POV RIZKA
Aku menutup mulutku ketika ibu dan Bang Zaki datang. Apalagi Ibu langsung meng-gam-par Bang Hans. Aku tidak percaya dengan apa yang dilakukan Ibu. Dia meng-gam-par anaknya begitu saja di tempat umum. Pasti perbuatan Bang Hans sudah menyakiti hati ibu dan mencoreng nama besar keluarga.
"Hans, kamu sangat keterlaluan! Kamu sudah menginjak-nginjak harga diri keluarga kita. Apa kata orang dan kata keluarga besar kalau kamu dicam-buk di depan semua orang. Perbuatan kamu sungguh sangat miris. Kenapa kamu ber-zi-na dengan orang lain, Nak. Apalagi di mobil pasti perbuatan kamu akan viral."
Ibu Nining, Ibunya Bang Hans menggebu-gebu mengatakan itu kepada suamiku. Namun, perlahan dia menangis di ujung perkataannya karena tidak menyangka perbuatan Bang Hans yang sudah tak pantas seperti ini kepada keluarganya.
Bayangkan saja dalam beberapa jam berita itu sudah menyebar kemana-mana. Bahkan ada media lokal yang memang siaga di Kantor untuk mendapatkan informasi langsung membuat berita sebagai pekerjaan mereka.
Kami diberi izin satu keluarga untuk berbicara satu sama lain sebelum akhirnya Bang Hans dimintai lagi keterangannya. Polisi syariat sengaja memberikan izin sebagai privasi agar kami menyelesaikan masalah kami ini dulu.
Dalam ruangan itu sudah ada aku, Bang Hans, ibu dan juga Bang Zaki mereka sengaja memberi kami privasi. Namun, mereka tetap melakukan penjagaan ketika kami berbicara.
"Maaf kan Hans, Bu. Ini semua cuma fitnah. Hans sama Delia sama sekali nggak ada hubungan apa-apa. Hubungan kami itu cuman rekan kerja dan teman biasa saja."
Aku merasa heran dengan Bang Hans sudah jelas ketahuan ada video dia di mobil yang bergoyang serta ada bukti-bukti alat pengaman dan lain-lain ketika dia berhubungan terlarang dengan Delia. Namun masih saja tidak mengaku memiliki hubungan spesial.
"Gak mungkin kamu nggak punya hubungan apa-apa sampai bisa tertangkap kayak gini. Apalagi Ibu dengar dari petugas kalau ada barang bukti yang menguatkan kamu. Kamu tahu nggak kalau kamu terancam dihukum. Reputasi kamu hancur. Kamu akan malu sebagai pejabat publik serta kamu akan dicambuk 100 kali di depan semua orang. Sebagai orang tua, Ibu sangat malu karena tidak bisa mendidik kamu dengan baik."
Bu Nining menangis lalu dia memeluk anaknya Zaki karena tidak menyangka perbuatan Bang Hans Yang keterlaluan seperti ini.
"Bu, semua Ini hanya salah paham dan pasti ada andil Rizka dalam hal ini. Semuanya nggak mungkin jadi seperti ini kalau Rizka nggak melapor. Jadi aku minta sama kamu, Rizka. Kamu katakan kepada mereka agar kasus ini tidak perlu diperpanjang dan kamu tidak masalah dengan semua ini. Agar reputasiku tidak hancur. Orang-orang tidak akan menghina ku serta aku tidak dicambuk di depan semua orang!"
Bang Hans berkata seperti itu kepadaku dengan tegas. Menatapku dengan sengit dan gak terima dia menjadi pesakitan. Aku nggak ngerti dengan dirinya. Dia meminta tolong kepadaku. Namun, perkataannya justru menyakiti hatiku. Dengan kata lain dia menyuruhku untuk berbohong di depan semua orang agar reputasinya tidak jatuh.
Ibu mertua kemudian menatapku dengan tatapan memohon. Selama ini ibu mertua itu baik kepadaku. Dia bukan mertua yang mau ikut campur urusan keluarga. Hanya saja mungkin ada rasa kecewa karena aku sampai sekarang belum hamil. Tetapi dia memaklumi karena kami baru menikah selama setahun. Jadi masalah wajar kalau setahun belum memiliki anak. Dia juga terus menyuruhku untuk berusaha agar kami mendapatkan keturunan.
Sekalipun memang ibu mertua jarang sekali untuk ikut campur urusanku dan Bang Hans. Mereka menyerahkan sepenuhnya kepadaku dan suamiku. Hanya saja ibu mertua ini sifatnya terlalu mencintai anaknya. Dia sangat sayang kepada Bang Hans dan juga Bang Zaki. Teramat sayang pada kedua anaknya itu.
"Rizka, ibu mohon sama kamu kabulkanlah permintaan Hans. Bilang kepada petugas itu agar tidak mencambuk Hans. Jangan biarkan Hans dipermalukan di depan semua orang. Ibu sangat mencintai Hans dan begitupun kamu."
Ibu mertua mulai memohon padaku agar aku memberitahu kepada petugas untuk tidak memperpanjang masalah ini dan legowo saja kalau suamiku itu selingkuh. Tetapi yang menyakiti hatiku adalah mereka sudah berbuat zina dan melakukan hubungan terlarang di belakangku.
Jika saja Bang Hans masih berkirim pesan secara biasa maka mungkin saja aku masih bisa memaafkannya. Karena dia belum melakukan hubungan badan dengan Delia. Namun kenyataannya. Entah sudah berapa kali mereka melakukan hubungan itu di mobil bahkan entah di mana mereka melakukan hubungan itu.
Dalam hukum Islam saja perbuatan mereka memang harus dimintai pertanggungjawaban dengan cara dirajam jika sudah menikah bahkan dirajam sampai mati. Sesuai syariat di daerah ini mereka hanya dirajam 100 kali. Lebih ringan kurasa hukumannya daripada hukum Islam.
"Maaf, Bu. Maafkan aku kalau tidak sependapat dengan ibu. Ibu tahu nggak perasaan aku bagaimana. Ibu tahu rasanya Bang Hans itu sangat kasar kepadaku. Dia beberapa kali melontarkan perkataan kasar ketika sudah selingkuh dengan Delia dan mencari-cari kesalahanku terus. Hingga aku memang tak sengaja melihat story' WA nya dan merasa penasaran. Ternyata Bang Hans sudah menduakan aku dengan selingkuh. Dia menyelingkuhi Delia rekan kerjanya. Hatiku sakit, Bu."
"Ibu sangat paham perasaan kamu tapi kamu juga harus memahami perasaan Hans. Mungkin saja dia khilaf melakukan itu jadi kamu harus memaafkan suami kamu, Nak. Kalian bisa kembali lagi rujuk dan membangun pernikahan. Jadi Ibu minta sama kamu. Kamu yang tabah dan sabar. Hans tidak akan dicambuk di depan semua orang kalau kamu bisa dengan lapang dada memberitahukan petugas jika kamu tidak ingin hal itu terjadi pada dia."
Ibu mertua terus membujuk. Rasa cinta kepada anaknya mengalahkan logikanya. Dia nggak tahu betapa sakitnya hatiku karena dia memang tidak pernah dikhianati oleh ayah mertua yang setia selalu kepadanya. Berbeda dengan diriku ketika diselingkuhi oleh Bang Hans yang setelah mengenal Delia berubah sikapnya kepadaku menjadi kasar dan selalu mencari-cari kesalahanku.
"Maafkan aku, Bu tapi aku tetap pada keputusanku. Ini adalah hukuman untuk Bang Hans dan juga Delia. Hukuman di dunia ini mungkin akan meringankan hukuman mereka di akhirat nanti jadi seharusnya Bang Hans harus berterima kasih kepadaku."
Ibu mertua menangis ketika aku mengatakan itu. Sementara Bang Hans nggak terima dia menatap aku nyalang. Padahal apa yang aku katakan benar. Aku justru meringankan hukuman dia akhirat nanti. Karena dia sudah berbuat zina kepada istri orang.
"Lancang kamu, Rizka!"
"Hans, kamu harus menghormati keputusan Rizka. Apa yang dia bilang itu benar. Kamu harus legowo menerima hukuman cambuk yang akan kamu rasakan karena ini memang perbuatan kamu sendiri dan ibu. Ibu nggak boleh membela dia seperti ini, Bu. Hans salah dan memang selayaknya dia dihukum!"
Bang Zaki yang dari tadi diam justru membelaku. Aku sangat speechless karena dia berlainan arah dengan Ibu dan Bang Hans.
"Diam kamu, Bang. Kenapa kamu bela Rizka. Kamu suka, 'kan sama istriku? Gak usah munafik kamu!" kata Bang Hans marah
Aku tersentak kaget. Bang Zaki suka padaku?
Bersambung.
SETELAH KITA BERPISAH 6**PoV Rizka. Aku tersentak kaget ketika Bang Hans menuduh seperti itu. Apalagi dia mengatakan kalau Bang Zaki menyukaiku? Yang benar saja. Dia hanya mencari-cari alasan untuk menutupi kesalahannya. "Jaga bicara kamu, Hans!" "Gak usah munafik, Bang. Aku tahu kalau kamu itu suka sama istriku. Padahal kamu tahu sendiri kan kalau dia itu nggak bisa punya anak. Tapi tetap Kamu suka sama dia karena alasan ini kamu nggak nikah-nikah dari dulu!" Bang Hans seenaknya saja menuduh. Aku melirik Bang Zaki. Lelaki itu tertunduk sebentar. Apakah benar apa yang dikatakan Bang Hans tapi aku tidak percaya. Setahuku memang Bang Zaki itu belum menikah karena belum bertemu jodoh yang pas karena itulah dia belum menikah. Tapi nggak mungkin juga karena aku. Dia tidak menikah. Bang Zaki adalah lelaki yang cukup tampan dan mapan. Dia memang bukan pegawai pemerintah seperti Bang Hans. Dia hanya seorang laki-laki biasa yang bekerja di Toko bangunan miliknya sendiri. Dia membangun T
Tetangga juga pasti heboh dan banyak yang akan menyaksikan hukum cambuk yang sebentar lagi akan dilaksanakan dan Bang Hans akan menjadi pesakitan yaitu dicambuk 100 kali di depan semua orang. Jabatannya akan diturunkan atau mungkin dia akan dimutasi ke daerah lain yang lebih jauh dari kediaman kami. "Diam kamu! Kenapa kamu malah bela-bela dia. Kamu senang ya sama dia. Aku tahu, kamu juga punya perasaan dengan Zaki. Dasar kamu istri gak berguna. Asal kamu tahu aja. Aku kayak gini itu juga karena kamu. Kamulah yang membuat aku menjadi kesakitan kayak gini!" Bang Hans menatapku sengit."Maksud kamu apa, Nak? Kenapa kamu malah nyalahin Rizka. Dalam hal ini kamu yang salah, Nak. Rendahkanlah perkataanmu dan minta maaflah kepada Rizka karena sebagai istri. Dia pasti terpukul akan hal ini dan kamu malah terus menyalahkan dia. Itu tidak baik. seharusnya kamu berbaik-baik kepada dia agar dia mau memohon ke petugas untuk melepaskan supaya kamu tidak dihukum cambuk." Ibu berkata ke anak kesaya
PoV Rizka. Ibu mertua terus menangis. Dia kemudian memelukku. Dia memohon kepadaku agar tidak berpisah dari anaknya. Namun, aku sudah sakit hati. Rasa sakit hatiku teramat besar. Aku nggak akan sanggup hidup dengan lelaki egois seperti Bang Hans. Kalau memang Delia mau dengan dia maka silahkan saja. Membayangkan mereka bermain di mobil dengan nafas menderu akibat hass--rat yang besar diantara keduanya membuatku semakin sakit. Hatiku rasanya bagaikan di remas. Ibu tak tahu rasanya dan tak akan pernah tahu penderitaan dan luka batin ini. Hanya orang-orang yang pernah di selingkuhi yang tahu seberapa sakit hati yang kurasakan. Meskipun sakit tak berdarah. Tetaplah ini teramat sakit. Kalau dapat mereka melihat lukaku. Pasti sangat parah dan menganga lebar. Setahu aku Delia itu adalah seorang perempuan yang memiliki anak dan juga suami. Mungkin saja kalau dia mau menikah dengan Bang Hans. Dia harus bercerai dengan suaminya dan bahkan Bang Hans harus rela hati membesarkan anak Delia. Aku
SETELAH KITA BERPISAH 8.**PoV RizkaAku duduk di kursi Kantor Wilayatul Hisbah. Sungguh rasanya kepalaku mau pecah berdebat dengan Bang Hans. Walaupun dia dengan jumawa menerima hukuman cambuk itu dan memandang hi-na, marah dan benci padaku. Aku sama sekali tak peduli. Beberapa kali Bang Hans mengancamku pun aku tak takut. Ini adalah negara hukum, dia harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Aku pun tak mau bersamanya. Setelah putusan dari Mahkamah Syar'iyah yang akan dibacakan padanya serta hukuman cambuk itu di berikan. Aku akan bergerak ke Pengadilan Agama. Rasanya seumur hidup terlalu lama untuk ku habiskan bersama Bang Hans, lelaki yang mengkhianatiku. Tapi, tangisan Bu Nining membuatku pusing. Aku sudah mengatakan kepada Ibu kalau tidak akan menarik apapun dan tidak akan meringankan hukuman apapun dari Bang Hans. Dia sudah terbukti dan secara meyakinkan mengakui perbuatannya. Tidak ada lagi yang bisa kulakukan selain menerima keputusan yang akan dibacakan Hakim sebentar l
SETELAH KITA BERPISAH 9.**PoV Author."Bagaimana keadaan kamu, Rizka?" tanya Mila menghampiri temannya itu yang terlihat lesu duduk di kantor Wilayatul Hisbah. Setelah menyaksikan ketegasan suami Delia. Rizka juga akan melakukan hal yang sama.Rizka menatap Mila yang sudah menggunakan seragam syariah dan rapi dengan kerudungnya. Tadi saat melakukan penggerebekan temannya itu masih menggunakan pakaian biasa. Namun setelah Hans ditangkap Mila pulang sebentar untuk mengganti pakaiannya dan datang lagi ke kantor untuk bekerja.Mila duduk di sisi Rizka di kursi Kantor. Mila tahu kalau Rizka sedang bingung, sedih dan marah. Mungkin sebentar lagi rumah tangganya akan berakhir setelah kejadian memalukan ini."Aku baik, Mila. Aku tadi baru saja menerima telepon dari Tante yang akan datang ke Rumah untuk mengunjungiku. Keluarga sangat shock mendengar ini semua. Dia juga marah sama aku karena mendengar dari orang lain. Aku merasa malu dengan kelakuan Bang Hans.""Sabar Rizka. Aku sudah mengata
SETELAH KITA BERPISAH 10.**PoV Rizka.Aku sedang duduk di dekat jendela kamarku. Sesekali memandang ke arah luar. Tidak menyangka kalau Rumah tanggaku akan berakhir begitu saja. Tapi ini adalah keputusanku. Aku harus bertanggung jawab atas apa yang sudah ku pilih dan tidak akan pernah menyesal."Rizka, minum dulu tehnya," kata Tante Dina padaku. Aku mengulas senyum menerima pemberiannya. Tante Dina meletakkan dengan lembut teh yang sudah dibuatnya di nakas."Terima kasih, Tante."Ketika ku katakan itu Tante Dina berdiri di belakangku lalu mengelus punggungku. Aku tahu sikapnya itu berusaha memberikan kekuatan kepadaku atas apa yang sedang kuhadapi sekarang."Tante suruh Yuda beli nasi dan lauk, nasi bungkus saja. Ternyata di daerah sini ada menjual masakan khas Padang. Kita cobain ya," kata Tante Dina."Iya, Tante. Aku juga beberapa kali makan di situ. Masakannya enak." Aku memberikan seulas senyum.Beberapa saat kami terdiam. Aku tahu Tante Dina juga tidak tahu berbicara apa. Takut
SETELAH KITA BERPISAH BAB 11**PoV Rizka.Hari ini suasana cukup kondusif karena hari ini adalah hari yang ku tunggu-tunggu di mana Bang Hans beserta gundiknya akan dicambuk 100 kali. Kami sudah mengambil tempat untuk duduk menyaksikan algojo melakukan tugasnya.Aku datang bersama Tante Dina dan juga Yuda, adikku. Sebenarnya berita ini juga sudah viral sampai ke kampung halaman ku yang berjarak 3 jam perjalanan. Orang-orang Kampung sana sudah tahu bagaimana kelakuan Bang Hans karena sudah masuk berita nasional.Aku tahu mungkin ketika aku pulang ke sana. Aku akan menjadi cibiran orang. Ada yang menyemangatiku tapi ada juga yang akan menghujat. Itu sudah pasti. Namun semua tidak ku pikirkan. Kita tidak perlu memikirkan setiap perkataan orang lain yang penting aku nyaman dalam kehidupanku sekarang. Apapun perkataan orang meskipun aku nantinya akan menjadi janda, aku sudah siap."Rizka ..." Mila datang mengambil tempat duduk. Dia menggunakan seragam Wilayatul Hisbah. Rizka adalah temank
Meskipun Bang Hans terlihat sok tegar, tetap saja dia pias dan ketakutan. Bang Hans tidak bisa menyembunyikan dari diriku rasa takutnya. Dia hanya bersikap sok berani saja. Dia juga malu ternyata banyak orang yang menonton terutama petinggi dan pejabat publik. Bang Hans tau kalau dia tidak akan lolos dari hukuman ini. Meskipun Ibunya menyuruhku meminta ke Hakim tetap saja Bang Hans harus menerima hukuman ini karena sudah banyak bukti-bukti yang memberatkan dirinya. Begitupun dengan selingkuhannya mereka berdua sama. Jadi dia bersikap sombong padaku seolah berani padahal dia penakut. Dia bergetar berdiri di panggung di saksikan banyak orang. Setelah dinyatakan sehat, algojo mulai melaksanakan tugasnya. Rotan mendarat ke punggung terpidana sesuai hitungan dari jaksa. Yang mula-mula di hukum cambuk adalah Bang Hans. Proses cambuk keduanya melibatkan dua algojo. Satu algojo mencambuk dengan kelipatan 20 kali. Tim kesehatan berkali-kali menawarkan kedua terdakwa air minum. Delia menerim