Andreas jatuh terhempas, tak berdaya setelah menerima hantaman brutal dari Edward. Wajahnya berlumuran darah, raut wajahnya mencerminkan kebingungan dan rasa takut yang mendalam. “Ka-Kau... berani sekali menyerangku. Apa kau lupa siapa ...” Ucapannya terpotong, kesadarannya meredup seiring berjalan waktu.Edward menatap Andreas dengan pandangan tajam, ekspresi wajah beku tak berubah. “Aku tak akan pernah melupakan sosok penjahat sepertimu, Andreas. Terlebih, kau sudah terlalu banyak menyakiti keluargaku. Jangan berharap aku akan tetap diam seperti dulu, dan membiarkanmu berlaku seenaknya,” ucapnya dengan nada tegas.Orang-orang di sekitar terpaku, tak mampu mempercayai apa yang baru saja mereka saksikan. Siapa sangka di balik penampilan Edward yang tampak sempurna, tersembunyi kekuatan dan kemampuan yang luar biasa, bahkan begitu dominan seakan-akan seorang raja.“Kamu ...” Edward tiba-tiba memalingkan pandangannya ke seorang pelayan wanita di showroom itu. “Panggil pemilik tempat ini
Di luar, asap hitam tebal semakin membelenggu langit, suara sirine mobil pemadam kebakaran pun saling bersahutan dan semakin dekat.Orang-orang di dalam showroom langsung tertarik dengan kejadian tersebut, mereka buru-buru pergi keluar untuk memuaskan rasa penasaran.Benar, ada kebakaran hebat yang terjadi tak jauh dari showroom mobil tersebut, bentuk banguannya tampak seperti gudang atau sejenisnya.Edward merasa ada yang tidak beres saat melihat tempat itu. Entah kenapa, hatinya langsung resah begitu menemukan melihat logo perusahaan keluarga Rose di sana."Tempat apa itu? Kau tahu sesuatu?" tanya Edward pada pemilik showroom."Kalau tidak salah, tempat itu gudang yang selalu digunakan keluarga Rose untuk menyimpan bahan-bahan pembuatan parfum," jawab pemilik showroom.“Keluarga Roses?!” seru Edward terkejut, seketika teringat pada Helena. Firasat buruk pun semakin terasa kentara di dalam hatinya."Biarkan aku masuk! Nona Helena masih di dalam sana!"“Jangan halangi aku! Aku tak bis
Tidak lama setelahnya.Di sebuah restoran keluarga yang terletak tak jauh dari showroom mobil dan lokasi kebakaran.Edward, Helena, Lena, dan orang tua Edward memutuskan untuk mampir sejenak. Mereka ingin mengganjal perut yang sudah berteriak lapar sejak tadi.Namun, suasana di meja makan mereka terasa begitu menegangkan. Helena dan Lena tampak sedang beradu pandang, saling bersaing untuk mendapatkan perhatian Edward.Hal ini membuat Gerald dan Hilda merasa tercengang, mereka benar-benar tak mengerti, kenapa putra mereka bisa merajut hubungan dengan dua wanita sekaligus? Apalagi, salah satunya seorang CEO dari perusahaan besar.“Pa, aku tidak sedang berhalusinasi, ‘kan? Putra kita benar-benar punya dua kekasih, ‘kan?” gumam Hilda, berbisik pada Gerald di sebelahnya.Gerald tampak masih terperangah dengan situasi yang terjadi, otaknya terlalu lambat untuk merespon pertanyaan istrinya.“Pa, kamu mendengarnya tidak?” Hilda mencubit perut Gerald saat tidak mendapat respons apa pun.“I-Iya
“Aku mau ke toilet sebentar,” ucap Edward dengan tergesa-gesa, meraih ponselnya dan beranjak dari meja makan. Kepergiannya yang mendadak membuat orang-orang itu bingung.“Tunggu sebentar, Ed. Bukankah kamu perlu menjelaskan sesuatu?” Gerald menahan Edward, tangannya menekan pundaknya.“Aku akan menjelaskan nanti, sekarang aku benar-benar perlu ke toilet. Saya sudah tidak bisa menahannya lagi,” ujar Edward, wajahnya memucat, berusaha meyakinkan Gerald bahwa dia benar-benar perlu pergi.Gerald menghela nafas, melepaskan pegangannya, “Baiklah, tapi kamu harus berjanji akan menjelaskan semuanya nanti. Jangan coba-coba menghindari masalah ini,” tegasnya.Edward hanya mengangguk, kemudian berlari menuju toilet. Dia tahu dia tidak bisa mengabaikan pesan dari administrator, terlebih pesan itu berkaitan dengan peringatan sebelumnya.Begitu sampai di toilet, Edward segera membuka aplikasi sistem harem untuk berkomunikasi dengan Irene dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Dia berharap pesa
Waktu berlalu dengan cepat, kini pukul tujuh malam.Di parkiran rumah susun Kota Noxus.Edward tiba lebih awal setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dari kampung halamannya. Dia harus berangkat ke ibukota esok hari, sehingga waktunya di tempat orang tuanya sangat terbatas.Edward juga memiliki rencana untuk mencari Helena di ibukota. Airi memberinya kabar ini sebelumnya, bahwa Helena sudah melakukan perjalan ke ibukota sejak tadi siang.Sedangkan untuk urusan kuliah, Edward telah meminta bantuan Lisa untuk mengurus izin cuti kepada pihak kampus. Dia membutuhkan waktu sembilan bulan untuk menyelesaikan misi-misi pada sistem harem, makanya ia terpaksa berhenti kuliah untuk sementara waktu.Adapun orang tuanya, baik Gerald maupun Hilda, telah memberikan restu mereka ketika Edward mengungkapkan rencananya. Mereka mendukung penuh keputusan Edward, asalkan membawa kebaikan."Ed, kamu yakin akan melakukan ini? Padahal tinggal satu semester lagi, tidak sayang memangnya?" tanya Lena d
Tepat satu jam berlalu.Edward, dengan napas yang masih tersengal-sengal, akhirnya berhasil kembali ke asramanya setelah memenuhi hasrat Lena yang membara. Mereka berdua tidak bisa menghindari adegan mobil yang bergoyang, karena persetubuhan mereka berlangsung cukup intens.Beruntung, tidak ada orang yang melihat apa yang dilakukan Edward dan Lena di dalam mobil tersebut. Jika ada, bisa dibayangkan betapa malunya mereka? Mereka bahkan bisa dipermalukan oleh masyarakat karena telah berbuat tidak senonoh di tempat umum."Sial, aku bahkan bisa mencapai puncak tiga kali, aku benar-benar terbuai dalam kenikmatan hingga lupa kalau Lena sudah menjadi mantanku," gumam Edward setelah memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang telah disediakan. Dia kemudian melanjutkan langkahnya menuju asramanya.Namun, langkah Edward tiba-tiba terhenti ketika Ibu kost menariknya ke sudut yang agak sepi untuk berbicara secara pribadi."Apakah kamu benar-benar akan pergi ke ibukota, Ed? Lalu, bagaimana dengan u
“Hm, selagi Edward mandi, gimana kalau kita tentukan permainan untuk memanaskan kegiatan kita nanti?” Kana tiba-tiba mengusulkan sesuatu kepada Jesica dan Gracia. Ketiga wanita itu merasa jauh lebih tenang setelah puas menginterogasi Edward.“Apa maksudmu?” tanya Jesica, agak bingung.Sedangkan, Gracia langsung paham dengan maksud Kana. “Setuju, kebetulan aku mau main ular tangga Pasutri,” ujarnya.“Ular tangga pasutri?” Jesica sontak melirik Gracia, merasa semakin bingung saja.Dari ketiga wanita itu, sepertinya hanya Jesica yang tidak punya fantasi liar dan nakal ketika berhubungan badan. Mungkin karena dia terlalu dewasa sehingga tidak begitu peduli dengan hal-hal aneh semacam itu.“Kamu mending lihat sendiri biar kamu paham.” Kana buru-buru beranjak dari ranjang, berjalanan dengan cepat menuju nakas, tempat di mana tasnya tergeletak.Kemudian, Kana mengeluarkan sebuah kotak yang terbuat dari kertas, menunjukan isinya kepada Jesica dengan senyum penuh kebanggaan. “Inilah ular tangg
Permainan berlanjut.Kini giliran Jesica yang melempar dadu.“Biar aku melemparnya sendiri, aku penasaran dengan gaya itu,” ujar Jesica, melirik targetnya dengan tegas. Terlihat gambar pria sedang menjilati selangkangan wanita.“Tidak mungkin, kamu harus dapat enam jika mau mengenai gambar itu,” tukas Kana, sedikit mencibir.“Mungkin saja kok, lihat saja jika kamu tidak percaya!” Jesica segera mengocok dadunya, kemudian melempar dadu ke tengah papan permainan.“Asik! Aku dapat enam!” serunya, tampak senang sekali.“Mustahil!” Kana geleng-geleng, tak percaya Jesica akan memiliki keberuntungan semacam itu.“Tidak ada yang mustahil, hehehe.” Jesica melet manja pada Kana, seolah ingin meledeknya.Kemudian, Jesica beranjak menuju ranjang dan langsung membentangkan kedua pahanya, “Sini, Ed. Kamu harus melakukan tugasmu dengan benar,” ujarnya.Edward melirik selangkangan Jesica dari tempatnya duduk, tampak sangat menggairahkan karena area kewanitaan itu tertutup oleh kostum Buny Girls yang t