Share

Dokter yang Hebat

Dr. Isabella Saraswati sedang bersiap-siap untuk berangkat kerja. Hari ini adalah hari yang penting, penuh dengan operasi dan pasien yang membutuhkan perhatiannya. Dia mengenakan jas putih kebanggaannya, mengambil stetoskop, dan melihat bayangan dirinya di cermin. Di balik senyumnya yang tenang, ada beban berat yang terus menghantui pikirannya.

Isabella tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, seorang guru sekolah dasar, selalu mengajarkan nilai-nilai kerja keras dan integritas. Ibunya, seorang ibu rumah tangga, selalu mendukung setiap langkahnya. Isabella adalah anak tunggal, dan sejak kecil, dia sudah menunjukkan kecerdasan dan ketekunan yang luar biasa. Cita-citanya untuk menjadi dokter bukan hanya karena ingin membantu orang lain, tetapi juga sebagai bentuk penghormatan kepada orang tuanya yang selalu berjuang demi masa depan yang lebih baik.

Namun, kehidupan rumah tangga Isabella tidak seindah kariernya. Vincent Arya, suaminya, dulunya adalah pria yang penuh perhatian dan sayang. Mereka bertemu saat kuliah, dan cinta mereka berkembang pesat. Namun, setelah beberapa tahun pernikahan, Vincent berubah. Pekerjaannya sebagai eksekutif di sebuah perusahaan besar membuatnya sering pulang larut malam, dan pertengkaran mulai menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari mereka.

Suara pintu depan yang tertutup dengan keras membuyarkan lamunan Isabella. Vincent baru saja pulang, wajahnya tampak letih dan penuh dengan ketegangan. "Isabella, kita harus bicara," katanya dengan nada yang tidak biasa.

"Vincent, aku harus ke rumah sakit. kenapa ?" tanya Isabella dengan khawatir.

Vincent menghela napas panjang. "Kita ga bisa terus seperti ini."

Isabella menatap Vincent, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya dia rasakan. "Aku juga merasa tertekan, Vincent. Tapi kita harus memperbaikinya."

Vincent memalingkan wajahnya. "Kadang aku berpikir kita sudah tidak cocok lagi. Aku butuh waktu sendiri."

Kata-kata Vincent menusuk hati Isabella. "Vincent, kamu selingkuh ?" tanya Isabella dengan nada yang lebih pelan.

Vincent tidak menjawab, hanya berdiri dan meninggalkan ruangan. Isabella merasa hatinya hancur, tetapi dia tahu bahwa dia tidak bisa membiarkan masalah ini mengganggu pekerjaannya. Dia harus tetap profesional dan fokus pada pasien-pasiennya.

Di rumah sakit, Isabella adalah sosok yang dihormati. Rekan-rekan kerjanya selalu memujinya karena dedikasinya yang tinggi dan kemampuannya dalam menangani kasus-kasus sulit. Hari ini, dia memiliki beberapa operasi yang sudah dijadwalkan, termasuk operasi jantung yang kompleks pada seorang pasien muda.

"Dokter Isabella, pasien sudah siap," kata seorang perawat saat Isabella tiba di ruang operasi.

"Baik, mari kita mulai," jawab Isabella dengan suara yang mantap. Dia mengenakan sarung tangan dan masker, memeriksa sekali lagi alat yang akan digunakan. Saat operasi dimulai, Isabella menunjukkan keahliannya yang luar biasa. Tangannya bergerak dengan presisi, setiap tindakan diambil dengan penuh perhitungan. Operasi berlangsung lancar, dan Isabella merasa sedikit lega setelah semuanya selesai.

Setelah operasi, Isabella kembali ke ruangannya. Dia membuka laptop dan melihat jadwalnya untuk hari itu. Pikirannya kembali ke rumah, ke Vincent, dan semua masalah yang mereka hadapi. Di saat-saat seperti ini, Isabella merasakan kekosongan yang mendalam, meskipun dia dikelilingi oleh begitu banyak orang di rumah sakit.

Ponselnya berdering, dan Isabella melihat nama sahabatnya, Maya, di layar. "Halo, Maya," sapa Isabella dengan suara lelah.

"Halo, Bella. Kamu baik-baik saja? Suaramu terdengar lelah," tanya Maya dengan nada khawatir.

"Aku baik-baik saja, cuan kecapean sedikit," jawab Isabella.

"Apakah Vincent sudah kembali?" tanya Maya dengan hati-hati.

"Ya, tapi kami ga sempat ngobrol banyak." jawab Isabella dengan sedih.

"Isabella, kamu harus kuat. Apapun yang terjadi, ingat bahwa kamu tidak sendirian. Aku selalu ada untukmu," kata Maya dengan penuh kasih.

"Terima kasih, Maya. Kamu memang sahabat terbaikku," jawab Isabella dengan suara yang lebih tenang.

Setelah menutup telepon, Isabella merasa sedikit lebih baik. Namun, dia tahu bahwa masalah dengan Vincent tidak akan mudah diselesaikan. Dia harus mencari cara untuk menghadapi semua ini tanpa mengorbankan pekerjaannya dan pasien-pasien yang membutuhkannya.

Malam itu, saat Isabella pulang ke rumah, dia menemukan Vincent duduk di ruang tamu, memegang segelas anggur. "Vincent, kita perlu bicara," kata Isabella dengan suara tegas.

Vincent menatap Isabella dengan mata yang lelah. "Kenapa lagi?"

"Aku tahu hubungan kita lagi ga baik baik aja. Kita harus banyak ngobrol vincent," kata Isabella dengan nada serius.

Vincent menghela napas. "Buat apa ?, Aku merasa kita sudah terlalu jauh. Setiap hari kita hanya bertengkar, dan aku merasa tidak ada lagi yang bisa kita lakukan."

"Vincent, aku tahu ini sulit, tapi kita harus mencoba. Aku masih mencintaimu, dan aku ingin kita memperbaiki semuanya," kata Isabella dengan mata yang berkaca-kaca.

Vincent terdiam sejenak. "Aku juga mencintaimu, Bella. Tapi aku tidak tahu apakah cinta itu masih cukup untuk mengatasi semua masalah kita."

Isabella merasa hatinya hancur. "Vincent, kita harus mencoba. Jika kita menyerah sekarang, kita akan menyesal selamanya."

Vincent menatap Isabella, dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, dia melihat rasa sakit yang mendalam di mata istrinya. "Baiklah, Bella. Aku akan mencoba."

Isabella merasakan secercah harapan. "Terima kasih, Vincent."

Malam itu, mereka berbicara lebih lama, mencoba mencari jalan keluar untuk semua masalah mereka. Meskipun tidak semuanya bisa diselesaikan dalam satu malam, Isabella merasa ada harapan baru. Dia tahu bahwa perjalanannya masih panjang, tetapi dia siap untuk menghadapi semua tantangan bersama Vincent.

Hari-hari berikutnya, Isabella berusaha keras untuk menyeimbangkan pekerjaannya dan kehidupannya di rumah. Setiap pagi, dia berangkat ke rumah sakit dengan semangat baru, bertekad untuk memberikan yang terbaik bagi pasien-pasiennya. Di rumah, dia mencoba untuk lebih memahami Vincent dan mencari cara untuk memperbaiki hubungan mereka.

Di rumah sakit, Isabella bertemu dengan pasien-pasien yang berbeda setiap hari. Salah satu pasiennya, seorang pria muda bernama Rudi, memberikan inspirasi baru bagi Isabella. Rudi adalah seorang seniman yang menderita penyakit jantung dan membutuhkan operasi segera. Namun, meskipun kondisinya serius, Rudi selalu menunjukkan semangat hidup yang tinggi dan optimisme yang luar biasa.

"Dokter Isabella, apakah saya bisa sembuh?" tanya Rudi dengan senyum lebar.

"Kami akan melakukan yang terbaik, Rudi. Kamu harus tetap kuat dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja," jawab Isabella dengan senyum.

Rudi mengangguk. "Saya percaya pada Anda, Dok."

Kata-kata Rudi memberikan semangat baru bagi Isabella. Dia merasa bahwa pekerjaannya sebagai dokter memberikan makna yang mendalam dalam hidupnya. Setiap kali dia melihat senyum di wajah pasiennya, dia merasa bahwa semua perjuangan dan pengorbanan yang dia lakukan tidak sia-sia.

Di rumah, hubungan Isabella dan Vincent perlahan mulai membaik. Mereka berusaha untuk lebih memahami satu sama lain dan mengatasi masalah-masalah mereka dengan kepala dingin. Meskipun masih ada pertengkaran kecil, mereka berdua berusaha untuk tetap berkomunikasi dan mencari solusi bersama.

Suatu malam, saat Isabella sedang bersiap-siap untuk tidur, Vincent mendekatinya. "Bella, aku tahu ini tidak mudah, tapi aku ingin kita berhasil. Aku ingin kita menemukan kembali cinta kita yang dulu."

Isabella menatap Vincent dengan mata yang penuh harapan. "Aku juga, Vincent. Aku ingin kita bahagia lagi."

Mereka berdua berpelukan, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang sudah lama hilang. Vincent mencium bibir bella dengan penuh kenyamanan, dibalas bella yang pasrah, dengan tangan vincent yang sudah mulai meraba dari atas ke bawah, bella mpun hanya diam dan pasrah. Tiba-tiba hp vincent berbunyi, terpapar nama perempuan dilayar vincent dan bella sempat membacanya. “ Itu siapa ?, diangkat dulu “ tanya bella dengan wajah muram, “ Oh oke, aku angkat dulu, temen kantor ini “ Jawab Vincent sambil mengambil telponnya. “ Aku mau keluar dulu, ada urusan kantor mendadak ini “ bilang Vincent ke bella sambil keluar ke kamar sambil mengambil jaketnya. Bella pun merasa ada yang aneh dengan tinggkah vincent, tetapi dia tidak menghiraukannya, karena dia masih terbayang-bayang dengan ciuman tadi. Isabella tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, tetapi dia yakin bahwa dengan usaha dan cinta, mereka bisa melewati semua rintangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status