Lili, dengan wajah pucat dan mata berkaca-kaca, berjalan gontai menuju Edward. Sontak membuat suasana di depan sekolah teasa hening, semua mata tertuju pada wanita cantik itu.Lili sendiri merasa sedang berjalan di atas pecahan kaca, setiap langkahnya penuh dengan penyesalan dan rasa bersalah. Dia sangat takut kalau Edward akan memperpanjang masalah ini."Ed, tolong maafkanku, semua ini .....” Suaranya hampir tidak terdengar, teredam oleh ketegangan di hatinya.“Kamu tidak perlu minta maaf,” sela Edward dengan tatapan tenang, namun ada sesuatu di balik suaranya yang membuat Lili merinding.Lili pun tersadar, segera berbalik lagi dengan cepat. Gelagatnya lagi-lagi membuat heran orang-orang yang melihat. “Dasar bajingan! Semua ini pasti ulah kalian,” teriaknya sambil menatap Wiliam dan Alvin dengan intensitas tinggi, seolah mereka sedang ditatap oleh iblis.“Aku beri waktu lima detik untuk meminta maaf pada Edward. Lakukan dengan benar, atau aku akan menghabisi kalian sekarang,” titahny
Di dalam ruangan kepala sekolah.“Jadi, apa yang akan kita bicarakan di sini, Ed?” tanya Lili, begitu mendaratkan pantatnya di sofa yang empuk, menatap ke sekitar dengan ekspresi penasaran. Dia baru menyadari bahwa ruangan itu sudah dipenuhi oleh beberapa orang penting; kepala sekolah, guru BK, Chelsea, Eliza dan Steve.Edward, dengan tenang, duduk di kursi kosong yang tersisa, melirik kepala sekolah sekilas sebelum berbicara, “Ini masih ada hubungannya dengan orang tua Alvin. Dia seharusnya sudah menjalin banyak kerja sama dengan kepala sekolah, terutama dalam menggelapkan dana perusahaan,” ungkapnya dengan nada serius.“APA?!” pekik Lili, tatapannya berubah tajam dalam sekejap. Dia memperhatikan pria paruh baya dengan kepala botak itu, mencoba mencari tanda-tanda kebohongan di wajahnya.“Uh ....” Kepala sekolah tampak terkejut, menghela nafas berat. Rasa takut mulai merasuki hatinya, membuatnya terlihat semakin pucat.“Akui saja semuanya, Pak. Jangan sampai Nona Lili menyeretmu ke r
“Cukup sampai di sini, terima kasih atas tumpangannya,” ucap Edward, suaranya lembut namun tegas, sebelum turun dari mobil mewah berwarna hitam milik Lili. “Tidak akan sampai rumah?” tanya Lili, matanya memancarkan keheranan yang tak tersembunyi. “Tidak perlu, aku masih punya urusan lain,” jawab Edward sambil meraba gagang pintu mobil. Dia berniat menemui orang tuanya dan Lena yang kini sedang berada di sebuah showroom mobil mewah di pusat kota Soul. Lili segera mencegahnya, “Sebentar, Ed. Aku masih ada perlu,” ujarnya, matanya berbinar dengan semangat yang tak bisa ditahan. Edward pun berhenti sejenak, menatap Lili dengan heran, “Apa kamu masih ingin membahas bisnis obat kecantikan itu?” terkanya, mencoba membaca ekspresi Lili. Lili mengangguk, “Benar, Ed. Aku dan teman-temanku sudah memutuskan untuk membantumu. Kami bahkan tidak keberatan jika harus jadi team promosi,” jelasnya dengan semangat. “Team promosi ya?” Edward mengulang, pikirannya berputar cepat. 'Aku memang butuh wan
Andreas jatuh terhempas, tak berdaya setelah menerima hantaman brutal dari Edward. Wajahnya berlumuran darah, raut wajahnya mencerminkan kebingungan dan rasa takut yang mendalam. “Ka-Kau... berani sekali menyerangku. Apa kau lupa siapa ...” Ucapannya terpotong, kesadarannya meredup seiring berjalan waktu.Edward menatap Andreas dengan pandangan tajam, ekspresi wajah beku tak berubah. “Aku tak akan pernah melupakan sosok penjahat sepertimu, Andreas. Terlebih, kau sudah terlalu banyak menyakiti keluargaku. Jangan berharap aku akan tetap diam seperti dulu, dan membiarkanmu berlaku seenaknya,” ucapnya dengan nada tegas.Orang-orang di sekitar terpaku, tak mampu mempercayai apa yang baru saja mereka saksikan. Siapa sangka di balik penampilan Edward yang tampak sempurna, tersembunyi kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, bahkan begitu dominan seakan-akan seorang raja.“Kamu ...” Edward tiba-tiba memalingkan pandangannya ke seorang pelayan wanita di showroom itu. “Panggil pemilik tempat ini
Di luar, asap hitam tebal semakin membelenggu langit, suara sirine mobil pemadam kebakaran pun saling bersahutan dan semakin dekat.Orang-orang di dalam showroom langsung tertarik dengan kejadian tersebut, mereka buru-buru pergi keluar untuk memuaskan rasa penasaran.Benar, ada kebakaran hebat yang terjadi tak jauh dari showroom mobil tersebut, bentuk banguannya tampak seperti gudang atau sejenisnya.Edward merasa ada yang tidak beres saat melihat tempat itu. Entah kenapa, hatinya langsung resah begitu menemukan melihat logo perusahaan keluarga Rose di sana."Tempat apa itu? Kau tahu sesuatu?" tanya Edward pada pemilik showroom."Kalau tidak salah, tempat itu gudang yang selalu digunakan keluarga Rose untuk menyimpan bahan-bahan pembuatan parfum," jawab pemilik showroom.“Keluarga Roses?!” seru Edward terkejut, seketika teringat pada Helena. Firasat buruk pun semakin terasa kentara di dalam hatinya."Biarkan aku masuk! Nona Helena masih di dalam sana!"“Jangan halangi aku! Aku tak bis
Tidak lama setelahnya.Di sebuah restoran keluarga yang terletak tak jauh dari showroom mobil dan lokasi kebakaran.Edward, Helena, Lena, dan orang tua Edward memutuskan untuk mampir sejenak. Mereka ingin mengganjal perut yang sudah berteriak lapar sejak tadi.Namun, suasana di meja makan mereka terasa begitu menegangkan. Helena dan Lena tampak sedang beradu pandang, saling bersaing untuk mendapatkan perhatian Edward.Hal ini membuat Gerald dan Hilda merasa tercengang, mereka benar-benar tak mengerti, kenapa putra mereka bisa merajut hubungan dengan dua wanita sekaligus? Apalagi, salah satunya seorang CEO dari perusahaan besar.“Pa, aku tidak sedang berhalusinasi, ‘kan? Putra kita benar-benar punya dua kekasih, ‘kan?” gumam Hilda, berbisik pada Gerald di sebelahnya.Gerald tampak masih terperangah dengan situasi yang terjadi, otaknya terlalu lambat untuk merespon pertanyaan istrinya.“Pa, kamu mendengarnya tidak?” Hilda mencubit perut Gerald saat tidak mendapat respons apa pun.“I-Iya
“Aku mau ke toilet sebentar,” ucap Edward dengan tergesa-gesa, meraih ponselnya dan beranjak dari meja makan. Kepergiannya yang mendadak membuat orang-orang itu bingung.“Tunggu sebentar, Ed. Bukankah kamu perlu menjelaskan sesuatu?” Gerald menahan Edward, tangannya menekan pundaknya.“Aku akan menjelaskan nanti, sekarang aku benar-benar perlu ke toilet. Saya sudah tidak bisa menahannya lagi,” ujar Edward, wajahnya memucat, berusaha meyakinkan Gerald bahwa dia benar-benar perlu pergi.Gerald menghela nafas, melepaskan pegangannya, “Baiklah, tapi kamu harus berjanji akan menjelaskan semuanya nanti. Jangan coba-coba menghindari masalah ini,” tegasnya.Edward hanya mengangguk, kemudian berlari menuju toilet. Dia tahu dia tidak bisa mengabaikan pesan dari administrator, terlebih pesan itu berkaitan dengan peringatan sebelumnya.Begitu sampai di toilet, Edward segera membuka aplikasi sistem harem untuk berkomunikasi dengan Irene dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Dia berharap pesa
Waktu berlalu dengan cepat, kini pukul tujuh malam.Di parkiran rumah susun Kota Noxus.Edward tiba lebih awal setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dari kampung halamannya. Dia harus berangkat ke ibukota esok hari, sehingga waktunya di tempat orang tuanya sangat terbatas.Edward juga memiliki rencana untuk mencari Helena di ibukota. Airi memberinya kabar ini sebelumnya, bahwa Helena sudah melakukan perjalan ke ibukota sejak tadi siang.Sedangkan untuk urusan kuliah, Edward telah meminta bantuan Lisa untuk mengurus izin cuti kepada pihak kampus. Dia membutuhkan waktu sembilan bulan untuk menyelesaikan misi-misi pada sistem harem, makanya ia terpaksa berhenti kuliah untuk sementara waktu.Adapun orang tuanya, baik Gerald maupun Hilda, telah memberikan restu mereka ketika Edward mengungkapkan rencananya. Mereka mendukung penuh keputusan Edward, asalkan membawa kebaikan."Ed, kamu yakin akan melakukan ini? Padahal tinggal satu semester lagi, tidak sayang memangnya?" tanya Lena d