Share

Bab 32

Penulis: Nurhayati Yahya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-13 12:33:49

Aku terkejut melihat kehadiran Ammar dan istri barunya di sini, wanita itu bahkan tak segan menyapa, dapat kulihat sang mantan dilanda kegusaran, dia tampak tidak tenang.

Sedangkan Kiara, dia terus saja mencoba bicara pada Pak Abi, seolah mereka adalah sahabat dekat yang sudah lama tidak bertemu, aku salut dia tak menyerah walau Pak Abi terlihat muak dan tak menanggapinya sama sekali, wow! Bravo!

"Sayang, sapa dong, mantan istri kamu!" Aku menaikkan alis, apa yang coba dia lakukan sekarang? Membuktikan bahwa suaminya tak menganggapku lagi, seperti yang kukatakan padanya saat itu?

"Apa kabar, Hanin?" tanya Ammar dengan netra bergerak gelisah, dia sama sekali tak menatapku.

"Seperti yang terlihat, saya baik-baik saja," sahutku.

"Kalian tampak serasi," ucap Kiara, aku hendak membuka mulut, tapi Pak Abi lebih dulu menggantikan sahutanku.

"Tentu saja, kami akan melangsungkan pernikahan bulan depan, ya 'kan Sayang?"

Kami saling pandang, aku menyelami binar matanya, itu berbeda, tidak sama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
terima Hanin lamaran Abi .biar kiara tau bhw Abi dh muv in dr mantan nya .emang Abi sangat mencintai Hanin bener g bohong buksn juga setingan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 33

    Dengan penuh keyakinan aku menyuarakan namanya, ini adalah waktu yang tepat, segalanya sudah kuperhitungkan sejak sepuluh menit lalu, aku ingin mengajaknya dimana hanya kami berdua di sana, tapi sepertinya melamar di depan banyak orang akan sangat berkesan untuknya.Hanindiya menaiki panggung setelah aku memanggilnya untuk ketiga kali, wajar saja. Hatinya pastilah syok mendengar julukan baru yang kusematkan untuknya, 'a woman who's so special for me,' semoga dia bisa melihat ketulusan saat aku mengatakannya.Tanpa buang waktu lagi aku langsung menjalankan, rencana, dia tampak masih bingung, pandangannya terus saja melantai, aku yang merasa tak sabar lagi langsung saja berlutut, kubuka kotak beludru itu, dia terpana."Hanindiya Atmojo, will you marry me?" ucapku yakin, netranya semakin melebar, aku tahu dia sangat terkejut. Riuh tepuk tangan beriringan dengan para tamu yang mendukung diriku. "Terima! Terima! Terima!"Dengan sabar aku menanti jawabannya yang akan kupegang sebagai komi

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 34

    Bangun pagi di Bali seharusnya jadi hal paling menyenangkan, tapi hatiku kini sedang campur aduk, bagaimana akan mendapat euforia itu jika kondisiku se-menyedihkan ini?Lamar, diterima, salah paham, cek-cok, pikir ulang, walhasil digantung hingga perasaan terasa remuk redam. Aaah, sial!Dengan langkah gontai aku menuju kamar mandi, berendam di jakuzzi dengan air hangat mungkin akan membuat pikiran lebih fresh, semoga bayangan Hanin juga ikut lenyap, bersamaan dengan air yang mengalir membasahi tempurung kepala.Namun kenyataan jauh dari ekspektasi, ini sama sekali tak berefek, bayangan wanita itu terus saja menari di pelupuk mataku, bahkan sejak semalam, saat aku tak lagi melihat punggungnya.Wanita berhijab dengan senyum manis yang selalu terlihat tulus, mata almond dengan kornea kecokelatan yang memabukkan, bulu lentiknya bergerak indah setiap dia mengerjap, mana bisa aku melupakannya? Aaargh! Ayolah Hanindiya! Pergi dari hati dan pikiranku sekejap saja, kau boleh kembali nanti, sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 35

    Malam hari aku mengemas pakaian ke dalam koper, besok kami akan kembali ke Jakarta, setelah semuanya aku bersiap, Pak Abi mengajakku jalan malam ini, entah kemana lagi, tapi aku ikut saja, mumpung masih di sini, kapan lagi menikmati Bali?Gamis warna army potongan A line polos, kupadukan dengan hijab warna krem, tak lupa sepatu warna senada, kupulas wajah tipis saja. Pandanganku terhenti pada benda berkilau di jari manis, kilaunya terpantul di cermin, menyapa kornea mata."Ya Allah ... ini sangat indah," gumamku menyentuh mata biru laut itu, entah kapan Pak Abi mempersiapkannya, aku yakin harganya tidak sedikit. Kenapa dia harus melakukan ini semua di saat yang tidak tepat? Tak bisakah dia menunggu hingga kami saling kenal dulu? Kalau sudah begini kita berdua juga yang repot menerima suasana baru yang akan tercipta setelah ini. Aku menggeleng kepala, mengenyahkan bayang yang datang seenaknya, mememuhi pikiran dan penglihatan.Aku raih tas tangan lalu melangkah keluar dari kamar, keti

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 36

    Tiba di Jakarta aku langsung diantar ke rumah oleh Pak Abi, rasanya lumayan lelah, gegas kuistirahatkan badan sejenak, kebetulan hari ini minggu, hari libur kantor.Aku menelepon Dian, menyuruhnya ke rumah, tak butuh banyak waktu berpikir wanita itu menyetujui, aku mengeluarkan isi koper, banyak baju kotor dan sepertinya aku harus membawa ke laundry.Aku mengambil dua lembar kain pantai motif khas Bali, kubelikan untuk oleh-oleh buat Dian, tak lupa kaos Barong, lumayan dipakai santai di rumah.———"Assalamu'alaikum!" Itu pasti Dian, gegas aku melangkah cepat, membukakan pintu untuk wanita itu."Walaikum salam, masuk dulu!" Senyumnya langsung terbit saat kami berhadapan, aku mengajak dia masuk. "Ciyeee ... yang baru pulang liburan bareng si bos," godanya menaik-turunkan alis, aku mencebik."Bisa aja kamu, Di! Oh, ya. Tunggu bentar, aku mau ambil sesuatu," ucapku lantas melangkah masuk kamar, mengambil kain dan baju yang sudah kupersiapkan untuk Dian."Nih! Buat kamu," ucapku seraya me

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 37

    Jam makan siang aku menuju ruangan Pak Abi setelah shalat sebelumnya, aku merasakan kalau dia jadi aneh belakangan ini, seperti orang ling-lung, dia hendak bicara, tapi seperti lupa apa yang hendak dia bicarakan.Dan di sinilah aku, duduk berhadapan dengan Pak Abi, di balkon ruangannya."Saya bosan makan di dalam terus," begitu katanya. Aku tetap mengikuti semua kemauan bosku itu, tak ada yang berubah di segi pekerjaan, hanya saja komunikasi dan sifatnya tidak sedingin dulu.Kami menikmati makan siang dengan nikmat, sesekali dia mengajakku bicara, aku tetap menanggapi seadanya, bukan sebab cuek atau apa, tapi ini demi profesionalitas.Bagiku se-kenal dan sedekat apa pun dengan atasan, dalam bekerja tetap tidak boleh menunjukkan interaksi berlebih, apa lagi namaku sudah terlanjur kotor dengan fitnah 'Si penggoda bos' jika yang lain sampai menilai buruk maka berita miring yang sempat mereda itu akan berembus lagi dengan ganasnya."Kamu kenapa? Ada masalah?" tanyanya, mungkin merasa aneh

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 38

    "Mas Abi ...." Aku menoleh saat mendengar gumaman suara Hanin, gegas aku mendekat ketika mendapati mata almond itu setengah terbuka."Saya di sini, Hanindiya,""Di—an, argh!" Refleks aku menahan kedua bahunya, dia berusaha bangkit."Berbaringlah! Lenganmu baru saja dijahit," titahku, syukurlah dia mau menurut, tatapan itu beralih padaku, aku tau dia menghawatirkan kondisi Dian."Dian ada di sebelah kita, tulang tangannya patah," "Tolong buka tirainya, Mas! Please ... saya mau lihat kondisi sahabat saya," ucapnya memelas, aku mengangguk, lantas beranjak menarik sekat di antara ranjangnya dan Dian. Brian terlihat sedang menunggui Dian, pria itu menatap sayu pada Hanin, aku tak suka tapi harus menahan semua, tidak mau membuat kekacauan, aku kembali duduk di dekat wanitaku."Ini semua gara-gara aku, andai saja Dian yang bawa motor nggak akan gini jadinya." Hanin meracau seraya menangis, pandangannya lurus pada sahabatnya yang masih tak sadarkan diri,"Hey, it's not your fault! Ini kecel

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 39

    Assalamu' alaikum," kami menjawab salam itu bersamaan, suara ketukan sepatu beradu dengan lantai terdengar kian dekat, lalu sesosok wajah muncul, wajah yang kini kembali cerah setelah begitu kusut sore tadi, saat kami membicarakan tentang Pak Abi."Aku bawa buah, buat kalian. Hanin, aku juga bawa sesuatu buat kamu," ucap Brian dengan senyum lebar. Kemudian pria itu mendekat, meletakkan keranjang buah, membuka paper bag di tangannya lantas mengeluarkan sweater warna biru tua."Ini buat kamu," Aku menerima sweater itu dengan raut wajah tak enak."Ini buat apa Bri?" tanyaku, Brian tersenyum, dia menatap padaku lekat, jujur itu membuatku risi."Ya ... buat kamu, pakek aja," sahutnya dengan senyum terpatri, aku menoleh pada Dian, wanita itu tampak terkejut, sama sepertiku. Sekarang bagaimana akan menerima pemberian Brian, aku tidak sebodoh itu untuk memahami maksudnya."Sorry, Bri! Ini ... aku nggak bisa nerima ini," ucapku sungkan, Brian menatapku."Kenapa?" "Sorry,""Apa ini nggak semah

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13
  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 40

    Pagi hari aku sudah siap dengan setelan kantor, kemeja krem kupadukan dengan blazer putih gading, rok span hitam dan hijab warna senada, aku menunggu Pak Abi menjemput di teras rumah.Sebenarnya luka sobek di lengan kemarin belum sembuh benar, masih terasa nyeri, sesekali nyut-nyutan, tapi sudah lumayan dipakai nulis atau mengetik. Aku memilih kerja bukan tanpa sebab, semua itu semata agar tidak mengganggu profesionalitas sebagai seorang sekretaris, lagi pula kasihan Pak Abi jika harus menghendle semua sendirian, pria itu pasti kewalahan.Bip! Suara klakson mobil terdengar, aku yang tadinya sudah masuk lagi hendak mengambil tas, kembali keluar, benar saja itu Pak Abi, pria itu muncul dari dalam Bugattinya, aku sempat terpana, busana kami sangat matching, dia mengenakan kemeja krem dengan jas hitam, celana bahannya pun warna hitam."Sudah siap? Yuk!" Aku tersentak lantas mengangguk."Dian! Aku berangkat dulu ya!" seruku, Dian melongok dari pintu kamar."Hati-hati!" sahutnya. Aku dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-13

Bab terbaru

  • SETELAH TALAK TIGA   Melabrak Pelakor

    Terhitung sudah satu minggu Mas abi mendiamkanku, sementara itu aku tetap bekerja seperti biasanya dengan posisi baru yang diberikan oleh eyang.Hari ini aku berangkat seperti biasa, suamiku tidak masuk, menurut informasi yang kudengar dia ada rapat di luar kantor bersama dengan rekanan bisnisnya yang juga akan ditarik ke kantor kami untuk investasi besar-besaran, dalam sebuah project baru yang digadang-gadang akan menjadi proyek terbesar selama perjalanan bisnis Wira Bangsa Group.Namun anehnya aku tidak dilibatkan di dalam rapat itu, tapi aku juga tidak melihat kehadiran Kiara hari ini, berbagai sangka buruk pun mulai merasuk, apa mereka pergi bersama dan sengaja tidak mengajakku?Karena hati tak tenang aku kemudian menghubungi eyang, dengan lugas aku menceritakan semuanya tentang project tersebut tanpa melewatkan satupun, "Aku tidak diberitahu apa-apa, Eyang, dan aku juga tidak melihat Kiara di sini," aduku.Aku mengangguk mendengar perkataan eyang di seberang sana, pemikiran kami

  • SETELAH TALAK TIGA   Dingin

    Para karyawan lain telah berlalu pergi, begitu pun Kiara, di dalam ruangan luas yang terasa pengap sebab suasana mencekam, aku tinggal dengan Mas Abi dan eyang.Lelaki itu berdiri dengan sebelah tangan memegangi sandaran kursinya, ia meraup wajah berkali-kali, helaan napasnya pun terdengar berat.Aku melihat ke arah Eyang, wanita sepuh itu terlihat duduk dengan tegak, tatapannya menyorot lurus tak goyah. Cucunya mengintimidasi, sementara ia tak merasa bersalah dengan keputusan yang sudah diambil ini.“Apa ada lagi yang ingin kau bicarakan, Abimana?” tanya Eyang. Tampak lelaki itu tersenyum getir, ia menatap lekat pada wajah sepuh, “Aku sangat tersanjung dengan kejutan ini, Eyang. Sekarang, bolehkah aku bicara dengan Hanin sebentar?”“Tidak.” Ia menoleh dengan tatap tajam pada suamiku, “Aku tahu kau ingin menekan Hanin karena keputusanku. Dia tidak bersalah, asal kau tahu Abimana. Jika ingin protes atau menentang keputusan ini, bicara langsung pada eyang, jangan serang istrimu yang tid

  • SETELAH TALAK TIGA   Peresmian (Kejutan Tak Terduga)

    Setelah satu minggu aku menerima kabar dari Eyang, beliau meenelepon dan mengatakan padaku agar bersiap-siap, karena besok adalah hari pertamaku di Wirabangsa Group, tentu saja tanpa sepengetahuan suamiku, mas Abimana.Dan di sinilah aku sekarang, berdiri di depan cermin dan menatap pantulan bayanganku yang sudah siap dengan balutan busana formal yang sudah begitu lama tidak kukenakan.Kurapikan hijab label Bella square putih yang kukenakan, blus berwarna baby blue ini sangat cocok kala kupadupadankan, bawahan celana cutbray putih dan tas senada, aku melangkah keluar dengan hak tinggi yang menunjang penampilanku.Mas Abi sudah berangkat sejak pagi, aku menemui Daisyhara, ia juga terlihat cantik dengan baju senada denganku, kami akan berangkat ke kantor itu bersama-sama, sesuai arahan Eyang, bahkan begitu kami keluar mobil utusannya sudah menunggu."Kau siap, my little princes?" Daisyhara mengangguk dengan senyum semringah terpatri di bibirnya, "I'm ready, Mom!" Kami berdua lantas turu

  • SETELAH TALAK TIGA   Menemui Eyang

    Setelah percakapan panas semalam kami tidak saling bicara lagi, aku putuskan menemui Eyang untuk membicarakan masalah di perusahaan kami. Aku pergi ke sana tanpa sepengetahuan mas Abi, walaupun ia akan membiarkanku pergi, tapi aku tetap tidak ingin memberitahunya. mobil yang aku tumpangi berhenti di depan pelataran rumah besar di mana pertama sekali mas Abi membawaku kemari untuk dikenalkan pada satu-satunya keluarga yang dia miliki, bahkan kenangan manis itu masih melekat di ingatan.Aku bersama Daisy masuk ke dalam, ART baru yang dipekerjakannya mengatakan bahwa Eyang sedang di belakang, ia tidak berubah walaupun masa telah berganti, wanita sepuh itu suka menghabiskan waktunya di kebun kecil penuh anggur yang ia tanam dengan tangan sendiri.Aku langsung menuju ke arah sana, kami menghampirinya yang sedang memetik beberapa anggur dengan keranjang di tangannya, "Eyang ... assalamu'alaikum," panggilku. "Walaikum Salam." Wanita sepuh itu menyahut salamku seraya menoleh, tampaknya ia t

  • SETELAH TALAK TIGA   Pilihan Untuk Abimana

    Menjelang sore mas Abi pulang, wajahnya tampak lesu hari ini, priaku sepertinya kelelahan. Lekas aku menyambut tas yang ia bawa kemudian meraih tangan itu dan mencium dengan takzim. “Mau kuambilkan kopi?” tawarku. Dia mengangguk seraya tersenyum tipis, selanjutnya menjatuhkan tubuh di sofa, tampak jemari tangannya memijit pangkal hidung, itu pertanda ia sedang dalam masalah, aku berlalu mengambilkan kopi untuknya, setelah itu menghidangkan di meja. Mas Abi mengambilnya lantas hanya menyesap sedikit, ia memutar-mutar cangkir di atas piring tersebut, seterusnya pria itu termenung. Yang aku herankan, dia tidak bercerita sepatah kata pun, biasanya suamiku begitu ekspresif, ia akan membagi semua masalahnya denganku, sekecil apapun itu. “Mas, kamu baik-baik saja?” tanyaku, dia menoleh sejenak, kemudian mengangguk, “Mas oke, Sayang, hanya sedikit lelah,” sahutnya. Ia seperti baru tersadar, menoleh ke sekitarnya lalu menanyakan keberadaan putri kami, “Di mana Daisy?” “Tadi sopir eyang jemp

  • SETELAH TALAK TIGA   Tawaran Kiara

    Aku dan Kiara duduk berhadapan di ruang tamu, sejenak kami saling terdiam, aku melihat tatapannya sendu kala menatap Daisy, putriku itu memang terkesan cuek dengan orang yang tak dikenalnya.Sikapnya juga seperti orang dewasa, jika ada tamu, ia tak akan datang kalau tak dipanggil lebih dulu, apalagi mengganggu, Daisyhara tak sama dengan bocah seusianya, dia manja pada orang tuanya, tapi tahu waktu.aku memanggil Bibi Wara untuk menyajikan minuman, bagaimanapun wanita ini tamu, aku harus menghormatinya terlepas dari apapun status yang berhubungan denganku di masa lalu. Jika dipikir-pikir ini sungguh gila, bagaimana tidak, Kiara adalah mantan istri dari mantan suamiku, juga mantan pacar dari suamiku yang sekarang. Lihatlah, dunia yang sempit membuat kami berada dalam lingkaran yang rumit, tapi itulah takdir yang sudah tertulis.“Apa dia putrimu?” tanya Kiara tiba-tiba, ia tak mengalihkan tatapannya dari gadis kecilku.“Ya, dia putriku dan mas Abi.” Kiara tersenyum, “Cantik sekali, mata

  • SETELAH TALAK TIGA   SEASON 2 (Bab 1)

    Lima tahun kemudian ....Di dalam sebuah mansion mewah tampak sepasang suami istri sedang mengawasi seorang anak perempuan berusia kisaran empat tahun yang sedang aktif-aktifnya.“Daisy jangan ke sana, Nak!” seru Hanindiya, wanita itu mengejar buah hatinya yang sedang berlari keluar. Abimana yang sudah siap berangkat kerja langsung bangkit menyusul mereka.Pasca menikah dengan Hanin Abi membeli sebuah mansion untuk ditinggali bersama dengan keluarga kecilnya, ia memutuskan pindah dari apartemen lama yang ditinggali saat masih bujang.Kini keluarga mereka utuh dan bahagia, dikaruniai seorang putri yang sangat menggemaskan.Abi bangkit dari duduknya, ia bergegas mendekat pada pintu utama yang terbuka lebar, tampak istrinya sedang menggendong Daisyhara putri tunggal mereka yang cantik dan pintar.“Sayang, mas berangkat dulu, ya?” Hanin mengangguk, ia mendekat, meraih tangan suaminya dan mencium dengan takzim, Abimana meraih belakang kepala sang istri, balas mengecup keningnya lembut.“Ha

  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 45

    Gema doa-doa terbaik memenuhi aula gedung berdekorasi indah, aku pun ikut menadahkan tangan meminta pada-Nya, semoga biduk kedua yang kutumpangi tidak karam di tengah jalan seperti sebelumnya. Aku memiringkan tubuh menghadap suamiku, meraih tangannya kemudian mencium takzim, dia menyentuh kepala ini melantunkan doa di atasnya. Kemudian aku menegakkan tubuh, netra kami beradu, dia tersenyum padaku. Kubalas senyum itu seiring jantung yang kian berdentam hebat, dia mengikis jarak di antara kami, kemudian sebuah kecupan mendarah di dahi ini, lama dan sanggup membuat hatiku menghangat karenanya. "Ciyeeee!!! " Itu suara Dian dan para karyawati lain, mereka beramai-ramai memfoto bahkan mungkin saja memvideokan kami, tak seperti biasanya, Mas Abi kali ini tersenyum, tak ada raut marah padanya, aku tau dia tengah berbahagia, aku pun begitu. Setelahnya kami diiring ke luar gedung, lalu berjalan berdampingan menuju pelaminan, Dian mengangkat ujung gaunku yang menjuntai, sedangkan aku menggan

  • SETELAH TALAK TIGA   Bab 44

    Desember sendu, hujan mengguyur di luar sana, aku tengah menyesap secangkir kopi, cairan hitam terfav buatan calon istri. Ya, masih calon, sebutan itu akan segera berganti."Kira-kira di wedding reseption kita bakalan ujan nggak ya, Mas?" tanyanya menatap lurus bulir-bulir rahmat yang tengah tumpah di luar sana, aku meletakkan kembali cangkir kopi di meja."Entahlah, Mas juga nggak bisa jamin, kalau penghujan terus terpaksa kita ganti konsep dari outdoor ke indoor," sahutku menoleh padanya, alis serupa sabit itu langsung menaut."Nggak bisa gitu, dong! Kita udah sewa tempat dan udah bayar jugak, masa dibatalin lagi, sih?" protesnya tak terima, kutarik napas dalam.Satu minggu berlalu, hubunganku dan Hanin semakin intens, kami melakukan semua bersama, begitulah kami akhir ini, sering beda pendapat, kadang bisa cek-cok karna hal kecil.Tapi demi Tuhan aku tak mempermasalahkan perbedaan ini, justru itu adalah warna sendiri dalam hubungan kami, kutatap wajahnya lekat."Terus mau bagaimana

DMCA.com Protection Status