Permainan berlanjut.Kini giliran Jesica yang melempar dadu.“Biar aku melemparnya sendiri, aku penasaran dengan gaya itu,” ujar Jesica, melirik targetnya dengan tegas. Terlihat gambar pria sedang menjilati selangkangan wanita.“Tidak mungkin, kamu harus dapat enam jika mau mengenai gambar itu,” tukas Kana, sedikit mencibir.“Mungkin saja kok, lihat saja jika kamu tidak percaya!” Jesica segera mengocok dadunya, kemudian melempar dadu ke tengah papan permainan.“Asik! Aku dapat enam!” serunya, tampak senang sekali.“Mustahil!” Kana geleng-geleng, tak percaya Jesica akan memiliki keberuntungan semacam itu.“Tidak ada yang mustahil, hehehe.” Jesica melet manja pada Kana, seolah ingin meledeknya.Kemudian, Jesica beranjak menuju ranjang dan langsung membentangkan kedua pahanya, “Sini, Ed. Kamu harus melakukan tugasmu dengan benar,” ujarnya.Edward melirik selangkangan Jesica dari tempatnya duduk, tampak sangat menggairahkan karena area kewanitaan itu tertutup oleh kostum Buny Girls yang t
“Angka tiga, aku harus mendapatkan angka tiga,” gumam Kana, masih terus melihat gambar tersebut. Benaknya langsung berkhayal kenikmatan yang bisa diperolehnya saat melakukan gaya itu.Tak peduli jika kesannya sangat tabu dan jorok, yang penting birahinya terpuaskan sehingga ia tidak akan merasa penasaran lagi.“Katanya, kebanyakan pria suka main lewat belakang, Edward mungkin salah satunya. Jadi, kamu harus gunakan kesempatan ini sebaik mungkin. Sayang sekali jika kamu melewatkannya,” bisik Jesica lagi.“A-Aku tahu,” tanggap Kana sedikit gugup. “Aku akan mencobanya, semoga aku mendapatkan keberuntungan.”Jesica tersenyum puas, merasa cukup lucu akan gelagat wanita yang satu ini. Dia tak pernah membayangkan bisa melakukan hal tabu tersebut bersama putri dari keluarga musuhnya.Mengingat hubungan antara keluarga Lee dan keluarga Yoshiko, Jesica dan Kana seharusnya masih saling bermusuhan hingga sekarang.Namun, Edward bisa mempersatukan mereka lewat sistem Harem. Hubungan antar kedua ke
Permainan berlanjut, tidak terasa dua jam sudah terlewati.Namun, ketiga wanita cantik itu malah terlihat semakin bersemangat, karena mereka ingin mendapatkan gelar pemenang. Sedangkan, sang lawan tampak sudah kelelahan karena harus melayani hasrat liar mereka selama waktu itu.Bagaimanapun, Edward selalu mengeluarkan cairan cinta setiap kali Jesica, Gracia, dan Kana menginjak petak bergambar. Apalagi, kebanyakan gambar menunjukkan gaya yang cukup rumit tapi mengasyikan. Mulai dari gaya biasa saja, hingga gaya paling sulit, sudah mereka lakukan. Lubang ketiga wanita itu juga sudah mendapatkan jatah cairan cinta dari Edward.Hanya saja, Jesica, Gracia dan Kana tampak belum puas meski sudah bercinta hingga sejauh itu. Mereka sepertinya akan puas ketika berhasil mendapatkan gelar juara.“Baiklah, aku akan mulai lagi!” seru Kana sambil melempar dadunya, dia butuh angka empat untuk mencapai garis finish.Pluk! Pluk! Pluk!Dadu bergelinding di atas papan permainan, tapi sayangnya malah kelu
Jesica menghentikan aktivitasnya sejenak, mendongak wajah agar bisa melihat Edward. “Administrator? Apa maksudmu, Ed?” tanya Jesica, tampak kebingungan.“Administrator, masa kamu tidak tahu?” Edward juga jadi bingung sendiri. “Dia tuh utusan yang suka memberi pesan tentang ….”Edward langsung menjeda ucapannya, hampir saja keceplosan tentang sistem harem. “Tentang?” Jesica menatap dalam mata Edward, mencoba mencaritahu sendiri maksudnya.“Ah, bukan apa-apa, lupakan saja,” ujar Edward, tidak ingin membahas masalah itu lagi. Dia pun menerka hal lain. “Apa mungkin Lena sudah memberitahumu?” tanyanya.Jesica mengangguk tanpa ragu. “Lebih tepatnya aku yang sudah menanyakan sendiri pada Lena, bahkan sedikit mendesaknya. Karena itu, aku tahu masalah kehamilan Helena,” akunya.“Begitu ya?” Edward merasa lega usai mendengarnya. Dengan begini, dia tidak perlu menaruh rasa curiga lagi pada Jesica.“Ya, begitu saja, sayang. Memangnya kamu mau apa lagi?” Jesica kembali bergelayut manja di leher
Keesokan harinya.Tepat pukul 09.00 waktu setempat, di Bandara Kota Noxus.Tampak Edward, Jessica, Gracia, Kana, dan Lisa sedang mengobrol di depan gerbang keberangkatan. Keempat wanita cantik yang selalu menarik perhatian orang-orang itu, sepertinya ingin memberikan beberapa patah kata sebelum merelakan kepergian Edward ke ibu kota.“Aku sudah mengurus izin cutimu untuk satu tahun. Jadi, kamu bisa pergi dengan tenang dan tidak perlu memikirkan urusan kuliah. Kamu tinggal sidang skripsi saja nanti,” ucap Lisa, menjelaskan situasi di kampus. Dia bersedia bertanggung jawab selama Edward pergi untuk menyelesaikan urusannya.“Terima kasih, Lisa. Aku berhutang banyak padamu.” Edward langsung mengelus lembut rambut Lisa. “Kamu boleh minta apa saja padaku nanti,” tawarnya.Lisa jelas senang mendengarnya, memeluk Edward tanpa sadar. “Aku pasti akan selalu merindukanmu. Semoga semua urusanmu bisa selesai dengan cepat agar aku bisa melihatmu lagi,” ucapnya sedikit terisak.Edward sedikit terkej
Edward terdiam sejenak, menatap wanita cantik itu dengan penuh kekaguman. "Tentu saja, aku tidak keberatan. Aku juga mengerti perasaanmu," balasnya dengan suara yang lembut, senang karena bisa membantunya, suasana di dalam pesawat pun terasa lebih hangat seketika.Wanita itu tersenyum lega, "Terima kasih banyak, Tuan ...?""Edward, cukup panggil aku Edward saja," selanya sambil tersenyum. "Bolehkah aku tahu namamu?"Wanita itu menatap Edward, matanya berkilauan dalam cahaya pesawat. "Aku Clara. Senang mengenalmu, Edward."Clara dan Edward lagi, kemudian terlibat dalam percakapan yang lembut dan hangat. Dia bercerita tentang tujuannya ke ibu kota, tentang impian-impian yang ingin dia capai di sana. Edward pun mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati, sesekali menimpali cerita Clara dengan pengalaman dan pemikirannya sendiri.Seiring waktu, Edward merasa ada ikatan yang kuat terbentuk antara mereka. Dia merasa nyaman berada di samping Clara, dan dia yakin Clara juga merasakan hal
Edward berhenti sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia menatap Clara dengan pandangan yang penuh kekaguman dan rasa penasaran. "Mungkinkah kamu sebenarnya bisa melihat masa depan?" tanyanya berbisik.Clara menatap Edward, lalu menghela napas panjang. Dia pun mengangguk sambil tersenyum lembut, "Ya, Edward. Aku bisa melihat masa depan. Aku sebenarnya seorang cenayang," akunya.Edward tampak terkejut, tak mengira dugaannya benar-benar terjadi. "Itu ... itu sangat luar biasa, Clara. Berkatmu, kita semua selamat dari kecelakaan pesawat. Huh, kalau saja kamu tidak mendapat pengelihatan, bisa habis riwayatku," ujarnya.Clara spontan tersenyum canggung, "Kamu jangan berlebihan, Edward. Lagian, aku juga nggak mau mati di pesawat itu. Terus, kamu juga sudah banyak membantuku, jadi aku harusnya berterima kasih sama kamu," ujarnya juga, merendah.Namun, detak jantung Clara tiba-tiba meningkat ketika melihat Jhon berlari cepat ke arahnya. Dia tahu harus segera pergi dari tempat ini se
Clara terpaku sejenak, dibuai oleh visi masa depan yang mendadak muncul dalam pikirannya. Dia melihat Edward berdiri gagah di tengah medan laga yang telah hancur lebur, dikelilingi oleh barisan wanita pejuang yang perkasa. Seolah dunia ini hanya milik Edward, pria terakhir yang berdiri, sementara pria lainnya telah lenyap ditelan pasukan wanita itu."Edward, apa yang terjadi padamu?" Clara bertanya dengan nada penuh kekhawatiran. "Bagaimana mungkin kamu berada di medan perang, dikelilingi oleh pasukan wanita?"“EH?!” Edward terkejut, mencoba mencerna pertanyaan Clara, "Apa yang kamu maksud, Clara? Pasukan wanita apa yang kamu bicarakan?" balasnya dengan bertanya.Clara merasa gelisah, ingin membantu Edward, namun dia terbentur oleh kebingungan bagaimana menjelaskan situasinya. Dia hanya tahu bahwa Edward akan menghadapi ancaman besar dari sosok dengan kekuatan luar biasa."Pokoknya, kamu harus mencari tahu lebih lanjut tentang pasukan wanita itu," saran Clara, berusaha meyakinkan Edwa