Share

Pertemuan Intim

Penulis: HADAZTA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-21 14:01:22

Alexander Putra datang lagi ke rumah sakit setelah beberapa bulan untuk pemeriksaan lanjutan. Isabella, yang lagi sibuk ngurus berkas-berkas pasien, kaget waktu lihat nama Alexander di daftar pasien hari itu. Ini bakal jadi pertemuan ketiga mereka, setelah sebelumnya ketemu pas pemeriksaan awal dan pertemuan gak sengaja di taman kota.

Isabella campur aduk. Dia ingat betapa dingin dan sombongnya Alexander waktu pertama kali ketemu, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang bikin Isabella penasaran. Tapi pikirannya balik lagi ke Vincent dan semua kekacauan dalam hidupnya.

Pas Isabella masuk ke ruang pemeriksaan, Alexander udah duduk di sana dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mata mereka ketemu, dan sesaat, Isabella merasa ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Alexander.

"Selamat siang, Pak Alexander. Gimana kabarnya?" sapa Isabella sambil memeriksa catatan medisnya.

Alexander cuma mengangguk. "Baik. Terima kasih, Dokter Bella."

Isabella tegak. "Ayo kita mulai pemeriksaannya."

Pemeriksaan berlangsung dalam keheningan yang canggung. Isabella berusaha profesional, tapi dia gak bisa mengabaikan perasaan aneh setiap kali Alexander menatapnya. Setelah pemeriksaan selesai, Alexander tampak ragu sejenak sebelum ngomong.

"Dokter Bella, saya butuh bicara."

Isabella mengangguk, sedikit waspada. "Tentu, Pak Alexander. Ada yang bisa saya bantu?"

Alexander menatap Isabella dengan tajam. "Saya ingin kamu jadi dokter pribadi saya."

Isabella terkejut. "Maaf, Pak Alexander, tapi saya gak bisa terima tawaran itu. Saya punya banyak pasien yang harus saya tangani di sini."

Alexander menyipitkan mata, ekspresinya serius. "Saya gak terbiasa mendengar kata 'tidak'. Apalagi dalam hal ini, saya butuh dokter yang kompeten kayak kamu."

Isabella menahan napas, berusaha menjaga nada suaranya tetap tenang. "Terima kasih atas pujiannya, tapi saya benar-benar gak bisa terima tawaran tersebut."

Alexander berdiri dan mendekati Isabella. "Saya butuh dokter pribadi karena alasan yang sangat penting. Dan saya yakin kamu orang yang tepat."

Isabella merasakan ketegangan dalam udara. "Pak Alexander, saya menghargai permintaan Anda, tapi saya harus menolak."

Alexander tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu. Kita lihat saja nanti." Dia kemudian meninggalkan ruangan, meninggalkan Isabella dalam kebingungan.

Beberapa hari kemudian, Isabella dipanggil oleh Direktur Rumah Sakit. Pas dia masuk ke ruangannya, dia melihat Alexander sedang duduk di sana, ngobrol dengan Direktur.

"Isabella, silakan duduk," kata Direktur dengan ramah. "Kami ada pembicaraan penting."

Isabella duduk dengan gugup, merasakan tatapan Alexander yang gak lepas darinya.

"Alexander telah mengajukan permintaan untuk menjadikan kamu dokter pribadinya," Direktur memulai. "Dan mengingat latar belakang keluarganya dan hubungannya dengan rumah sakit ini, kami memutuskan untuk menerima permintaan tersebut."

Isabella terkejut dan merasa terjebak. "Tapi, Pak Direktur, saya udah bilang ke Pak Alexander bahwa saya gak bisa."

Direktur tersenyum lembut. "Saya mengerti, Isabella. Tapi ini adalah kesempatan besar buat kamu. Keluarga Alexander adalah salah satu donatur terbesar rumah sakit ini. Ini juga bisa jadi langkah maju dalam karier kamu."

Isabella menatap Alexander, yang sekarang tersenyum tipis. "Ini bukan tentang karier, Pak Direktur. Ini tentang prinsip saya."

Alexander kemudian angkat bicara. "Dokter Bella, saya menghargai prinsip kamu. Tapi saya benar-benar butuh dokter yang kompeten. Tolong pertimbangkan lagi."

Isabella merasa dorongan untuk menolak, tapi dia tahu bahwa posisinya gak kuat. "Baiklah, saya akan mempertimbangkannya."

Direktur tersenyum puas. "Terima kasih, Isabella. Saya yakin kamu akan melakukan yang terbaik."

Setelah pertemuan itu, Isabella merasa frustrasi. Alexander jelas punya kekuasaan dan pengaruh yang besar. Namun, dia gak bisa mengabaikan perasaan cemas yang terus menghantui pikirannya.

Hari-hari berikutnya, Alexander mulai memberi perhatian-perhatian kecil kepada Isabella. Dia sering ngirim bunga ke kantornya, dan kadang-kadang ngirim makanan favorit Isabella. Namun, Isabella berusaha untuk gak menghiraukannya, tetap fokus pada pekerjaannya.

Suatu hari, Alexander datang untuk pemeriksaan lanjutan. Kali ini, dia tampak lebih santai dan ramah.

"Gimana kabarnya, Dokter Bella?" sapa Alexander sambil tersenyum.

Isabella mencoba tersenyum balik. "Baik, terima kasih. Ayo kita mulai pemeriksaannya."

Selama pemeriksaan, Alexander mulai cerita tentang keluarganya. "Keluarga saya punya sejarah penyakit jantung. Itu salah satu alasan saya butuh dokter pribadi. Saya mau memastikan bahwa saya tetap sehat untuk ngurus bisnis keluarga."

Isabella mendengarkan dengan seksama, mencoba memahami latar belakang Alexander. "Saya ngerti. Penyakit jantung memang serius. Anda perlu menjaga pola hidup sehat dan rutin melakukan pemeriksaan."

Alexander mengangguk. "Itulah kenapa saya butuh kamu. Saya percaya kamu bisa bantu saya menjaga kesehatan saya."

Setelah pemeriksaan selesai, Isabella merasa sedikit lebih mengerti tentang Alexander. Dia masih merasa ragu, tapi dia mulai melihat sisi lain dari pria itu.

Malam harinya, Isabella duduk di sofa, memandangi surat dari Vincent. Pikirannya bercabang antara masalah pribadinya dan tawaran dari Alexander. Dia tahu bahwa dia harus membuat keputusan yang tepat untuk masa depannya.

Keesokan harinya, Isabella kembali ke rumah sakit dengan tekad baru. Dia menemui Direktur dan Alexander di ruang kantor Direktur.

"Setelah mempertimbangkan semuanya, saya memutuskan untuk menerima tawaran Pak Alexander sebagai dokter pribadinya," kata Isabella dengan tegas.

Alexander tersenyum puas. "Terima kasih, Dokter Bella. Saya tahu kamu akan membuat keputusan yang tepat."

Direktur juga tersenyum. "Saya yakin ini akan jadi awal yang baik untuk kita semua."

Dengan keputusan itu, Isabella tahu bahwa hidupnya akan berubah. Dia harus belajar navigasi hubungan profesional yang rumit dengan Alexander, sambil tetap fokus pada pekerjaannya dan menyembuhkan lukanya dari pernikahan yang hancur.

Hari-hari berikutnya, Isabella mulai kerja lebih dekat dengan Alexander. Meski dia berusaha menjaga jarak, Alexander terus menunjukkan perhatian kecil yang bikin Isabella merasa campur aduk. Terkadang, dia merasa terbantu dengan perhatian itu, tapi di sisi lain, dia merasa bingung dengan perasaannya sendiri.

Suatu sore, setelah menjalani hari yang panjang di rumah sakit, Isabella menemukan Alexander menunggunya di lobi.

"Dokter Bella, apakah kamu punya waktu sebentar?" tanya Alexander dengan nada sopan.

Isabella mengangguk, meski dalam hati merasa lelah. "Apa yang bisa saya bantu, Pak Alexander?"

Alexander tersenyum. "Saya cuma mau ajak kamu makan malam. Anggap saja sebagai ucapan terima kasih atas kerja keras kamu."

Isabella merasa ragu, tapi dia tahu menolak akan sulit. "Baiklah, tapi cuma sebentar. Saya masih harus pulang."

Mereka pergi ke sebuah restoran dekat rumah sakit. Selama makan malam, Alexander mulai lebih terbuka tentang hidupnya.

"Dokter Bella, kamu mungkin tahu saya datang dari keluarga kaya. Tapi kekayaan itu datang dengan banyak tekanan dan harapan. Saya harus menjaga kesehatan saya agar bisa meneruskan bisnis keluarga," kata Alexander dengan nada serius.

Isabella mendengarkan dengan empati. "Saya ngerti. Setiap orang punya beban masing-masing. Saya cuma mau bantu kamu dengan cara terbaik yang saya bisa."

Alexander menatap Isabella dengan tatapan lembut. "Dan itu yang bikin kamu beda. Kamu benar-benar peduli. Itu jarang saya temukan."

Isabella merasa hatinya melembut sedikit. "Terima kasih, Pak Alexander. Saya cuma melakukan tugas saya."

Malam itu, setelah mereka berpisah, Isabella merasa sedikit lebih dekat dengan Alexander. Meskipun masih ada kebingungan dalam perasaannya, dia mulai melihat sisi lain dari pria itu yang sebelumnya tersembunyi di balik sikap dinginnya.

Hari-hari berikutnya, Isabella dan Alexander terus bekerja bersama. Alexander semakin sering menunjukkan perhatian, mulai dari mengingatkan Isabella untuk beristirahat hingga ngirim makanan sehat ke kantornya. Isabella berusaha tetap profesional, meskipun dalam hatinya mulai muncul perasaan yang sulit dijelaskan.

Suatu hari, Isabella menemukan dirinya duduk di taman rumah sakit, merenung tentang hidupnya. Dia merasa terjebak antara masa lalu yang penuh luka dan masa depan yang gak pasti dengan Alexander. Namun, dia tahu bahwa dia harus menghadapi kenyataan dengan kepala tegak.

Tiba-tiba, Alexander muncul dan duduk di sebelahnya. "Dokter Bella, apakah kamu baik-baik saja?"

Isabella tersenyum lemah. "Cuma merenung, Pak Alexander. Banyak hal yang terjadi dalam hidup saya belakangan ini."

Alexander mengangguk, menatap jauh ke depan. "Saya ngerti. Terkadang hidup memang penuh dengan kejutan yang gak kita harapkan."

Isabella merasa ada koneksi yang mendalam dalam kata-kata Alexander. "Terima kasih udah mendengarkan, Pak Alexander. Saya benar-benar menghargai itu."

Alexander menoleh dan menatap Isabella dengan tatapan penuh pengertian. "Dokter Bella, kamu adalah orang yang kuat. Saya yakin kamu bisa melewati semua ini."

Isabella merasakan perasaan hangat di hatinya. "Terima kasih, Pak Alexander. Saya akan berusaha."

Dengan dukungan Alexander dan tekad yang baru, Isabella tahu bahwa dia bisa menghadapi apapun yang datang dalam hidupnya. Dia memutuskan untuk terus maju, menjaga profesionalitasnya sebagai dokter, dan mencari kebahagiaan yang layak dia dapatkan.

Hari-hari berikutnya, Isabella dan Alexander semakin dekat. Meskipun masih ada rintangan yang harus mereka hadapi, mereka mulai menemukan ritme dalam hubungan profesional mereka. Isabella belajar menerima perhatian Alexander tanpa merasa terbebani, sementara Alexander belajar untuk lebih terbuka dan menghargai perasaan Isabella.

Meskipun perjalanan mereka masih panjang, Isabella merasa bahwa dia telah menemukan teman dalam diri Alexander. Seorang teman yang siap mendukungnya, meskipun hubungan mereka masih rumit dan penuh tantangan. Dan dengan setiap langkah yang mereka ambil bersama, Isabella merasa sedikit lebih kuat, siap menghadapi apapun yang datang dalam hidupnya.

Bab terkait

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Ketertarikan Awal

    Setelah beberapa hari berlalu sejak pertemuan di kantor Direktur, Isabella masih merasa canggung setiap kali berhadapan dengan Alexander. Meski dia udah setuju jadi dokter pribadinya, Isabella tetap bersikap dingin. Dia gak mau terjebak dalam perasaan yang membingungkan.Sore itu, Isabella baru selesai shift panjangnya. Dia merasa lelah dan pengen cepat-cepat pulang. Tapi saat keluar dari rumah sakit, dia lihat Alexander nungguin di depan lobi."Dokter Bella," sapa Alexander sambil senyum. "Bisa makan malam bareng?"Isabella menghela napas. "Pak Alexander, saya capek banget. Mungkin lain kali, ya?"Alexander tetap tersenyum. "Gak apa-apa. Saya cuma mau ngajak kamu makan sebagai ucapan terima kasih."Isabella akhirnya mengangguk. "Oke, tapi sebentar aja."Mereka pergi ke restoran favorit Alexander, tempat yang cozy dan gak terlalu ramai. Sepanjang makan malam, Alexander cerita tentang kesibukannya sebagai CEO muda."Saya sering jadi motivator buat anak muda," kata Alexander. "Banyak ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Konflik Batin

    Isabella duduk di meja kerjanya, menatap kosong ke arah tumpukan berkas pasien yang harus diselesaikan. Pikiran dan hatinya terbelah antara pernikahannya yang bermasalah dan ketertarikannya pada Alexander. Setiap kali dia mencoba fokus pada pekerjaannya, bayangan Vincent dan Alexander terus-menerus muncul, membuatnya bingung.Hari itu, Isabella baru saja selesai memeriksa pasien terakhirnya. Saat dia keluar dari ruang periksa, dia melihat Alexander berdiri di lorong dengan senyuman hangat. Jantungnya langsung berdebar kencang."Dokter Bella, kamu sudah selesai? Mau makan siang bareng?" tawar Alexander dengan nada penuh harap.Isabella merasa canggung, tapi akhirnya mengangguk. "Oke, tapi cuma sebentar. Saya masih banyak pekerjaan."Mereka berjalan menuju kafe kecil di dekat rumah sakit. Selama makan siang, Alexander bercerita tentang keluarganya, tentang tanggung jawab besar yang dia emban sebagai CEO muda. Isabella mendengarkan dengan seksama, berusaha memahami beban yang Alexander p

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā PERTEMUAN PERTAMA

    Alexander Putra berdiri di tepi jendela kantornya, memandangi hiruk-pikuk kota Jakarta di bawahnya. Gedung-gedung pencakar langit tampak seperti raksasa yang tak pernah tidur, selalu bergerak dan berdenyut. Hari ini adalah hari yang besar bagi Orion Innovations, perusahaan teknologi yang dipimpinnya sejak usianya baru menginjak 28 tahun. Sebagai CEO termuda dalam sejarah perusahaan, Alexander membawa beban ekspektasi yang berat dari keluarga dan dewan direksi.Kantor Alexander mencerminkan kesuksesan dan ambisi. Ruangan luas dengan jendela dari lantai hingga langit-langit, dan dinding penuh penghargaan dan sertifikat. Namun, di balik semua kemewahan itu, ada seorang pemuda yang selalu merasakan tekanan besar dari keluarga yang menuntut kesempurnaan.Ayahnya, Jonathan Putra, pendiri Orion Innovations, selalu menginginkan yang terbaik dari putranya. "Kamu harus lebih baik dari ayah, Alex. Dunia ini tidak memberi ruang bagi yang lemah," katanya, nada suaranya tegas. Alexander mengangguk,

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Dokter yang Hebat

    Dr. Isabella Saraswati sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari yang penting, penuh dengan operasi dan pasien yang membutuhkan perhatiannya. Dia mengenakan jas putih kebanggaannya, mengambil stetoskop, dan melihat bayangan dirinya di cermin. Di balik senyumnya yang tenang, ada beban berat yang terus menghantui pikirannya.Isabella tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, seorang guru sekolah dasar, selalu mengajarkan nilai-nilai kerja keras dan integritas. Ibunya, seorang ibu rumah tangga, selalu mendukung setiap langkahnya. Isabella adalah anak tunggal, dan sejak kecil, dia sudah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa. Cita-citanya untuk menjadi dokter bukan hanya karena ingin membantu orang lain, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada orang tuanya yang selalu berjuang demi masa depan yang lebih baik.Namun, kehidupan rumah tangga Isabella tidak seindah kariernya. Vincent Arya, suaminya, dulunya adalah pria yang penuh perhatian dan sayang

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Masalah Rumah Tangga Dokter Isabella

    Vincent Arya sudah di rumah ketika Isabella pulang dari rumah sakit. Suasana di rumah terasa tegang. Isabella meletakkan tasnya di meja dan mendekati ruang tamu di mana Vincent duduk dengan wajah kusut, memegang segelas whine. Suara televisii dari ruang tamu hanya menambah suasana canggung di antara mereka."Vincent, kita perlu ngomong," kata Isabella sambil menatap suaminya dengan serius.Vincent mengangkat bahunya dengan malas. "Ngomong apaan lagi, Bella? Aku udah capek.""Jangan gitu dong, Vincent. Aku udah ngeliat kamu makin aneh belakangan ini. Kita harus selesain masalah kita, bukan malah ngindarin," jawab Isabella, mencoba menahan emosinya.Vincent menghembuskan napas panjang, tampak semakin kesal. "Masalah kita? Bella, kalau kamu terus-terusan nyalahin aku, kita gak bakal kemana-mana."Isabella berusaha tetap tenang. "Aku gak nyalahin kamu, Vincent. Tapi kamu harus ngakuin kalau kamu juga punya bagian dalam masalah ini. Kamu sering pulang larut malam, komunikasi kita hancur."

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-21

Bab terbaru

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Konflik Batin

    Isabella duduk di meja kerjanya, menatap kosong ke arah tumpukan berkas pasien yang harus diselesaikan. Pikiran dan hatinya terbelah antara pernikahannya yang bermasalah dan ketertarikannya pada Alexander. Setiap kali dia mencoba fokus pada pekerjaannya, bayangan Vincent dan Alexander terus-menerus muncul, membuatnya bingung.Hari itu, Isabella baru saja selesai memeriksa pasien terakhirnya. Saat dia keluar dari ruang periksa, dia melihat Alexander berdiri di lorong dengan senyuman hangat. Jantungnya langsung berdebar kencang."Dokter Bella, kamu sudah selesai? Mau makan siang bareng?" tawar Alexander dengan nada penuh harap.Isabella merasa canggung, tapi akhirnya mengangguk. "Oke, tapi cuma sebentar. Saya masih banyak pekerjaan."Mereka berjalan menuju kafe kecil di dekat rumah sakit. Selama makan siang, Alexander bercerita tentang keluarganya, tentang tanggung jawab besar yang dia emban sebagai CEO muda. Isabella mendengarkan dengan seksama, berusaha memahami beban yang Alexander p

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Ketertarikan Awal

    Setelah beberapa hari berlalu sejak pertemuan di kantor Direktur, Isabella masih merasa canggung setiap kali berhadapan dengan Alexander. Meski dia udah setuju jadi dokter pribadinya, Isabella tetap bersikap dingin. Dia gak mau terjebak dalam perasaan yang membingungkan.Sore itu, Isabella baru selesai shift panjangnya. Dia merasa lelah dan pengen cepat-cepat pulang. Tapi saat keluar dari rumah sakit, dia lihat Alexander nungguin di depan lobi."Dokter Bella," sapa Alexander sambil senyum. "Bisa makan malam bareng?"Isabella menghela napas. "Pak Alexander, saya capek banget. Mungkin lain kali, ya?"Alexander tetap tersenyum. "Gak apa-apa. Saya cuma mau ngajak kamu makan sebagai ucapan terima kasih."Isabella akhirnya mengangguk. "Oke, tapi sebentar aja."Mereka pergi ke restoran favorit Alexander, tempat yang cozy dan gak terlalu ramai. Sepanjang makan malam, Alexander cerita tentang kesibukannya sebagai CEO muda."Saya sering jadi motivator buat anak muda," kata Alexander. "Banyak ya

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Pertemuan Intim

    Alexander Putra datang lagi ke rumah sakit setelah beberapa bulan untuk pemeriksaan lanjutan. Isabella, yang lagi sibuk ngurus berkas-berkas pasien, kaget waktu lihat nama Alexander di daftar pasien hari itu. Ini bakal jadi pertemuan ketiga mereka, setelah sebelumnya ketemu pas pemeriksaan awal dan pertemuan gak sengaja di taman kota.Isabella campur aduk. Dia ingat betapa dingin dan sombongnya Alexander waktu pertama kali ketemu, tapi ada sesuatu dalam tatapannya yang bikin Isabella penasaran. Tapi pikirannya balik lagi ke Vincent dan semua kekacauan dalam hidupnya.Pas Isabella masuk ke ruang pemeriksaan, Alexander udah duduk di sana dengan ekspresi yang sulit ditebak. Mata mereka ketemu, dan sesaat, Isabella merasa ada sesuatu yang berbeda dalam tatapan Alexander."Selamat siang, Pak Alexander. Gimana kabarnya?" sapa Isabella sambil memeriksa catatan medisnya.Alexander cuma mengangguk. "Baik. Terima kasih, Dokter Bella."Isabella tegak. "Ayo kita mulai pemeriksaannya."Pemeriksaan

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Masalah Rumah Tangga Dokter Isabella

    Vincent Arya sudah di rumah ketika Isabella pulang dari rumah sakit. Suasana di rumah terasa tegang. Isabella meletakkan tasnya di meja dan mendekati ruang tamu di mana Vincent duduk dengan wajah kusut, memegang segelas whine. Suara televisii dari ruang tamu hanya menambah suasana canggung di antara mereka."Vincent, kita perlu ngomong," kata Isabella sambil menatap suaminya dengan serius.Vincent mengangkat bahunya dengan malas. "Ngomong apaan lagi, Bella? Aku udah capek.""Jangan gitu dong, Vincent. Aku udah ngeliat kamu makin aneh belakangan ini. Kita harus selesain masalah kita, bukan malah ngindarin," jawab Isabella, mencoba menahan emosinya.Vincent menghembuskan napas panjang, tampak semakin kesal. "Masalah kita? Bella, kalau kamu terus-terusan nyalahin aku, kita gak bakal kemana-mana."Isabella berusaha tetap tenang. "Aku gak nyalahin kamu, Vincent. Tapi kamu harus ngakuin kalau kamu juga punya bagian dalam masalah ini. Kamu sering pulang larut malam, komunikasi kita hancur."

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā Dokter yang Hebat

    Dr. Isabella Saraswati sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari yang penting, penuh dengan operasi dan pasien yang membutuhkan perhatiannya. Dia mengenakan jas putih kebanggaannya, mengambil stetoskop, dan melihat bayangan dirinya di cermin. Di balik senyumnya yang tenang, ada beban berat yang terus menghantui pikirannya.Isabella tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, seorang guru sekolah dasar, selalu mengajarkan nilai-nilai kerja keras dan integritas. Ibunya, seorang ibu rumah tangga, selalu mendukung setiap langkahnya. Isabella adalah anak tunggal, dan sejak kecil, dia sudah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa. Cita-citanya untuk menjadi dokter bukan hanya karena ingin membantu orang lain, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada orang tuanya yang selalu berjuang demi masa depan yang lebih baik.Namun, kehidupan rumah tangga Isabella tidak seindah kariernya. Vincent Arya, suaminya, dulunya adalah pria yang penuh perhatian dan sayang

  • SKANDAL ANTARA CEO & DOKTERĀ Ā Ā PERTEMUAN PERTAMA

    Alexander Putra berdiri di tepi jendela kantornya, memandangi hiruk-pikuk kota Jakarta di bawahnya. Gedung-gedung pencakar langit tampak seperti raksasa yang tak pernah tidur, selalu bergerak dan berdenyut. Hari ini adalah hari yang besar bagi Orion Innovations, perusahaan teknologi yang dipimpinnya sejak usianya baru menginjak 28 tahun. Sebagai CEO termuda dalam sejarah perusahaan, Alexander membawa beban ekspektasi yang berat dari keluarga dan dewan direksi.Kantor Alexander mencerminkan kesuksesan dan ambisi. Ruangan luas dengan jendela dari lantai hingga langit-langit, dan dinding penuh penghargaan dan sertifikat. Namun, di balik semua kemewahan itu, ada seorang pemuda yang selalu merasakan tekanan besar dari keluarga yang menuntut kesempurnaan.Ayahnya, Jonathan Putra, pendiri Orion Innovations, selalu menginginkan yang terbaik dari putranya. "Kamu harus lebih baik dari ayah, Alex. Dunia ini tidak memberi ruang bagi yang lemah," katanya, nada suaranya tegas. Alexander mengangguk,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status