada Jessica. "Jadi kalian di dalam tidak banyak bicara? Aku pikir kalian berbicara serius.""Tidak perlu berbicara banyak karena hati kami masih bisa merasakan cinta masing-masing kata Leon.""Ya Tuhan, dia terlalu
"Cintamu yang telah menyelamatkan saya dari maut. Saya yakin kamu masih mencintai saya.""Aku memang masih mencintaimu, tapi aku masih membencimu," jawab Renate berbohong. Padahal ia sudah Tidak membenci Leon lagi, ia hanya belum siap bertemu dengan Leon dalam keadaan seperti ini "Liebe, maafkanlah saya." Leon menangkup wajah polos Jessica, lalu mencium di kening wanita itu.Alexa semakin bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya"Daniel, apa kamu bisa menjelaskan semuanya?" tanya Lenora."Nona Renate adalah Nona Jessica, kekasih Tuan Hans yang pergi karena kesalahan yang Tuan perbuat," jawab Daniel pelan.Setelah mendengar penjelasan dari Daniel, Alexa menghampiri Renate, ia berdiri di depan wanita hamil itu."Renate, aku mohon dengarkan dulu penjelasan Hans. Aku yakin dia tulus mencintaimu dia sudah menceritakan semua tentang dirimu, tapi aku tidak tahu kalau yang dia cintai itu adalah kamu. Tolong maafkan kakakku, dia laki-laki yang baik." Alexa memohon sambil berlinangan a
Leon kembali masuk ke dalam mobil. "Daniel, kita ke rumah yang itu.""Apa Nona Lenora tinggal di rumah itu?" tanya Daniel seakan tak percaya Nona muda keluarga Karl meninggalkan kemewahan demi cintanya dan rela tinggal di rumah sederhana."Ya, dia tinggal di sana."Daniel segera melajukan kembali mobilnya menuju rumah yang ditunjuk oleh tuannya.Tak butuh waktu lama, mobil mewah itu sudah berhenti di depan rumah sederhana, tapi terlihat asri dan sangat nyaman untuk ditinggali.Lenora berjalan cepat menghampiri Leon saat laki-laki itu keluar dari mobilnya."Hans, aku sangat merindukanmu.""Maafkan saya selama beberapa minggu terakhir tidak bisa menghubungimu karena saya mengalami kecelakaan dan koma." Leon memeluk erat adik perempuannya."Maafkan aku, Hans, aku tidak tahu, tentang itu." Lenora melepas pelukannya, lalu meraba wajah kakaknya." Apa kamu baik-baik saja? Wajahmu masih terlihat pucat.""Tuan Hans baru seminggu lalu sadar dari koma, tapi Tuan memaksakan diri untuk pergi ke si
"Tuan, apa Anda yakin ingin pergi ke sana? Tuan masih sangat lemah." Daniel mengkhawatirkan kondisi tuannya yang baru sadar dari koma."Saya akan segera sembuh, Daniel. Besok juga saya keluar dari sini, saya akan meminum obat sebanyak-banyaknya."'Astaga, kalau dia minum obat banyak-banyaknya, apa dia tidak akan cepat mati?' kata Julie dalam hatinya.Seminggu kemudian setelah Leon bangun dari koma. Laki-laki itu sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia memaksakan diri untuk pergi, walaupun badannya belum pulih benar, tapi CEO tampan itu berusaha terlihat baik-baik saja di depan semua orang."Daniel, ayo kita berangkat sekarang." Leon berjalan lebih dulu."Baik, Tuan." Daniel berjalan cepat menyusul tuannya untuk membukakan pintu mobil."Mungkin perjalanan kita membutuhkan banyak waktu, apa Tuan yakin akan pergi?" tanya Daniel lagi setelah membukakan pintu mobil untuk Leon."Kamu sedang mengkhawatirkan atau sedang meremehkan saya, Daniel?" Ucapan Leon benar-benar membuat Daniel me