Beranda / Rumah Tangga / SESAL SANG MANTAN / 3. Misteri Gaji Suami

Share

3. Misteri Gaji Suami

Penulis: Dian Apriria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-01 11:21:19

Mertua dan menantu itu beberapa lama saling pandang. Isi pikiran mereka sepertinya serupa, tetapi keduanya sama-sama tak percaya dan ingin membantah. Terdiam tanpa kata, tetapi air muka dan tatapan mereka telah saling mengungkapkan segalanya.

“Kita nggak boleh gegabah menuduh dulu, Ranti. Nggak mungkin Irwan itu ....” Ucapan Bu Ine terhenti.

Pikirannya berkecamuk akan tetap mencurigai putranya sendiri atau mencoba mencarikan alasan yang lain lagi demi menjawab tanda tanya besar dalam hati. Sebagai ibu, ia tentu berkeinginan membela Irwan dengan segenap hati. Tapi fakta-fakta yang barusan terungkap membuat naluri sebagai wanitanya juga terlukai. Ia jadi sedikit merasa kasihan pada nasib Ranti selama ini. Kuat sekali wanita itu hanya dijatah tiga juta dengan kebutuhan yang sedemikian banyaknya. Dan menantunya itu sama sekali tak pernah terdengar mengeluh atau protes selama ini. Mau tak mau hatinya jadi ikut terenyuh. Hatinya seluas apa si Ranti ini, pikirnya sambil merasa bersalah telah sering ikut mencaci dan mengatai menantu satu-satunya ini.

Sementara Ranti tak mau berasumsi apa-apa. Kecurigaan yang selama ini selalu ditepisnya dengan terus berusaha berprasangka baik terhadap suami sendiri kini terasa semakin nyata. Dihelanya napas panjang dan kemudian mendudukkan diri di ranjang. Koper penuh bajunya tergeletak begitu saja di lantai.

Sambil melirik kembali ke arah koper menantunya, Bu Ine mencoba membujuk Ranti.

“Kamu tinggal dulu aja di sini, Ranti. Setidaknya temani Ibu sampai Irwan kembali ke rumah ini. Ibu yakin dia cuma marah sebentar aja, nanti juga kembali—“

Ranti segera memotong perkataan mertuanya,

“Mas Irwan pergi ke mana sekarang, Bu? Biar Ranti cari aja sampai ketemu!” Ranti bangkit dengan tekad yang membulat. Setidaknya ia harus tahu di mana Irwan sekarang. Pergi ke mana pria yang telah melempar talak kepadanya itu.

“Mana Ibu tahu, Ranti. Mungkin ... mungkin ke rumah temannya, atau—“

“Atau ke rumah selingkuhannya!” tukas Ranti dengan nada pasti.

Kecurigaannya selama ini semakin terlukis nyata di pikiran. Kalau tidak selingkuh, tidak mungkin uang sisa gaji Irwan tak pernah ada. Pasti semua diberikan untuk wanita simpanannya! Ya, hanya itu kemungkinan paling logis yang bisa disimpulkan.

“Ranti! Sudah Ibu bilang kan jangan gegabah menuduh sembarangan! Irwan itu nggak mungkin punya wanita lain—“

“Tapi kalau begitu ke mana perginya sisa uang gaji yang banyak itu, Bu? Dipakai untuk apa kalau bukan untuk wanita lain? Pantas saja Mas Irwan itu selalu mengataiku buluk dan nggak cantik lagi. Rupanya sudah kepincut sama wanita lain. Wanita lain dibiayai begitu banyak ya pastilah bisa perawatan diri!” Ranti mencerocos lepas kendali.

Permasalahan ekonomi mungkin masih sanggup dia atasi dan maklumi. Tapi kalau sudah perkara perselingkuhan, itu hal yang lain lagi. Demi apa pun ia tak akan mau mengampuni pengkhianatan seperti itu!

“Jangan ngawur, Ranti. Bisa aja mungkin Irwan pakai uangnya untuk investasi atau disimpan untuk anak-anak kalian nanti, atau ....”

Bu Ine mengajukan berbagai kemungkinan yang bisa untuk membela putranya. Ia sendiri tak percaya kalau Irwan sampai tega berbuat seperti itu kepada istrinya sendiri. Padahal dulu Irwan dan Ranti serasi dan saling mencintai. Wanita itu kembali mencoba menghubungi Irwan. Namun tetap saja, hanya dering panggilan tanpa jawaban yang terdengar dari telepon genggam.

Tiba-tiba Ranti teringat kalau beberapa kali Irwan pernah menyebutkan nama seorang wanita rekan kerjanya. Mona, ya, itu nama yang beberapa kali disebut Irwan kala pria itu dengan teganya mencerca penampilan Ranti saat akan diajak kondangan. Saat itu bahkan Irwan batal mengajak Ranti ikut karena katanya malu kalau sampai Ranti jadi bahan gunjingan.

“Kamu itu harusnya belajar gimana caranya berpenampilan! Masa’ mau ke kondangan bos aku kamu kayak gitu dandannya? Bisa malu aku! Biar aku pergi sendiri aja! Atau sama Mona sekalian!”

“Mona? Mona siapa, Mas?” Kala itu batin Ranti sebenarnya sudah terusik. Tapi Irwan tak menggubris dan langsung pergi begitu saja dengan alasan sudah sangat terlambat menghadiri undangan jamuan.

Ranti yang malang. Bahkan untuk kondangan ia sudah tak lagi punya gamis yang pantas. Apa daya, bukan ia tak bisa berdandan atau menjaga penampilan, tetapi gamis mewah semasa single-nya sudah tak lagi muat ukuran di badan. Dan dua tahun menikah Irwan belum pernah melebihkan uang untuk Ranti bisa beli gamis apalagi peralatan make up atau skin care. Tapi dia menuntut Ranti bisa tampil cetar saat akan diajak kondangan? Gimana bisa?

Sementara uang hasil novelnya saja banyak yang terpakai untuk menutup kebutuhan bulanan. Biaya kontrol Bu Ine yang tak sedikit juga dengan sukarela ia tanggung demi mengabdi pada mertua dan suami. Dianggapnya membantu suami adalah juga kewajibannya sebagai istri. Sampai ia lupa dengan keperluan dirinya sendiri. Tapi apa balasan Irwan kini? Bukannya berterima kasih dan menjaga kesetiaan diri pada janji suci rumah tangga mereka, tetapi malah bermain api seenaknya sendiri!

“Aku tahu ke mana Mas Irwan, Bu!” Spontan Ranti berdiri dan beranjak pergi. Ia hanya mengambil tas tangan berisi HP dan dompet untuk kemudian memesan ojek online.

“Ranti! Ke mana kamu? Ibu ikut!” seru Bu Ine yang mencoba mengikuti langkah sang menantu.

Ranti sudah tak mau menanggapi rengekan mertuanya itu. Pikirannya dipenuhi oleh kemungkinan terburuk yang tampaknya segera akan ia hadapi. Sambil menunggu sang ojek datang, jemarinya berselancar membuka akun sosial media Irwan. Di-scroll-nya untuk memeriksa beberapa unggahan foto terbaru Irwan bersama para rekan kerjanya. Ia yakin akan mendapati Mona di salah satu tag foto-foto bersama tersebut. Dan ya, beberapa saat meneliti, ditemuinya nama Mona di sana. Sebuah profil lengkap dengan tag alamat serta foto-foto di depan rumahnya membuat Ranti yakin ke mana ia akan pergi mencari sang suami.

Bu Ine yang tertinggal hanya bisa mondar-mandir di ruang tamu sendiri. Ia terus mencoba menghubungi nomor Irwan kembali. Meski sedari tadi tak pernah ada niatan Irwan untuk menjawab panggilannya sama sekali. Pria yang sedang menuju ke rumah wanita lain dambaannya itu sedang dipenuhi emosi. Dalam kondisi seperti itu, mana mau ia menjawab panggilan ibunya? Sudah pasti hanya akan mendapat omelan lagi dan lagi. Sudah cukup! Ia pria dewasa yang punya kebutuhan dan kesenangan diri pribadi. Bukan hanya untuk melayani dua wanita merepotkan yang ada di rumah tadi, pikirnya berkeras hati. Dengan kesal dilemparnya ponsel ke jok belakang mobil agar dering berisiknya tak terdengar lagi.

“Cuma Mona yang bisa menghiburku malam ini! Penat banget di rumah cuma disuguhi wajah buluk istri!” pungkasnya berbicara sendiri sambil mempercepat laju mobilnya ke arah rumah wanita yang ia sebut Mona tadi.

bersambung ….

Bab terkait

  • SESAL SANG MANTAN   4. Tertangkap Basah

    Sementara itu, ojek online yang telah tiba langsung mengantar Ranti ke rumah Mona juga. Sepanjang perjalanan, hati Ranti kebat-kebit, antara berharap kecurigaannya akan perselingkuhan Irwan tidak terbukti tapi juga naluri yang merasa hal itu sangat besar kemungkinan memang terjadi."Mbak, sudah sampai. Di sini kan alamatnya?" Terkejut, Ranti geragapan karena sedari tadi rupanya ia melamun saja. Ya Tuhan, bahaya sekali melamun semalam ini dengan ojek tak dikenal pula.Usai turun dan meminta untuk ditunggu sebentar oleh si Abang ojek, Ranti mendekati sebuah rumah di hadapannya yang memang persis seperti rumah yang ada di foto Mona. Ada nomor 65 di pagar hitam kayu tertutupnya.Jam yang sudah menunjuk angka delapan malam membuat Ranti ragu dan beberapa kali menoleh ke belakang. Takut-takut kalau ada orang lingkungan situ yang akan mencurigainya. Tapi tujuannya sudah bulat. Ia harus memeriksa apa benar suaminya ke situ atau tidak. Apa benar suaminya ada main dengan Mona atau tidak.Jantun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SESAL SANG MANTAN   5. Terguncang

    Di malam itu, Bu Ine pingsan sebab serangan jantung. Wanita separuh baya yang memang telah memiliki riwayat tensi tinggi dan risiko serangan jantung itu terlalu terguncang hingga tubuhnya tak kuat lagi bertahan. Tubuh tua itu terbaring di lantai sebelah meja telepon dengan tanpa ada seorang pun di rumahnya. Tentu saja kondisi itu sudah terbayang kini di benak Ranti.Dan ia yang masih menyayangi sang ibu mertua meski bagaimanapun amarahnya pada Irwan, langsung menelepon ambulance rumah sakit langganan Bu Ine untuk menjemput beliau. Dan ia juga bergegas minta diantar oleh ayahnya untuk kembali ke rumah Bu Ine. Dalam perjalanan, ia sibuk menelepon Irwan meskipun tahu ponselnya sedang dimatikan. Astaga! Pria itu tak sadarkah bahwa ibunya tengah dalam bahaya? Berasyik masyuk dengan wanita lain membuatnya lupa daratan dan hilang akal! Akhirnya ia berkirim pesan yang mengabarkan agar segera menyusul mereka ke rumah sakit yang dituju. Rasa bersalah kini menyelimuti benak Ranti.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SESAL SANG MANTAN   6. Dikiranya Gampang?

    Ranti menghela napas panjang. Ia masih sedikit khawatir dengan keadaan Bu Ine. Tapi, untuk tetap bertahan di sana dan berada dalam satu ruangan dengan Irwan ia sudah tak nyaman. Pokoknya sebisa mungkin ia akan menghindar. Pria dengan kelakuan busuk itu kini telah membuatnya muak. Pengorbanan dan kepatuhannya selama ini sebagai istri rupanya sama sekali tak dihargai. Balasan yang ia terima justru adalah pengkhianatan yang begitu menyakitkan. Sesampai di rumah, Bu Hana masih menahan HP sang putri. Wanita keibuan itu tahu betul Ranti pasti masih kepikiran aka kondisi mertuanya. Dan ia hanya berjaga agar tak sampai Ranti terbujuk untuk mengasihani Irwan si brengsek itu. Ia sudah tak mau lagi putrinya akan luluh dimanfaatkan lagi oleh lelaki kurang ajar yang sayangnya adalah menantunya itu. Lebih baik Ranti bercerai dengan tenang dan menjalani kembali kehidupannya. Toh putrinya masih muda. Sementara Irwan kebingungan membujuk ibunya agar mau hanya diurus oleh dirinya saja. Mau bagaimana

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   7. Cantik Rupa Busuk Hati

    Irwan lalu mengalah dan berpikir ibunya nanti juga pasti tak akan meminta hal-hal aneh di hadapan Mona. Toh, ibunya pasti paham kalau Mona bukan seperti Ranti. Penampilan mereka berdua saja sudah jauh berbeda. Ranti yang sederhana dan apa adanya sebab hanya di rumah saja. Sementara Mona yang selalu cetar dengan riasan lengkap dan wangi menguar ke mana-mana. Sungguh tidak pantas memang kalau Mona yang merawat ibunya.Sepeninggal Mona dari ruangan kerjanya, Irwan akhirnya langsung mengambil inisiatif untuk menghubungi agency penyalur asisten rumah tangga yang ia ketahui. Ada beberapa kawannya yang sudah sering merekomendasikan kontak agency itu setiap kali Irwan datang ke kondangan tidak membawa istri.“Kamu itu seharusnya punya pelayan di rumah, Irwan. Biar istri kamu nggak kerepotan dan jadi bisa ikut kamu kalau acara di luar perusahaan. Lihatlah, semua membawa istrinya masing-masing tapi kamu selalu aja sendirian, seperti pria single nggak laku aja kamu!” sindir Herman, salah seorang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   8. Menata Hati

    Sementara itu, Ranti yang berada di rumah orangtuanya mulai menata hati. Ia tak mau menyibukkan diri dengan mencemaskan Bu Ine karena toh mantan ibu mertuanya itu pasti telah dirawat dengan baik oleh putranya sendiri. Biar Irwan tahu bagaimana cerewetnya Bu Ine selama ini. Biar Irwan akhirnya akan bisa menyadari dan menghargai usaha keras Ranti di rumah itu untuk mengambil hati Bu Ine. Dikiranya mungkin gampang untuk berperan sebagai istri sekaligus menantu yang baik di rumah itu?Kesehariannya kini dihabiskan dengan semakin tekun menulis novel online. Setidaknya karena penghasilan dari novel online itu ia tak perlu cemas meskipun kini akan menjadi janda. Bahkan sejak masih menjadi istri Irwan saja pendapatannya sudah sangat berguna untuk menutupi segala kebutuhan yang kurang. Untung sekali dirinya punya pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah saja tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istru pun menantu elama ini. Yah, meskipun ternyata menurut Irwan masih kurang pengorbanan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   9. Daftar Tuntutan

    Sekitar dua minggu kemudian, surat cerai datang ke rumah orangtua Ranti dibawakan oleh pengacara Irwan. Ranti yang sudah berancang-ancang pun tak mau gegabah. Dihubunginya dulu pengacaranya sendiri yang tak lain adalah Dewi, sahabatnya.Dewi lantas mengambil alih urusan tersebut sebab ada beberapa hal yang Ranti ingin pastikan tercantum dalam surat gugatan cerai tersebut. Dia tidak bodoh seperti wanita v6 yang setelah diselingkuhi tak mendapat apa pun dari mantan suami. Minimal ia harus mencantumkan klausal perihal bukti Irwan telah berselingkuh agar semua biaya perceraian dan juga pembagian gono-gini didapatnya dengan mulus.Bukan matre, tapi Ranti hanya ingtin membuat Irwan kapok dan mendapatkan balasan yang setimpal karena telah mengkhianati dirinya dengan wanita lain. Jelas ia tak rela kalau harta gono-gininya akan jatuh ke tangan si pelakor meskipun ia sendiri juga tak akan sudi memakai harta tersebut. Ia sudah berniat akan menyumbangkan semuanya ke panti asuhan saja. Lumayan be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   10. Pedihnya Sanksi Sosial

    "Dasar pelakor kamu!”“Wanita tak tahu malu! Tukang rebut suami orang!”“Cantik-cantik cuma buat gaet suami orang! Rugi banget jadi wanita!”“Semoga wajahmu berubah buruk dan nggak ada lagi yang mau kenal sama kamu! Karma itu ada! Camkan itu!”Serentetan cercaan muncul di notifikasi akun sosial media milik Mona. Ia histeris pagi itu kala mengecek ponselnya dan mengetahui berbagai hujatan tengah dilemparkan oleh netizen terhadapnya.“Sial! Ini pasti kerjaan si mantan istri kamu, nih!” Mona mendengkus marah seraya menatap tajam pada Irwan yang masih mengeringkan rambut dengan handuk.Ia dan Mona memang sudah semakin bebas bermalam di satu atap karena toh mereka merasa proes perceraian antara Irwan dengan Ranti sedang berlangsung. Mereka semakin tak tahu malu dalam menuntaskan hubungan haram entah itu di hotel atau di rumah Mona yang ternyata selama ini cicilannya dibayar oleh Irwan. Pantas saja uang gajinya selalu musnah entah ke mana. Rupanya Mona yang menikmati semuanya.“Ada apa sih,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   1. Mendadak Dicampakkan

    "Suamimu mana, Ranti? Belum pulang juga jam segini?" Bu Ine bertanya sambil memandang bergantian ke arah jam dinding dan pintu depan.Ranti yang tadinya menyibukkan diri dengan draft novel di laptop akhirnya menjawab letih,"Belum, Bu. Sudah kutanya pulang jam berapa tapi katanya masih ada lembur."Biasanya ia mengetik di dalam kamar, tetapi karena sambil menunggu sang suami pulang, maka diboyongnya laptop kesayangan ke ruang tamu."Duh, Irwan ini kok semakin hari lemburnya semakin malam saja. Kalau sakit gimana?" gerutu sang ibu mertua seraya mengentakkan kaki lalu kembali masuk ke kamar.Ranti menghela napas panjang. Kejadian serupa ini telah berulang di hampir setiap malam belakangan. Ya, suaminya pulang selalu terlambat dan ibu mertua seolah menyalahkan Ranti atas hal itu.Segera ia meraih ponsel dan kembali mengirim pesan pertanyaan yang sama soal posisi di mana dan mau pulang jam berapa. Chat itu sejak tadi belum dijawab meskipun sudah terbaca. Namun, tentu saja ia tak bisa meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • SESAL SANG MANTAN   10. Pedihnya Sanksi Sosial

    "Dasar pelakor kamu!”“Wanita tak tahu malu! Tukang rebut suami orang!”“Cantik-cantik cuma buat gaet suami orang! Rugi banget jadi wanita!”“Semoga wajahmu berubah buruk dan nggak ada lagi yang mau kenal sama kamu! Karma itu ada! Camkan itu!”Serentetan cercaan muncul di notifikasi akun sosial media milik Mona. Ia histeris pagi itu kala mengecek ponselnya dan mengetahui berbagai hujatan tengah dilemparkan oleh netizen terhadapnya.“Sial! Ini pasti kerjaan si mantan istri kamu, nih!” Mona mendengkus marah seraya menatap tajam pada Irwan yang masih mengeringkan rambut dengan handuk.Ia dan Mona memang sudah semakin bebas bermalam di satu atap karena toh mereka merasa proes perceraian antara Irwan dengan Ranti sedang berlangsung. Mereka semakin tak tahu malu dalam menuntaskan hubungan haram entah itu di hotel atau di rumah Mona yang ternyata selama ini cicilannya dibayar oleh Irwan. Pantas saja uang gajinya selalu musnah entah ke mana. Rupanya Mona yang menikmati semuanya.“Ada apa sih,

  • SESAL SANG MANTAN   9. Daftar Tuntutan

    Sekitar dua minggu kemudian, surat cerai datang ke rumah orangtua Ranti dibawakan oleh pengacara Irwan. Ranti yang sudah berancang-ancang pun tak mau gegabah. Dihubunginya dulu pengacaranya sendiri yang tak lain adalah Dewi, sahabatnya.Dewi lantas mengambil alih urusan tersebut sebab ada beberapa hal yang Ranti ingin pastikan tercantum dalam surat gugatan cerai tersebut. Dia tidak bodoh seperti wanita v6 yang setelah diselingkuhi tak mendapat apa pun dari mantan suami. Minimal ia harus mencantumkan klausal perihal bukti Irwan telah berselingkuh agar semua biaya perceraian dan juga pembagian gono-gini didapatnya dengan mulus.Bukan matre, tapi Ranti hanya ingtin membuat Irwan kapok dan mendapatkan balasan yang setimpal karena telah mengkhianati dirinya dengan wanita lain. Jelas ia tak rela kalau harta gono-gininya akan jatuh ke tangan si pelakor meskipun ia sendiri juga tak akan sudi memakai harta tersebut. Ia sudah berniat akan menyumbangkan semuanya ke panti asuhan saja. Lumayan be

  • SESAL SANG MANTAN   8. Menata Hati

    Sementara itu, Ranti yang berada di rumah orangtuanya mulai menata hati. Ia tak mau menyibukkan diri dengan mencemaskan Bu Ine karena toh mantan ibu mertuanya itu pasti telah dirawat dengan baik oleh putranya sendiri. Biar Irwan tahu bagaimana cerewetnya Bu Ine selama ini. Biar Irwan akhirnya akan bisa menyadari dan menghargai usaha keras Ranti di rumah itu untuk mengambil hati Bu Ine. Dikiranya mungkin gampang untuk berperan sebagai istri sekaligus menantu yang baik di rumah itu?Kesehariannya kini dihabiskan dengan semakin tekun menulis novel online. Setidaknya karena penghasilan dari novel online itu ia tak perlu cemas meskipun kini akan menjadi janda. Bahkan sejak masih menjadi istri Irwan saja pendapatannya sudah sangat berguna untuk menutupi segala kebutuhan yang kurang. Untung sekali dirinya punya pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah saja tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istru pun menantu elama ini. Yah, meskipun ternyata menurut Irwan masih kurang pengorbanan

  • SESAL SANG MANTAN   7. Cantik Rupa Busuk Hati

    Irwan lalu mengalah dan berpikir ibunya nanti juga pasti tak akan meminta hal-hal aneh di hadapan Mona. Toh, ibunya pasti paham kalau Mona bukan seperti Ranti. Penampilan mereka berdua saja sudah jauh berbeda. Ranti yang sederhana dan apa adanya sebab hanya di rumah saja. Sementara Mona yang selalu cetar dengan riasan lengkap dan wangi menguar ke mana-mana. Sungguh tidak pantas memang kalau Mona yang merawat ibunya.Sepeninggal Mona dari ruangan kerjanya, Irwan akhirnya langsung mengambil inisiatif untuk menghubungi agency penyalur asisten rumah tangga yang ia ketahui. Ada beberapa kawannya yang sudah sering merekomendasikan kontak agency itu setiap kali Irwan datang ke kondangan tidak membawa istri.“Kamu itu seharusnya punya pelayan di rumah, Irwan. Biar istri kamu nggak kerepotan dan jadi bisa ikut kamu kalau acara di luar perusahaan. Lihatlah, semua membawa istrinya masing-masing tapi kamu selalu aja sendirian, seperti pria single nggak laku aja kamu!” sindir Herman, salah seorang

  • SESAL SANG MANTAN   6. Dikiranya Gampang?

    Ranti menghela napas panjang. Ia masih sedikit khawatir dengan keadaan Bu Ine. Tapi, untuk tetap bertahan di sana dan berada dalam satu ruangan dengan Irwan ia sudah tak nyaman. Pokoknya sebisa mungkin ia akan menghindar. Pria dengan kelakuan busuk itu kini telah membuatnya muak. Pengorbanan dan kepatuhannya selama ini sebagai istri rupanya sama sekali tak dihargai. Balasan yang ia terima justru adalah pengkhianatan yang begitu menyakitkan. Sesampai di rumah, Bu Hana masih menahan HP sang putri. Wanita keibuan itu tahu betul Ranti pasti masih kepikiran aka kondisi mertuanya. Dan ia hanya berjaga agar tak sampai Ranti terbujuk untuk mengasihani Irwan si brengsek itu. Ia sudah tak mau lagi putrinya akan luluh dimanfaatkan lagi oleh lelaki kurang ajar yang sayangnya adalah menantunya itu. Lebih baik Ranti bercerai dengan tenang dan menjalani kembali kehidupannya. Toh putrinya masih muda. Sementara Irwan kebingungan membujuk ibunya agar mau hanya diurus oleh dirinya saja. Mau bagaimana

  • SESAL SANG MANTAN   5. Terguncang

    Di malam itu, Bu Ine pingsan sebab serangan jantung. Wanita separuh baya yang memang telah memiliki riwayat tensi tinggi dan risiko serangan jantung itu terlalu terguncang hingga tubuhnya tak kuat lagi bertahan. Tubuh tua itu terbaring di lantai sebelah meja telepon dengan tanpa ada seorang pun di rumahnya. Tentu saja kondisi itu sudah terbayang kini di benak Ranti.Dan ia yang masih menyayangi sang ibu mertua meski bagaimanapun amarahnya pada Irwan, langsung menelepon ambulance rumah sakit langganan Bu Ine untuk menjemput beliau. Dan ia juga bergegas minta diantar oleh ayahnya untuk kembali ke rumah Bu Ine. Dalam perjalanan, ia sibuk menelepon Irwan meskipun tahu ponselnya sedang dimatikan. Astaga! Pria itu tak sadarkah bahwa ibunya tengah dalam bahaya? Berasyik masyuk dengan wanita lain membuatnya lupa daratan dan hilang akal! Akhirnya ia berkirim pesan yang mengabarkan agar segera menyusul mereka ke rumah sakit yang dituju. Rasa bersalah kini menyelimuti benak Ranti.

  • SESAL SANG MANTAN   4. Tertangkap Basah

    Sementara itu, ojek online yang telah tiba langsung mengantar Ranti ke rumah Mona juga. Sepanjang perjalanan, hati Ranti kebat-kebit, antara berharap kecurigaannya akan perselingkuhan Irwan tidak terbukti tapi juga naluri yang merasa hal itu sangat besar kemungkinan memang terjadi."Mbak, sudah sampai. Di sini kan alamatnya?" Terkejut, Ranti geragapan karena sedari tadi rupanya ia melamun saja. Ya Tuhan, bahaya sekali melamun semalam ini dengan ojek tak dikenal pula.Usai turun dan meminta untuk ditunggu sebentar oleh si Abang ojek, Ranti mendekati sebuah rumah di hadapannya yang memang persis seperti rumah yang ada di foto Mona. Ada nomor 65 di pagar hitam kayu tertutupnya.Jam yang sudah menunjuk angka delapan malam membuat Ranti ragu dan beberapa kali menoleh ke belakang. Takut-takut kalau ada orang lingkungan situ yang akan mencurigainya. Tapi tujuannya sudah bulat. Ia harus memeriksa apa benar suaminya ke situ atau tidak. Apa benar suaminya ada main dengan Mona atau tidak.Jantun

  • SESAL SANG MANTAN   3. Misteri Gaji Suami

    Mertua dan menantu itu beberapa lama saling pandang. Isi pikiran mereka sepertinya serupa, tetapi keduanya sama-sama tak percaya dan ingin membantah. Terdiam tanpa kata, tetapi air muka dan tatapan mereka telah saling mengungkapkan segalanya.“Kita nggak boleh gegabah menuduh dulu, Ranti. Nggak mungkin Irwan itu ....” Ucapan Bu Ine terhenti. Pikirannya berkecamuk akan tetap mencurigai putranya sendiri atau mencoba mencarikan alasan yang lain lagi demi menjawab tanda tanya besar dalam hati. Sebagai ibu, ia tentu berkeinginan membela Irwan dengan segenap hati. Tapi fakta-fakta yang barusan terungkap membuat naluri sebagai wanitanya juga terlukai. Ia jadi sedikit merasa kasihan pada nasib Ranti selama ini. Kuat sekali wanita itu hanya dijatah tiga juta dengan kebutuhan yang sedemikian banyaknya. Dan menantunya itu sama sekali tak pernah terdengar mengeluh atau protes selama ini. Mau tak mau hatinya jadi ikut terenyuh. Hatinya seluas apa si Ranti ini, pikirnya sambil merasa bersalah tela

  • SESAL SANG MANTAN   2. Terungkap Fakta

    “Ya Allah, kenapa semua bisa jadi begini, sih? Kamu kok nggak pernah bilang apa-apa sama Ibu, Ranti? Kamu nggak menghargai Ibu sebagai orangtua? Iya?”Serasa belum cukup guncangan hidup yang dialami Ranti barusan, sang ibu mertua justru malah menggarami luka dengan lagi-lagi mempersalahkannya.Ranti memilih bungkam. Tubuhnya yang goyah saja belum mampu ia tegakkan, Bu Ine malah dengan tanpa empatinya menagih penjelasan dengan nada menumpahkan kesalahan. Mengapa sebagai sesama wanita bahkan ia tak sadar bila menantu di hadapannya kini tengah terajam? Sungguh, memang ada makhluk yang hatinya bisa sedemikian tanpa perasaan!“Kamu sudah melakukan apa sampai suami kamu minta cerai gitu, ha?” teriak Bu Ine tampak gemas karena merasa tak tahu apa-apa.Ranti menghela napas panjang sebelum kemudian menumpahkan perasaan. Tidak, ia tak akan menangis kali ini. Tidak lagi. Sudah cukup di malam-malam yang lalu ia menangis di atas sajadah dan mengadukan semua perlakuan buruk Irwan terhadapnya. Tenta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status