Beranda / Rumah Tangga / SESAL SANG MANTAN / 6. Dikiranya Gampang?

Share

6. Dikiranya Gampang?

Penulis: Dian Apriria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-20 15:25:44

Ranti menghela napas panjang. Ia masih sedikit khawatir dengan keadaan Bu Ine. Tapi, untuk tetap bertahan di sana dan berada dalam satu ruangan dengan Irwan ia sudah tak nyaman. Pokoknya sebisa mungkin ia akan menghindar. Pria dengan kelakuan busuk itu kini telah membuatnya muak. Pengorbanan dan kepatuhannya selama ini sebagai istri rupanya sama sekali tak dihargai. Balasan yang ia terima justru adalah pengkhianatan yang begitu menyakitkan.

Sesampai di rumah, Bu Hana masih menahan HP sang putri. Wanita keibuan itu tahu betul Ranti pasti masih kepikiran aka kondisi mertuanya. Dan ia hanya berjaga agar tak sampai Ranti terbujuk untuk mengasihani Irwan si brengsek itu. Ia sudah tak mau lagi putrinya akan luluh dimanfaatkan lagi oleh lelaki kurang ajar yang sayangnya adalah menantunya itu. Lebih baik Ranti bercerai dengan tenang dan menjalani kembali kehidupannya. Toh putrinya masih muda.

Sementara Irwan kebingungan membujuk ibunya agar mau hanya diurus oleh dirinya saja. Mau bagaimana, tampaknya Ranti ingin membalas dendam terhadapnya. Ponselnya tidak aktif dan kalaupun aktif, ia hanya berdering tanpa pernah diangkat oleh si empunya. Sialan betul!

“Udahlah, Bu. Jangan panggil Ranti terus. Yang anak Ibu itu kan aku. Ini aku udah di sini, Bu. Aku yang akan merawat Ibu, jangan kuatir,” bujuknya untuk ke sekian kali. Namun, Bu Ine yang terlanjur nyaman oleh perhatian dan ketelatenan Ranti dalam mengurusnya selama ini merasa sangat kehilangan sosok sang menantu.

“Kamu mana bisa diandalkan, Irwan! Besok pagi-pagi kamu pasti udah langsung pamit mau kerja. Lalu gimana sama Ibu di rumah sendirian aja, Irwan? Kamu pikir Ibu bisa mandiri ngapa-ngapain sendiri dalam kondisi begini?” Bu Ine memprotes.

Irwan menelan ludah dengan susah payah. Ibunya memang menjadi manja bila sedang sakit begitu. Maunya rebahan saja di kamar dan minta semuanya diurusin. Seperti diambilkan makanan kesukaannya, dibuatkan minuman hangat yang sesuai seleranya dan bahkan seringnya minta terus-menerus dipijat kaki atau punggungnya.

Itu semua biasa dilakukan oleh Ranti dengan senang hati. Ranti selalu berusaha memenuhi serta menuruti keinginan sang ibu mertua demi agar hubungan mereka tetap terjaga dengan baik. Yah, meskipun dirinya harus rela tak sempat mengurus diri sendiri hingga kemudian Irwan yang mengatainya buluk dan tak cantik lagi!

Irwan tak bisa menjawab. Ia memang harus tetap bekerja sebab perusahaannya terhitung ketat mengenai izin absensi karyawan. Sebagai manager marketing di sebuah perusahaan produksi sepatu import di daerahnya itu, Irwan jarang sekali bisa mengambil cuti. Karena tanggung jawabnya yang besar menyangkut kelangsungan order perusahaan.

“Nanti Irwan akan carikan pelayan saja untuk merawat dan melayani Ibu selama Irwan kerja,” jawab Irwan mengutarakan solusi termudah yang bisa ia pikirkan untuk saat itu.

Bu Ine hanya mencebik. Wanita yang terbiasa cerewet dan hanya bisa cocok dengan pelayanan dari Ranti itu ragu apakah bisa nanti pelayan yang disewa oleh Irwan merawatnya sebaik Ranti? Bukankah kalau dilayani oleh menantunya sendiri mereka justru menghemat biaya sekaligus juga pasti cocok dengan kemauannya selama ini?

“Susul saja Ranti ke rumah orangtuanya, Irwan. Gitu aja kok repot!” tegur Bu Ine kemudian. Tampaknya wanita itu belum juga paham bahwa Ranti sudah muak dan tak akan pernah mau lagi tinggal bersama mereka dengan alasan apa pun.

Irwan menggeleng tegas. “Irwan akan bercerai dengan Ranti, Bu. Jadi Ibu sebaiknya udah nggak usah lagi ingat-ingat dia.”

“Irwan! Kamu itu keterlaluan sekali, sih! Kamu jadi bener menceraikan Ranti? Nggak bisa kembali berdua lagi? Kamu benar selingkuh dari dia, iya?” Perlahan, Bu Ine mengingat satu demi satu kejadian semalam yang sempat terlupakan akibat sakitnya.

“Memangnya Ibu pikir aku bercanda? Hal seperti itu bukan untuk bahan bercanda, Bu,” jawab Irwan semakin menegaskan sikap.

Bu Ine menghela napas panjang. Ia sangat kesal tapi juga tak bisa melakukan apa pun untuk membantah keinginan sang putra. Dari dulu Irwan memang tak pernah bisa untuk dicegah apa pun kemauannya. Kepribadiannya yang keras seperti mendiang ayahnya itu telah lekat sejak kecil. Bila ingin apa pun, ia harus dituruti kalau tidak ingin merajuk atau bahkan mengamuk.

“Siapa wanita selingkuhan kamu itu, Irwan? Apa dia jauh lebih baik dari Ranti sampai kamu tega menduakan dia?” tanya Bu Ine akhirnya. Bila memang rumah tangga putranya dengan Ranti tak bisa dipertahankan, setidaknya ia sebagai ibu harus memastikan rumah tangga kedua putranya kelak lebih baik dan bukannya lebih buruk dari yang pertama.

“Jangan memanggilnya begitu, Bu. Dia punya nama. Namanya Mona. Irwan akan membawanya bertemu Ibu besok sepulang kerja. Irwan yakin Ibu juga akan langsung menyukainya,” jawab Irwan mulai mengulas senyum bangga.

Dalam pikirannya, ibunya juga pasti akan menyukai Mona yang sikapnya manja dan tubuhnya wangi luar biasa serta wajahnya juga segar dengan riasan selalu sempurna. Berbeda sekali dengan Ranti istrinya. Bajunya saja nggak pernah ganti. Wangi parfum apa lagi. Pasti sepulang kerja yang diciumnya adalah bau bumbu dapur atau malah sabun cuci. Astaga!

Bu Ine sendiri akhirnya hanya pasrah menunggu esok hari kala putranya hendak membawakan dirinya calon menantu baru ke rumah itu. Entah, tapi feelingnya sebagai ibu merasakan hal berbeda. Ia merasa calon menantu barunya tidak sebaik yang Irwan katakan.

Keesokan harinya, Irwan pagi-pagi langsung berbicara mengenai permintaan Bu Ine untuk bertemu Mona.

“Hah? Bener, Mas? Aku udah boleh ketemu sama Ibu kamu? Beliau udah setuju sama hubungan kita?” Wanita bertubuh gemoy dengan kulit seputih susu khas perawatan mahal itu tampak semringah.

“Ya Ibu baru mau ketemu kamu aja, sih. Makanya kamu harus pandai ambil hati Ibu biar hubungan kita direstui.” Irwan menjawab sambil tangannya mengelus lengan halus sang kekasih haram. Haram karena sudah dilakukan sejak ia masih berstatus sebagai suami Ranti.

“Duh, kok aku jadi deg-degan ya, Mas? Apa Ibu kamu akan suka sam aku, ya?” tanya Mona sambil bergelayut manja di lengan Irwan dnegan tak tahu malunya. Oke, mereka memang sekedar partner kerja di hadapan seisi kantor, tetapi bila seruangan hanya ada mereka berdua, maka sikapnya langsung berubah manja dan tanpa batasan. Sungguh memalukan wanita single bisa bersikap begitu murahan dengan suami wanita lain!

“Tenang aja, sepertinya Ibu akan suka sama kamu, kok. Asalkan kamu bisa merawat Ibu seperti Ranti biasa melakukannya—“

“Ap-apa, Mas? Merawat ibu kamu seperti mantan istrimu yang nggak berguna itu?” Tanpa diduga, Mona langsung tampak terperanjat.

“Mana bisa, Mas! Aku ini kan wanita karier. Ya nggak sama lah dengan istri bulukmu itu! Kerjaanku itu urusin berkas-berkas dan presentasi!” lanjut Mona sambil berkacak pinggang kini. Rambutnya yang hitam panjang itu dikibaskan dengan sikap angkuhnya, seolah menunjukkan bahwa dirinya sama sekali tak pantas untuk diberi tugas merawat sang ibu mertua nanti.

---------Nah loh???

bersambung ….

Bab terkait

  • SESAL SANG MANTAN   7. Cantik Rupa Busuk Hati

    Irwan lalu mengalah dan berpikir ibunya nanti juga pasti tak akan meminta hal-hal aneh di hadapan Mona. Toh, ibunya pasti paham kalau Mona bukan seperti Ranti. Penampilan mereka berdua saja sudah jauh berbeda. Ranti yang sederhana dan apa adanya sebab hanya di rumah saja. Sementara Mona yang selalu cetar dengan riasan lengkap dan wangi menguar ke mana-mana. Sungguh tidak pantas memang kalau Mona yang merawat ibunya.Sepeninggal Mona dari ruangan kerjanya, Irwan akhirnya langsung mengambil inisiatif untuk menghubungi agency penyalur asisten rumah tangga yang ia ketahui. Ada beberapa kawannya yang sudah sering merekomendasikan kontak agency itu setiap kali Irwan datang ke kondangan tidak membawa istri.“Kamu itu seharusnya punya pelayan di rumah, Irwan. Biar istri kamu nggak kerepotan dan jadi bisa ikut kamu kalau acara di luar perusahaan. Lihatlah, semua membawa istrinya masing-masing tapi kamu selalu aja sendirian, seperti pria single nggak laku aja kamu!” sindir Herman, salah seorang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   8. Menata Hati

    Sementara itu, Ranti yang berada di rumah orangtuanya mulai menata hati. Ia tak mau menyibukkan diri dengan mencemaskan Bu Ine karena toh mantan ibu mertuanya itu pasti telah dirawat dengan baik oleh putranya sendiri. Biar Irwan tahu bagaimana cerewetnya Bu Ine selama ini. Biar Irwan akhirnya akan bisa menyadari dan menghargai usaha keras Ranti di rumah itu untuk mengambil hati Bu Ine. Dikiranya mungkin gampang untuk berperan sebagai istri sekaligus menantu yang baik di rumah itu?Kesehariannya kini dihabiskan dengan semakin tekun menulis novel online. Setidaknya karena penghasilan dari novel online itu ia tak perlu cemas meskipun kini akan menjadi janda. Bahkan sejak masih menjadi istri Irwan saja pendapatannya sudah sangat berguna untuk menutupi segala kebutuhan yang kurang. Untung sekali dirinya punya pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah saja tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istru pun menantu elama ini. Yah, meskipun ternyata menurut Irwan masih kurang pengorbanan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   9. Daftar Tuntutan

    Sekitar dua minggu kemudian, surat cerai datang ke rumah orangtua Ranti dibawakan oleh pengacara Irwan. Ranti yang sudah berancang-ancang pun tak mau gegabah. Dihubunginya dulu pengacaranya sendiri yang tak lain adalah Dewi, sahabatnya.Dewi lantas mengambil alih urusan tersebut sebab ada beberapa hal yang Ranti ingin pastikan tercantum dalam surat gugatan cerai tersebut. Dia tidak bodoh seperti wanita v6 yang setelah diselingkuhi tak mendapat apa pun dari mantan suami. Minimal ia harus mencantumkan klausal perihal bukti Irwan telah berselingkuh agar semua biaya perceraian dan juga pembagian gono-gini didapatnya dengan mulus.Bukan matre, tapi Ranti hanya ingtin membuat Irwan kapok dan mendapatkan balasan yang setimpal karena telah mengkhianati dirinya dengan wanita lain. Jelas ia tak rela kalau harta gono-gininya akan jatuh ke tangan si pelakor meskipun ia sendiri juga tak akan sudi memakai harta tersebut. Ia sudah berniat akan menyumbangkan semuanya ke panti asuhan saja. Lumayan be

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   10. Pedihnya Sanksi Sosial

    "Dasar pelakor kamu!”“Wanita tak tahu malu! Tukang rebut suami orang!”“Cantik-cantik cuma buat gaet suami orang! Rugi banget jadi wanita!”“Semoga wajahmu berubah buruk dan nggak ada lagi yang mau kenal sama kamu! Karma itu ada! Camkan itu!”Serentetan cercaan muncul di notifikasi akun sosial media milik Mona. Ia histeris pagi itu kala mengecek ponselnya dan mengetahui berbagai hujatan tengah dilemparkan oleh netizen terhadapnya.“Sial! Ini pasti kerjaan si mantan istri kamu, nih!” Mona mendengkus marah seraya menatap tajam pada Irwan yang masih mengeringkan rambut dengan handuk.Ia dan Mona memang sudah semakin bebas bermalam di satu atap karena toh mereka merasa proes perceraian antara Irwan dengan Ranti sedang berlangsung. Mereka semakin tak tahu malu dalam menuntaskan hubungan haram entah itu di hotel atau di rumah Mona yang ternyata selama ini cicilannya dibayar oleh Irwan. Pantas saja uang gajinya selalu musnah entah ke mana. Rupanya Mona yang menikmati semuanya.“Ada apa sih,

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • SESAL SANG MANTAN   1. Mendadak Dicampakkan

    "Suamimu mana, Ranti? Belum pulang juga jam segini?" Bu Ine bertanya sambil memandang bergantian ke arah jam dinding dan pintu depan.Ranti yang tadinya menyibukkan diri dengan draft novel di laptop akhirnya menjawab letih,"Belum, Bu. Sudah kutanya pulang jam berapa tapi katanya masih ada lembur."Biasanya ia mengetik di dalam kamar, tetapi karena sambil menunggu sang suami pulang, maka diboyongnya laptop kesayangan ke ruang tamu."Duh, Irwan ini kok semakin hari lemburnya semakin malam saja. Kalau sakit gimana?" gerutu sang ibu mertua seraya mengentakkan kaki lalu kembali masuk ke kamar.Ranti menghela napas panjang. Kejadian serupa ini telah berulang di hampir setiap malam belakangan. Ya, suaminya pulang selalu terlambat dan ibu mertua seolah menyalahkan Ranti atas hal itu.Segera ia meraih ponsel dan kembali mengirim pesan pertanyaan yang sama soal posisi di mana dan mau pulang jam berapa. Chat itu sejak tadi belum dijawab meskipun sudah terbaca. Namun, tentu saja ia tak bisa meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SESAL SANG MANTAN   2. Terungkap Fakta

    “Ya Allah, kenapa semua bisa jadi begini, sih? Kamu kok nggak pernah bilang apa-apa sama Ibu, Ranti? Kamu nggak menghargai Ibu sebagai orangtua? Iya?”Serasa belum cukup guncangan hidup yang dialami Ranti barusan, sang ibu mertua justru malah menggarami luka dengan lagi-lagi mempersalahkannya.Ranti memilih bungkam. Tubuhnya yang goyah saja belum mampu ia tegakkan, Bu Ine malah dengan tanpa empatinya menagih penjelasan dengan nada menumpahkan kesalahan. Mengapa sebagai sesama wanita bahkan ia tak sadar bila menantu di hadapannya kini tengah terajam? Sungguh, memang ada makhluk yang hatinya bisa sedemikian tanpa perasaan!“Kamu sudah melakukan apa sampai suami kamu minta cerai gitu, ha?” teriak Bu Ine tampak gemas karena merasa tak tahu apa-apa.Ranti menghela napas panjang sebelum kemudian menumpahkan perasaan. Tidak, ia tak akan menangis kali ini. Tidak lagi. Sudah cukup di malam-malam yang lalu ia menangis di atas sajadah dan mengadukan semua perlakuan buruk Irwan terhadapnya. Tenta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SESAL SANG MANTAN   3. Misteri Gaji Suami

    Mertua dan menantu itu beberapa lama saling pandang. Isi pikiran mereka sepertinya serupa, tetapi keduanya sama-sama tak percaya dan ingin membantah. Terdiam tanpa kata, tetapi air muka dan tatapan mereka telah saling mengungkapkan segalanya.“Kita nggak boleh gegabah menuduh dulu, Ranti. Nggak mungkin Irwan itu ....” Ucapan Bu Ine terhenti. Pikirannya berkecamuk akan tetap mencurigai putranya sendiri atau mencoba mencarikan alasan yang lain lagi demi menjawab tanda tanya besar dalam hati. Sebagai ibu, ia tentu berkeinginan membela Irwan dengan segenap hati. Tapi fakta-fakta yang barusan terungkap membuat naluri sebagai wanitanya juga terlukai. Ia jadi sedikit merasa kasihan pada nasib Ranti selama ini. Kuat sekali wanita itu hanya dijatah tiga juta dengan kebutuhan yang sedemikian banyaknya. Dan menantunya itu sama sekali tak pernah terdengar mengeluh atau protes selama ini. Mau tak mau hatinya jadi ikut terenyuh. Hatinya seluas apa si Ranti ini, pikirnya sambil merasa bersalah tela

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SESAL SANG MANTAN   4. Tertangkap Basah

    Sementara itu, ojek online yang telah tiba langsung mengantar Ranti ke rumah Mona juga. Sepanjang perjalanan, hati Ranti kebat-kebit, antara berharap kecurigaannya akan perselingkuhan Irwan tidak terbukti tapi juga naluri yang merasa hal itu sangat besar kemungkinan memang terjadi."Mbak, sudah sampai. Di sini kan alamatnya?" Terkejut, Ranti geragapan karena sedari tadi rupanya ia melamun saja. Ya Tuhan, bahaya sekali melamun semalam ini dengan ojek tak dikenal pula.Usai turun dan meminta untuk ditunggu sebentar oleh si Abang ojek, Ranti mendekati sebuah rumah di hadapannya yang memang persis seperti rumah yang ada di foto Mona. Ada nomor 65 di pagar hitam kayu tertutupnya.Jam yang sudah menunjuk angka delapan malam membuat Ranti ragu dan beberapa kali menoleh ke belakang. Takut-takut kalau ada orang lingkungan situ yang akan mencurigainya. Tapi tujuannya sudah bulat. Ia harus memeriksa apa benar suaminya ke situ atau tidak. Apa benar suaminya ada main dengan Mona atau tidak.Jantun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01

Bab terbaru

  • SESAL SANG MANTAN   10. Pedihnya Sanksi Sosial

    "Dasar pelakor kamu!”“Wanita tak tahu malu! Tukang rebut suami orang!”“Cantik-cantik cuma buat gaet suami orang! Rugi banget jadi wanita!”“Semoga wajahmu berubah buruk dan nggak ada lagi yang mau kenal sama kamu! Karma itu ada! Camkan itu!”Serentetan cercaan muncul di notifikasi akun sosial media milik Mona. Ia histeris pagi itu kala mengecek ponselnya dan mengetahui berbagai hujatan tengah dilemparkan oleh netizen terhadapnya.“Sial! Ini pasti kerjaan si mantan istri kamu, nih!” Mona mendengkus marah seraya menatap tajam pada Irwan yang masih mengeringkan rambut dengan handuk.Ia dan Mona memang sudah semakin bebas bermalam di satu atap karena toh mereka merasa proes perceraian antara Irwan dengan Ranti sedang berlangsung. Mereka semakin tak tahu malu dalam menuntaskan hubungan haram entah itu di hotel atau di rumah Mona yang ternyata selama ini cicilannya dibayar oleh Irwan. Pantas saja uang gajinya selalu musnah entah ke mana. Rupanya Mona yang menikmati semuanya.“Ada apa sih,

  • SESAL SANG MANTAN   9. Daftar Tuntutan

    Sekitar dua minggu kemudian, surat cerai datang ke rumah orangtua Ranti dibawakan oleh pengacara Irwan. Ranti yang sudah berancang-ancang pun tak mau gegabah. Dihubunginya dulu pengacaranya sendiri yang tak lain adalah Dewi, sahabatnya.Dewi lantas mengambil alih urusan tersebut sebab ada beberapa hal yang Ranti ingin pastikan tercantum dalam surat gugatan cerai tersebut. Dia tidak bodoh seperti wanita v6 yang setelah diselingkuhi tak mendapat apa pun dari mantan suami. Minimal ia harus mencantumkan klausal perihal bukti Irwan telah berselingkuh agar semua biaya perceraian dan juga pembagian gono-gini didapatnya dengan mulus.Bukan matre, tapi Ranti hanya ingtin membuat Irwan kapok dan mendapatkan balasan yang setimpal karena telah mengkhianati dirinya dengan wanita lain. Jelas ia tak rela kalau harta gono-gininya akan jatuh ke tangan si pelakor meskipun ia sendiri juga tak akan sudi memakai harta tersebut. Ia sudah berniat akan menyumbangkan semuanya ke panti asuhan saja. Lumayan be

  • SESAL SANG MANTAN   8. Menata Hati

    Sementara itu, Ranti yang berada di rumah orangtuanya mulai menata hati. Ia tak mau menyibukkan diri dengan mencemaskan Bu Ine karena toh mantan ibu mertuanya itu pasti telah dirawat dengan baik oleh putranya sendiri. Biar Irwan tahu bagaimana cerewetnya Bu Ine selama ini. Biar Irwan akhirnya akan bisa menyadari dan menghargai usaha keras Ranti di rumah itu untuk mengambil hati Bu Ine. Dikiranya mungkin gampang untuk berperan sebagai istri sekaligus menantu yang baik di rumah itu?Kesehariannya kini dihabiskan dengan semakin tekun menulis novel online. Setidaknya karena penghasilan dari novel online itu ia tak perlu cemas meskipun kini akan menjadi janda. Bahkan sejak masih menjadi istri Irwan saja pendapatannya sudah sangat berguna untuk menutupi segala kebutuhan yang kurang. Untung sekali dirinya punya pekerjaan yang bisa dilakukan dari rumah saja tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai istru pun menantu elama ini. Yah, meskipun ternyata menurut Irwan masih kurang pengorbanan

  • SESAL SANG MANTAN   7. Cantik Rupa Busuk Hati

    Irwan lalu mengalah dan berpikir ibunya nanti juga pasti tak akan meminta hal-hal aneh di hadapan Mona. Toh, ibunya pasti paham kalau Mona bukan seperti Ranti. Penampilan mereka berdua saja sudah jauh berbeda. Ranti yang sederhana dan apa adanya sebab hanya di rumah saja. Sementara Mona yang selalu cetar dengan riasan lengkap dan wangi menguar ke mana-mana. Sungguh tidak pantas memang kalau Mona yang merawat ibunya.Sepeninggal Mona dari ruangan kerjanya, Irwan akhirnya langsung mengambil inisiatif untuk menghubungi agency penyalur asisten rumah tangga yang ia ketahui. Ada beberapa kawannya yang sudah sering merekomendasikan kontak agency itu setiap kali Irwan datang ke kondangan tidak membawa istri.“Kamu itu seharusnya punya pelayan di rumah, Irwan. Biar istri kamu nggak kerepotan dan jadi bisa ikut kamu kalau acara di luar perusahaan. Lihatlah, semua membawa istrinya masing-masing tapi kamu selalu aja sendirian, seperti pria single nggak laku aja kamu!” sindir Herman, salah seorang

  • SESAL SANG MANTAN   6. Dikiranya Gampang?

    Ranti menghela napas panjang. Ia masih sedikit khawatir dengan keadaan Bu Ine. Tapi, untuk tetap bertahan di sana dan berada dalam satu ruangan dengan Irwan ia sudah tak nyaman. Pokoknya sebisa mungkin ia akan menghindar. Pria dengan kelakuan busuk itu kini telah membuatnya muak. Pengorbanan dan kepatuhannya selama ini sebagai istri rupanya sama sekali tak dihargai. Balasan yang ia terima justru adalah pengkhianatan yang begitu menyakitkan. Sesampai di rumah, Bu Hana masih menahan HP sang putri. Wanita keibuan itu tahu betul Ranti pasti masih kepikiran aka kondisi mertuanya. Dan ia hanya berjaga agar tak sampai Ranti terbujuk untuk mengasihani Irwan si brengsek itu. Ia sudah tak mau lagi putrinya akan luluh dimanfaatkan lagi oleh lelaki kurang ajar yang sayangnya adalah menantunya itu. Lebih baik Ranti bercerai dengan tenang dan menjalani kembali kehidupannya. Toh putrinya masih muda. Sementara Irwan kebingungan membujuk ibunya agar mau hanya diurus oleh dirinya saja. Mau bagaimana

  • SESAL SANG MANTAN   5. Terguncang

    Di malam itu, Bu Ine pingsan sebab serangan jantung. Wanita separuh baya yang memang telah memiliki riwayat tensi tinggi dan risiko serangan jantung itu terlalu terguncang hingga tubuhnya tak kuat lagi bertahan. Tubuh tua itu terbaring di lantai sebelah meja telepon dengan tanpa ada seorang pun di rumahnya. Tentu saja kondisi itu sudah terbayang kini di benak Ranti.Dan ia yang masih menyayangi sang ibu mertua meski bagaimanapun amarahnya pada Irwan, langsung menelepon ambulance rumah sakit langganan Bu Ine untuk menjemput beliau. Dan ia juga bergegas minta diantar oleh ayahnya untuk kembali ke rumah Bu Ine. Dalam perjalanan, ia sibuk menelepon Irwan meskipun tahu ponselnya sedang dimatikan. Astaga! Pria itu tak sadarkah bahwa ibunya tengah dalam bahaya? Berasyik masyuk dengan wanita lain membuatnya lupa daratan dan hilang akal! Akhirnya ia berkirim pesan yang mengabarkan agar segera menyusul mereka ke rumah sakit yang dituju. Rasa bersalah kini menyelimuti benak Ranti.

  • SESAL SANG MANTAN   4. Tertangkap Basah

    Sementara itu, ojek online yang telah tiba langsung mengantar Ranti ke rumah Mona juga. Sepanjang perjalanan, hati Ranti kebat-kebit, antara berharap kecurigaannya akan perselingkuhan Irwan tidak terbukti tapi juga naluri yang merasa hal itu sangat besar kemungkinan memang terjadi."Mbak, sudah sampai. Di sini kan alamatnya?" Terkejut, Ranti geragapan karena sedari tadi rupanya ia melamun saja. Ya Tuhan, bahaya sekali melamun semalam ini dengan ojek tak dikenal pula.Usai turun dan meminta untuk ditunggu sebentar oleh si Abang ojek, Ranti mendekati sebuah rumah di hadapannya yang memang persis seperti rumah yang ada di foto Mona. Ada nomor 65 di pagar hitam kayu tertutupnya.Jam yang sudah menunjuk angka delapan malam membuat Ranti ragu dan beberapa kali menoleh ke belakang. Takut-takut kalau ada orang lingkungan situ yang akan mencurigainya. Tapi tujuannya sudah bulat. Ia harus memeriksa apa benar suaminya ke situ atau tidak. Apa benar suaminya ada main dengan Mona atau tidak.Jantun

  • SESAL SANG MANTAN   3. Misteri Gaji Suami

    Mertua dan menantu itu beberapa lama saling pandang. Isi pikiran mereka sepertinya serupa, tetapi keduanya sama-sama tak percaya dan ingin membantah. Terdiam tanpa kata, tetapi air muka dan tatapan mereka telah saling mengungkapkan segalanya.“Kita nggak boleh gegabah menuduh dulu, Ranti. Nggak mungkin Irwan itu ....” Ucapan Bu Ine terhenti. Pikirannya berkecamuk akan tetap mencurigai putranya sendiri atau mencoba mencarikan alasan yang lain lagi demi menjawab tanda tanya besar dalam hati. Sebagai ibu, ia tentu berkeinginan membela Irwan dengan segenap hati. Tapi fakta-fakta yang barusan terungkap membuat naluri sebagai wanitanya juga terlukai. Ia jadi sedikit merasa kasihan pada nasib Ranti selama ini. Kuat sekali wanita itu hanya dijatah tiga juta dengan kebutuhan yang sedemikian banyaknya. Dan menantunya itu sama sekali tak pernah terdengar mengeluh atau protes selama ini. Mau tak mau hatinya jadi ikut terenyuh. Hatinya seluas apa si Ranti ini, pikirnya sambil merasa bersalah tela

  • SESAL SANG MANTAN   2. Terungkap Fakta

    “Ya Allah, kenapa semua bisa jadi begini, sih? Kamu kok nggak pernah bilang apa-apa sama Ibu, Ranti? Kamu nggak menghargai Ibu sebagai orangtua? Iya?”Serasa belum cukup guncangan hidup yang dialami Ranti barusan, sang ibu mertua justru malah menggarami luka dengan lagi-lagi mempersalahkannya.Ranti memilih bungkam. Tubuhnya yang goyah saja belum mampu ia tegakkan, Bu Ine malah dengan tanpa empatinya menagih penjelasan dengan nada menumpahkan kesalahan. Mengapa sebagai sesama wanita bahkan ia tak sadar bila menantu di hadapannya kini tengah terajam? Sungguh, memang ada makhluk yang hatinya bisa sedemikian tanpa perasaan!“Kamu sudah melakukan apa sampai suami kamu minta cerai gitu, ha?” teriak Bu Ine tampak gemas karena merasa tak tahu apa-apa.Ranti menghela napas panjang sebelum kemudian menumpahkan perasaan. Tidak, ia tak akan menangis kali ini. Tidak lagi. Sudah cukup di malam-malam yang lalu ia menangis di atas sajadah dan mengadukan semua perlakuan buruk Irwan terhadapnya. Tenta

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status