“Seingatku, iya,” sahut Jessi ragu.
“Itu artinya ada kemungkinan kamu pernah memanggil mereka dengan sebutan itu.”
“Mungkin.” Jessi tertawa sambil menengadahkan wajahnya.
“Saya lebih suka kamu memanggil Leon,” kata sang pengawal setelah mencium kening wanita cantik itu. ‘Karena saya hanya ingin kamu mengenal saya dengan nama Leon, bukan Hans si pecundang,’ lanjutnya dalam hati.
"Baiklah, aku akan selalu memanggilmu, Leon."
"Itu lebih bagus," sahut Leon.
Selesai memijat sang kekasih, Leon mengajak Jessi membilas tubuhnya di pancuran air.
“Leon, kenapa kamu tidak melakukannya? Apa kamu sudah merasa bosan padaku?” tanya Jessi ketika Loen melilitkan haduk di pinggang, sedangkan dirinya masih telanjang.
Wanita itu merasa tersinggung sang kekasih hanya menggodanya saja.
Laki-laki jangkung itu memakaikan handuk kimono pada wanita cantik yang masih tel
“Tentu saja aku akan membencimu. Sampai kapan pun aku akan membenci Hans si pecundang itu.” Jessi menjawabnya tanpa ragu. "Walaupun Hans itu Leon, laki-laki yang kamu cinta?" tanya Leon sekali lagi. Ia mencoba mencari celah untuk memanfaatkan waktu yang tepat untuk mengatakan semua kebohongannya. "Yes. Kebencianku semakin besar setelah tahu kalau dia memplagiat produk Beauty Corporation." Jessi sangat emosi ketika berbicara tentang Hans Ucapan Jessi terdengar sangat menyeramkan bagi pengawal hatinya. Sepertinya kebencian Jessi terhadap CEO baru perusahaan pesaingnya itu sudah mendarah daging. Terlihat ketika membicarakan pimpinan perusahaan itu. Wajahnya memerah karena amarah, napasnya memburu, tidak ada keraguan sama sekali ketika ia mengatakan kalau ia begitu membencinya. “Apa kamu tidak akan memaafkannya seandainya saja dia mempunyai cinta yang tulus untukmu?” “Tulus?” Jessica tertawa terbahak-bahak. “Laki-laki yang sudah meni
Seperti biasa, Leon dan Jessi akan tidur bersama dalam satu ranjang, walaupun mereka tidak bercinta, tapi Jessi merasa sangat nyaman tidur dalam dekapan Leon.Kini Leon disibukkan dengan pekerjaan Jessi, sudah dua minggu lamanya laki-laki itu membantu pekerjaan wanita yang dicintainya.Tanpa mereka ketahui, diam-diam Tuan Jason menyuruh orang untuk memantau Jessi dan Leon. Mendengar laporan yang diterima orang suruhannya, Tuan Jason tersenyum lega karena laki-laki yang dekat dengan anaknya mempunyai kemampuan untuk memimpin perusahaan."Liebe, kamu kenapa?" Leon bertanya kepada wanita yang sedang memijat pelipisnya. "Wajahmu juga terlihat pucat.""Aku hanya sedikit pusing," jawab Jessi sambil menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa. "Tangan kanannya memijat kening di antara alisnya.Leon bangun dan mendekati Jessi. "Kita ke dokter ya!" ajaknya."Tidak perlu, Leon. Aku hanya kelelahan, nanti aku minum vitamin saja," jawab Jessi dengan mata t
“Kenapa dia seperti ini? Tidak biasanya Liebe bermanja-manja di saat pekerjaannya menumpuk?’ tanya Leon dalam hati sambil membelai rambut kekasihnya. Laki-laki itu dengan hati-hati mengambil berkas yang ada di meja yang akan dikerjakan olehnya dan Jessi. Ia memeriksa berkas itu dengan teliti. Sesekali ia melirik kekasihnya, Leon tersenyum sambil mencium kening wanita cantik yang tertidur sambil memeluk dirinya. Jessi tidak pernah bersikap seperti ini sebelumnya jika sedang mempunyai banyak pekerjaan. Untuk pertama kalinya Jessi mengabaikan pekerjaannya. “Liebe pindah ya, nanti punggungmu pegal.” Leon berusaha melepas pelukan kekasihnya, namun wanita itu semakin erat memeluknya. “Leon, jangan tinggalkan aku!” “Saya tidak akan meninggalkanmu, Liebe,” sahut Leon sambil membelai pipi wanita cantik itu. “Kamu pindah ya biar lebih nyaman tidurnya.” “Leon, biarkan aku seperti ini,” gumamnya tanpa membuka mata. Jessi semakin menger
“Bagaimana dengan pekerjaannya, bukannya peluncuran produk hanya tinggal menghitung hari?” Laki-laki dari seberang sana hanya mengkhawatirkan perusahaannya saja. Tidak sekali pun bertanya tentang kesehatan anaknya.“Tuan tidak perlu khawatir. Selama ini Tuan Leon yang membantu pekerjaan Nona. Tuan Leon bekerja dengan baik. Dia terlihat seperti seorang pemimpin, sangat berwibawa ketika sedang memerintah, tapi dia juga tidak pernah bertindak tanpa persetujuan Nona.”“Baiklah. Kabari saya jika ada masalah!”“Baik, Tuan.”Setelah selesai menelepon, Julie mengambil berkas-berkas dan laptopnya.Ia masuk ke dalam ruangan sang CEO tanpa mengetuk pintu karena takut mengganggu istirahat sang nona.Julie dan Loen bekerja dengan serius di ruangan sang CEO. Sudah dua minggu terakhir, ia mengerjakan pekerjaan kekasihnya supaya wanita yang dicintainya tidak terlalu lelah.Sesekali laki-laki
Daniel : Saya sudah tidak mempunyai rekaman video kekasih anda, Boss. Semua video yang anda kirimkan sudah saya hapus.Leon : Baguslah!Laki-laki yang mempunyai rambut sedikit gondrong itu memasukkan ponselnya kembali setelah menghapus pesannya bersama Daniel ketika melihat Jessi berjalan ke arahnya.“Apa kamu sudah memesan makanan untukku?” tanya Jessi kepada laki-laki yang menatapnya tanpa berkedip.“Sudah Nona Jessica Anastasya Moris," jawab Leon dengan sopan.Jessica kembali duduk di samping Leon, lalu memeluk tubuh kekasihnya itu dan membenamkan wajahnya di bawah ketiak sang pengawal.“Liebe, kamu sedang apa?” tanya Leon kepada kekasihnya yang sedang mengendus ketiaknya.“Bau badanmu membuatku terasa segar setelah menciumnya,” jawab Jessi sambil mengendus aroma tubuh Leon. "Aku sangat menyukai aroma tubuhmu. Ini sangat menyegarkan."‘Menyegarkan? Kenapa hari ini dia aneh seka
“Leon kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” Jessi menatap curiga kepada laki-laki yang sedang duduk di hadapannya dengan santai sambil menumpangkan kakinya.“Saya sedang bahagia, Nona cantik,” jawab Leon sambil tersenyum. “Kamu mau makan apa lagi?” tanya Leon meledek kekasihnya, tapi bagi Jessi itu penawaran yang sangat menarik.Jessi tersenyum, lalu bertanya. "Apa kamu serius?"Leon menyilangkan tangannya di depan dada sambil menyondongkan wajahnya. "Apa saya terlihat seperti pembohong?""Kalau seorang pembohong bisa dikenali dari raut wajahnya, tidak akan ada yang menjadi korban penipuan." Jessi mencubit hidung kekasihnya.Ucapan Jessi benar-benar menyentil dirinya. 'Kamu benar, Liebe. Buktinya kamu tidak tahu kalau aku seorang pembohong.'“Ayo kita pulang! Aku ingin makan es krim di rumah sambil duduk santai menonton televisi. Sepertinya sangat menyenangkan.”Leon menegakkan
"Asalkan cintamu tidak palsu. Tidak masalah kalaupun hidungmu palsu," ucap Leon.Jessi melirik Leon dengan sinis. "Cintaku dan hidungku, semuanya asli," ketusnya."Saya percaya." Leon terkekeh sambil merangkul bahu kekasihnya, lalu mencium kening wanita cantik itu dengan mesra.Leon dan Jessi yang sedang dimabuk cinta, tidak peduli dengan pegawainya yang memerhatikan tingkah mereka."Nona dan Tuan Leon begitu mesra." Wanita berambut ikal itu menyatukan tangannya di depan dada sambil menggigit bibirnya. "Melihat mereka, jiwa jomloku meronta-ronta.""Bekerjalah dengan keras. Jika kamu sudah kaya, pasti banyak laki-laki yang ingin menjadi kekasihmu," sahut rekan kerjanya yang berperawakan jangkung itu."Aku menginginkan laki-laki yang tulus mencintaiku bukan karena hartaku," sahut sang wanita."Di zaman sekarang mana ada wanita miskin jatuh cinta kepada laki-laki kaya kalau tidak mengincar hartanya, begitu pun sebaliknya.”&
“Oh ….” Wanita itu tertawa terpaksa saat menyadari ucapannya. “Lupakan ucapanku.""Ya sudah, ayo kita meeting.” Julie berjalan lebih dulu menuju ruang meeting.“Baik, Nona Julie.” Ketiga orang itu mengikuti sekretaris CEO ke ruang meeting.Mereka membicarakan tentang rangkaian acara peluncuran produk baru perusahaan tempatnya bekerja. Ada sedikit perubahan dalam rangkaian acara itu karena kondisi kesehatan sang nona menurun.Satu jam mereka merangkai kembali susunan acara peluncuran produk baru. Dalam acara itu tidak akan terlalu sering melibatkan sang CEO karena kondisi kesehatannya.Leon hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada kekasihnya, mengingat kondisi kesehatan Jessi tiba-tiba menurun, lalu dengan cepat membaik tanpa berobat. Untuk itu ia meminta Julie untuk mengurangi kegiatan sang kekasih saat acara peluncuran produk baru."Baiklah, terima kasih. Semoga acaranya berjalan lancar."