PoV Rizka.
Aku merasa udah nggak tahan lagi karena mobil yang terparkir itu bergoyang. Aku sudah tidak bisa menunggu lagi hatiku hancur dan sakit melihat secara terang-terangan pengkhianatan yang mereka lakukan. Setelah ini aku tidak akan menyesal apabila penjelasan Mila tadi seperti itu kalau aku harus siap jika Bang Hans di permalukan saat dicambuk.
"Buka, Bang. Kalau gak ku hancurkan kaca mobilmu!" sentakku marah.
Aku saat itu turun saja karena aku tahu beberapa saat lagi tim yang menggerebek Bang Hans akan datang. Mereka akan di permalukan. Tetapi, Bang Hans sama sekali tidak mempedulikan apa yang aku katakan. Dia tetap tidak mendengarkan aku. Bahkan dia ingin melajukan mobilnya tetapi aku tidak hilang akal. Aku mengambil batu besar dan hendak memecahkan kaca mobilnya. biar saja mobilnya itu rusak. Ini tidak sebanding dengan pengkhianatan yang sudah dilakukannya.
Entah sudah berapa kali dia bermain api di belakangku. Entah sudah berapa kali dia menghianati aku seperti itu. Sengaja berbuat m**um dengan selingkuhannya dan di mobil pula.
"Rizka! Ngapain kamu?!"
Bang Hans membuka sedikit kaca mobilnya ketika aku hendak menghancurkannya. Mungkin dia merasa takut juga ketika aku akan berbuat sesuatu yang mengerikan di mobil kesayangannya untuk merusak kacanya. Dia tidak siap akan hal itu.
"Keluar kamu pengkhianat!"
"Matikan videonya Rizka! Mila, matikan videonya! Kamu sengaja menjebak ku Rizka!"
"Hei, menjebakmu? Apa maksudmu menuduh aku seperti itu? Bukankah kamu sendiri yang selingkuh. Kamu sendiri yang berbuat zina di dalam mobil ini. Kamu benar-benar gak tau malu, Bang. Kamu pantas di hukum!"
"S**l kamu, Rizka!" Bang Hans berusaha melajukan mobilnya meninggalkan aku dan juga Mila. Tapi aku tidak membiarkan hal itu terjadi. Aku berdiri di depan mobil berusaha agar Bang Hans tidak pergi dan tidak lari setelah kepergok seperti itu.
"Minggir, Rizka!"
"Keluar kamu dan selingkuhan mu! Keluar kalian!"
Terjadi cekcok diantara kami yang cukup menyita perhatian. Ada beberapa masyarakat yang melihat karena saat dia melakukan perbuatan itu. Dia berada di jalan yang memang sunyi. Hanya ada petani yang biasa melewati jalan ini. Apa yang kami lakukan dan perdebatan ini menjadi perhatian masyarakat setempat. Tentu saja mereka merasa heran dengan keributan yang terjadi pada kami.
Beberapa saat kemudian. Akhirnya yang ku tunggu datang juga. Mila benar-benar melakukan tugasnya dengan baik dengan cara menghubungi atasannya untuk menggrebek Bang Hans.
Sebenarnya dari awal Mila sudah menghubungi atasannya sesuai dengan permintaanku ketika suamiku memarkirkan mobilnya. Saat itu aku disuruh Mila menunggu sebentar untuk melihat apakah yang mereka kerjakan itu. Karena tidak masuk akal saja pria dan wanita berada di suatu tempat yang sunyi di dalam mobil. Oleh karena pertimbangan itulah Mila menghubungi atasannya untuk menggerebek mereka apalagi Bang Hans adalah pejabat publik dalam artian dia seorang abdi negara yang harusnya patuh pada aturan kerja.
Sekitar enam orang turun dari mobil khas SatPol PP beserta Polisi Syariat untuk menggrebek Bang Hans. Dia sungguh merasa terkejut dan tidak menyangka dengan apa yang terjadi. Karena sudah ada orang berpakaian seragam menyuruhnya turun dari mobil.
"Keluar, Pak! Cepat! Apa yang anda lakukan di sini."
"Tapi, Pak!"
"Keluar!" Polisi itu berkata dengan garang ke Bang Hans. Suamiku tak bisa berkutik lagi.
Dia terpaksa keluar dengan pakaian yang ala kadarnya. Bang Hans keluar dari mobil tersebut. Aku tahu pakaiannya itu pasti baru dipakainya setelah tadinya m**um dengan Delia.
"Ada apa ini, Pak!" Bang Hans mencoba tenang. Dia memandang wajah orang-orang yang menggrebek nya satu persatu.
"Kami mendapat laporan kalau Bapak melakukan hubungan terlarang di daerah sini. Ingat ya Pak ini adalah daerah syariat dan Bapak tidak bisa melakukan hubungan seperti itu di sini. Oleh karena laporan tersebut Bapak kami tangkap."
"Gak seperti itu, Pak. Saya gak melakukan hubungan apa-apa di sini." Bang Hans mencoba membela diri.
"Ibu bisa keluar!" Petugas berkata dengan tegas sekalian memerintah.
Mereka berdua di amankan. Petugas lalu membongkar apa isi di dalam mobil mereka. Apa yang kulakukan ini membuat Bang Hans memandang diriku dengan tajam. Dia tidak suka kebohongannya ketahuan apalagi akulah yang membuat kebohongan dia ketahuan.
"Hei, apa yang Bapak lakukan!" Bang Hans gak terima saat dua anggota memeriksa mobilnya.
"Kami harus mencari bukti."
"Tidak ada bukti apa-apa di dalam mobil saya, Pak!" kata Bang Hans marah.
"Diam, Pak. Biarkan petugas kami bekerja. Karena sudah banyak sekali laporan warga yang meresahkan kalau di tempat ini beberapa kali ada orang parkir sembarangan dan mobil bergoyang. Tugas kami adalah menindak perbuatan perzinahan jadi tolong jangan halang-halangi pekerjaan kami!"
"Tapi saya dan Delia tidak memiliki hubungan apa-apa. Hubungan kami hanya sebatas rekan kerja tidak lebih. Kami hanya ingin berangkat ke kantor tetapi mobil memang mogok sehingga kami memiliki kendala untuk pergi ke sana."
Delia hanya tertunduk dalam sekali dia menatapku dengan pandangan nanar. Begitupun aku yang menatapnya dengan pandangan jijik. Tidak sangka dia yang sudah memiliki suami bahkan tega menghianati suaminya demi bersama dengan suamiku.
Apa dia nggak merasa kasihan dengan keluarganya. Dengan anak-anaknya dan dengan suami yang diakhianati seperti halnya diriku. Bang Hans sama sekali tidak pernah memandangku sebagai istrinya. Dia selalu pojokkan aku karena sampai sekarang aku belum hamil.
Awal mula dia dingin padaku karena memang sampai hari ini kami belum punya anak. Tidak sangka Bang Hans benar-benar mengkhianati aku seperti ini. Bang Hans dengan terang-terangan atau secara halus memang mempertegas aku mandul. Jika kami bertengkar dia akan ngatai aku mandul. Sakit hatiku diperlakukan kayak gini sama suamiku.
"Tapi mobil lancar, Pak. Gak mogok sama sekali juga gak ada ban kempes. Jadi Bapak jangan mengelak lagi. Boleh saya lihat KTP Bapak dan Ibu," kata petugas pada Bang Hans dan Delia.
"Tapi, Pak."
"Lihat KTP, Pak!" kata tugas itu lagi dengan tegas Bang Hans tidak bisa mengelak lagi.
Dia kemudian mengambil ktp-nya dan juga Delia untuk diserahkan kepada petugas itu. Beberapa saat petugas mengamati KTP Bang Hans dan juga Delia.
"Saya gak melakukan apapun, Pak. Kalian menangkap saya seperti ini maka kalian bisa saya adukan atas perbuatan tidak menyenangkan!"
Bang Hans gak terima. Dia mulai mengancam petugas.
"Maaf ya, Pak. Kami tidak menangkap orang secara sembarangan kami melakukan ini karena ada pelaporan dan istri ada sendiri yang melaporkan. Baru saja dia mengirimkan video kalau anda sedang berbuat mesum di dalam mobil. Di mana mobil itu bergoyang seperti di dalam rekaman tersebut. Jadi kami memiliki bukti untuk menangkap anda. Bagaimana petugas?" tanya kepala petugas menangani kasus ini setelah dia berbicara dengan Bang Hans barusan.
Dia memang menyuruh dua petugas untuk mencari bukti yang ada di dalam mobil.
"Di temukan bekas k o n d o m sudah dipakai, Pak. Ini, Pak. Bungkus nya juga ada diluar." Petugas lain memberikan laporan.
Wajah Bang Hans pias. Kini dia gak bisa berkutik lagi karena punya hubungan terlarang dengan Delia.
Bersambung.
PoV RizkaWajah Bang Hans benar-benar pias karena petugas mengatakan menemukan bungkus kon--dom dan juga kon--dom bekas pakai. Nggak salah lagi merekalah yang tadi melakukan hubungan terlarang di mobil bergoyang itu. Saat itu hatiku bagaikan dihantam balok kayu. Walaupun aku tahu mereka itu sudah berbuat zina dalam mobil. Namun, tetap saja barang bukti membuat diriku terguncang karena aku tidak menyangka pengkhianatan yang bertubi-tubi seperti ini kurasakan dalam Rumah tanggaku."Bapak gak bisa mengelak lagi. Bapak harus segera kami bawa ke kantor untuk dimintai keterangan. Bapak dan Ibu mari ikut kami ke kantor. Kami akan meminta keterangan dari kalian berdua atas laporan ini karena ini bukan pelaporan main-main. Ini harus ditindak lanjuti."Petugas itu dengan sigap menyuruh Bang Hans masuk ke dalam mobil. Petugas juga yang akan membawa mereka ke kantor Polisi Syariat. Di sana mereka akan dimintai keterangan atas apa yang telah mereka lakukan. Mungkin saja mereka terkena Qanun dan ak
SETELAH KITA BERPISAH BAG 4.POV HANS**Namaku Hans Irawan. Aku sudah menjalani pernikahan selama hampir setahun dengan istriku Rizka Arumi. Namun, sampai hari ini kami belum dikaruniai anak. Sudah berobat ke sana kemari. Namun, Kata Dokter Rizka sebenarnya baik-baik saja tidak ada masalah yang berarti untuknya.Aku menyalahkan dia karena sampai sekarang belum mempunyai anak. Aku tetap tidak mempercayai ucapan Dokter yang mengatakan kalau Riska itu sehat. Buktinya sampai sekarang kami belum mendapatkan keturunan. Biasanya orang menikah banyak sekali yang hamil setelah 2 bulan pernikahan. Tapi Riska sampai hampir setahun tidak juga memiliki tanda-tanda kehamilan.Rizka menyarankan kepadaku agar aku juga periksa untuk mengetahui apakah kondisi kesehatanku baik. Namun, perkataan Rizka seakan mengejekku. Aku merasa baik. Aku tidak apa-apa. Aku sehat-sehat saja bukan aku yang salah tetapi Riska. Di ranjang aku adalah lelaki kuat dan bergairah. Hasrat juga membara jadi aku menganggap ajaka
POV RIZKAAku menutup mulutku ketika ibu dan Bang Zaki datang. Apalagi Ibu langsung meng-gam-par Bang Hans. Aku tidak percaya dengan apa yang dilakukan Ibu. Dia meng-gam-par anaknya begitu saja di tempat umum. Pasti perbuatan Bang Hans sudah menyakiti hati ibu dan mencoreng nama besar keluarga."Hans, kamu sangat keterlaluan! Kamu sudah menginjak-nginjak harga diri keluarga kita. Apa kata orang dan kata keluarga besar kalau kamu dicam-buk di depan semua orang. Perbuatan kamu sungguh sangat miris. Kenapa kamu ber-zi-na dengan orang lain, Nak. Apalagi di mobil pasti perbuatan kamu akan viral."Ibu Nining, Ibunya Bang Hans menggebu-gebu mengatakan itu kepada suamiku. Namun, perlahan dia menangis di ujung perkataannya karena tidak menyangka perbuatan Bang Hans yang sudah tak pantas seperti ini kepada keluarganya.Bayangkan saja dalam beberapa jam berita itu sudah menyebar kemana-mana. Bahkan ada media lokal yang memang siaga di Kantor untuk mendapatkan informasi langsung membuat berita se
SETELAH KITA BERPISAH 6**PoV Rizka. Aku tersentak kaget ketika Bang Hans menuduh seperti itu. Apalagi dia mengatakan kalau Bang Zaki menyukaiku? Yang benar saja. Dia hanya mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahannya. "Jaga bicara kamu, Hans!" "Gak usah munafik, Bang. Aku tahu kalau kamu itu suka sama istriku. Padahal kamu tahu sendiri kan kalau dia itu nggak bisa punya anak. Tapi tetap Kamu suka sama dia karena alasan ini kamu nggak nikah-nikah dari dulu!" Bang Hans seenaknya saja menuduh. Aku melirik Bang Zaki. Lelaki itu tertunduk sebentar. Apakah benar apa yang dikatakan Bang Hans tapi aku tidak percaya. Setahuku memang Bang Zaki itu belum menikah karena belum bertemu jodoh yang pas karena itulah dia belum menikah. Tapi nggak mungkin juga karena aku. Dia tidak menikah. Bang Zaki adalah lelaki yang cukup tampan dan mapan. Dia memang bukan pegawai pemerintah seperti Bang Hans. Dia hanya seorang laki-laki biasa yang bekerja di Toko bangunan miliknya sendiri. Dia membangun T
Tetangga juga pasti heboh dan banyak yang akan menyaksikan hukum cambuk yang sebentar lagi akan dilaksanakan dan Bang Hans akan menjadi pesakitan yaitu dicambuk 100 kali di depan semua orang. Jabatannya akan diturunkan atau mungkin dia akan dimutasi ke daerah lain yang lebih jauh dari kediaman kami. "Diam kamu! Kenapa kamu malah bela-bela dia. Kamu senang ya sama dia. Aku tahu, kamu juga punya perasaan dengan Zaki. Dasar kamu istri gak berguna. Asal kamu tahu aja. Aku kayak gini itu juga karena kamu. Kamulah yang membuat aku menjadi kesakitan kayak gini!" Bang Hans menatapku sengit."Maksud kamu apa, Nak? Kenapa kamu malah nyalahin Rizka. Dalam hal ini kamu yang salah, Nak. Rendahkanlah perkataanmu dan minta maaflah kepada Rizka karena sebagai istri. Dia pasti terpukul akan hal ini dan kamu malah terus menyalahkan dia. Itu tidak baik. seharusnya kamu berbaik-baik kepada dia agar dia mau memohon ke petugas untuk melepaskan supaya kamu tidak dihukum cambuk." Ibu berkata ke anak kesaya
PoV Rizka. Ibu mertua terus menangis. Dia kemudian memelukku. Dia memohon kepadaku agar tidak berpisah dari anaknya. Namun, aku sudah sakit hati. Rasa sakit hatiku teramat besar. Aku nggak akan sanggup hidup dengan lelaki egois seperti Bang Hans. Kalau memang Delia mau dengan dia maka silahkan saja. Membayangkan mereka bermain di mobil dengan nafas menderu akibat hass--rat yang besar diantara keduanya membuatku semakin sakit. Hatiku rasanya bagaikan di remas. Ibu tak tahu rasanya dan tak akan pernah tahu penderitaan dan luka batin ini. Hanya orang-orang yang pernah di selingkuhi yang tahu seberapa sakit hati yang kurasakan. Meskipun sakit tak berdarah. Tetaplah ini teramat sakit. Kalau dapat mereka melihat lukaku. Pasti sangat parah dan menganga lebar. Setahu aku Delia itu adalah seorang perempuan yang memiliki anak dan juga suami. Mungkin saja kalau dia mau menikah dengan Bang Hans. Dia harus bercerai dengan suaminya dan bahkan Bang Hans harus rela hati membesarkan anak Delia. Aku
SETELAH KITA BERPISAH 8.**PoV RizkaAku duduk di kursi Kantor Wilayatul Hisbah. Sungguh rasanya kepalaku mau pecah berdebat dengan Bang Hans. Walaupun dia dengan jumawa menerima hukuman cambuk itu dan memandang hi-na, marah dan benci padaku. Aku sama sekali tak peduli. Beberapa kali Bang Hans mengancamku pun aku tak takut. Ini adalah negara hukum, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku pun tak mau bersamanya. Setelah putusan dari Mahkamah Syar'iyah yang akan dibacakan padanya serta hukuman cambuk itu di berikan. Aku akan bergerak ke Pengadilan Agama. Rasanya seumur hidup terlalu lama untuk ku habiskan bersama Bang Hans, lelaki yang mengkhianatiku. Tapi, tangisan Bu Nining membuatku pusing. Aku sudah mengatakan kepada Ibu kalau tidak akan menarik apapun dan tidak akan meringankan hukuman apapun dari Bang Hans. Dia sudah terbukti dan secara meyakinkan mengakui perbuatannya. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menerima keputusan yang akan dibacakan Hakim sebentar l
SETELAH KITA BERPISAH 9.**PoV Author."Bagaimana keadaan kamu, Rizka?" tanya Mila menghampiri temannya itu yang terlihat lesu duduk di kantor Wilayatul Hisbah. Setelah menyaksikan ketegasan suami Delia. Rizka juga akan melakukan hal yang sama.Rizka menatap Mila yang sudah menggunakan seragam syariah dan rapi dengan kerudungnya. Tadi saat melakukan penggerebekan temannya itu masih menggunakan pakaian biasa. Namun setelah Hans ditangkap Mila pulang sebentar untuk mengganti pakaiannya dan datang lagi ke kantor untuk bekerja.Mila duduk di sisi Rizka di kursi Kantor. Mila tahu kalau Rizka sedang bingung, sedih dan marah. Mungkin sebentar lagi rumah tangganya akan berakhir setelah kejadian memalukan ini."Aku baik, Mila. Aku tadi baru saja menerima telepon dari Tante yang akan datang ke Rumah untuk mengunjungiku. Keluarga sangat shock mendengar ini semua. Dia juga marah sama aku karena mendengar dari orang lain. Aku merasa malu dengan kelakuan Bang Hans.""Sabar Rizka. Aku sudah mengata