Home / Rumah Tangga / SESAL SANG MANTAN / 12. Rentetan Masalah

Share

12. Rentetan Masalah

Author: Dian Apriria
last update Last Updated: 2025-01-28 23:07:07

“Sial! Ini gila! Gimana mungkin kita bisa sama-sama dipecat gini, coba?” Mona mencak-mencak setelah mereka sudah keluar dari ruangan Pak Jodi.

“Pak Jodi keterlaluan sih. Harusnya dia nggak sekeras itu. Paling tidak kasih SP dulu lah. Bukan langsung main pecat gini!” Irwan sama emosinya dengan Mona.

Pikiran mereka semakin kalut mengingat berbagai tagihan yang harus mereka bayar setiap bulan. Apa jadinya kalau mereka sudah tak lagi punya sumber penghasilan berupa gaji seperti biasanya? Siapa lagi yang bisa diandalkan? Sial!

“Ini semua gara-gara istri buluk kamu itu! Kamu pokoknya harus kasih pelajaran ke dia, Irwan! Bikin dia kapok dan minta dia bilang ke Pak Jodi untuk menganulir pemecatan kita! Aku yakin kalau dia mau menjadi penengah, mungkin Pak Jodi akan mau mempertimbangkan—“ Mona kembali mengumpati Ranti soal tersebarnya skandal penyebab dipecatnya mereka itu.

“Huuuft ... Pak Jodi pasti tidak akan menggubris Ranti, Mona. Siapa dia sampai bisa membuat Pak Jodi membatalkan keputusa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • SESAL SANG MANTAN   13. Tamu Tak Diundang

    Ranti mendengarkan dengan tenang cerita dari Dewi. Ada sedikit rasa tak nyaman dalam hatinya karena sesungguhnya ia tak mengharapkan kejadian buruk yang menimpanya itu disebarluaskan. Bukan hanya Mona dan Irwan, dirinya sendiri pun menanggung malu meskipun tentu saja bukan sebagai pesakitan.Tapi, jadi korban dalam sebuah perselingkuhan sama sekali bukan hal yang pantas untuk dibanggakan juga, kan? Baginya sebenarnya itu adalah aib yang layak ditutupi. Tapi kalau menurut Dewi hal itu akan bisa menjadikan efek jerqa bagi para pelaku perselingkuhan dan sebagai bagian dari sanksi sosial yang pantas didapat oleh Irwan dan pelakornya, maka biarlah terjadi.Ia sendiri juga mendapati akun sosial medianya diserbu dengan berbagai dukungan, simpati dan bahkan motivasi dari mereka yang tampaknya juga pernah mengalami hal sama. Oke, itu cukup menghibur meskipun sesungguhnya yang ia perlukan saat itu hanyalah sebuah privasi dan waktu bersama dirinya sendiri. Waktu untuk menyembuhkan sakit hati dan

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   14. Rencana Nge-prank

    “Jangan sebut dia buluk dengan mulutmu yang busuk itu! Kamu bisa aja akan langsung insecure kalau temanku ini sudah berdandan, tahu! Bahkan semua mata juga tahu di sini siapa yang lebih cantik antara kamu atau Ranti!” Dewi menyergah gusar.Mendengar hal itu, Mona kini menyipitkan mata dan memandang lebih teliti ke arah Ranti. Ia beberapa kali bertemu dan melihat foto Ranti sebelumnya meskipun tidak pernah berhadapan secara langsung. Tapi ya, benar kata Dewi barusan, sepertinya Ranti kini sudah banyak berubah dari yang terakhir ia ingat. Wajah dan kulitnya tampak jauh lebih bersinar dan terawat ... apa mungkin .... Ah, persetan, gegas ia menghalau pikirannya lalu kembali mengutarakan apa maksud kedatangannya.“Dih, memangnya aku peduli apa pendapat orang lain? Yang jelas Irwan jauh lebih memilihku ketimbang dia, kan? Huh, itu aja udah cukup membuktikan!” ujarnya tegas yang langsung membuat Ranti bangkit dari duduknya.“Irwan milih kamu karena kamu emang semurah itu! Kamu mau-maunya aja

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   15. Resah

    Heran melihat Irwan yang tak tampak bersiap untuk ke kantor hari itu membuat Bu Ine bertanya, “Kamu lagi libur kerja, Irwan?”Irwan menyuapkan sesendok nasi goreng buatan pelayan baru di rumah mereka sambil membayangkan bulan depan mau menggajinya dengan uang apa kalau ia benar jadi dipecat.“Irwan!” sentak Bu Ine yang pertanyaannya barusan benar-benar tak mendapatkan respon dari sang putra.“Eh, Bu. Iya, ada apa?” Geragapan karena baru sadar dari lamunan suramnya, Irwan menatap rikuh pada ibunya.“Kamu ngelamun, ya? Ibu dari tadi tanya kenapa kamu nggak pakai baju ngantor?” ulang Bu Ine akhirnya.“Ehm, anu, Bu. Irwan lagi ambil cuti, capek ....” jawab Irwan sedikit terbata.Tentu ia tak mau tergesa mengadukan musibah besar yang menimpanya. Ia rasa ibunya mungkin bisa saja akan kembali terguncang dan bisa-bisa pingsan lagi. Toh, hari ini Ranti akan menemui Pak Jodi dan kemungkinan besar atasannya itu akan berbelas kasihan lalu tak jadi memecatnya dan Mona. Harapannya kembali melambung

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   16. Pertemuan

    “Jangan panggil aku Miranti Pradibta kalau sampai tidak bisa membuat kalian kapok melawanku,” ucap Ranti seorang diri sambil meneliti penampilannya di depan cermin lebar di kamar. Ia sedang akan berangkat menemui Jodi Mahendra bersama Dewi dengan disaksikan juga oleh Irwan dan Mona.Mata pandanya yang biasa menghiasi kini sudah hilang berkat tak pernah lagi begadang malam. Ia yang kini menjadi seperti single dan tak punya pekerjaan lain selain menulis novel sepanjang hari tentu saja sudah punya waktu istirahat yang sangat cukup. Pun juga ia memang bertekad kembali merawat diri. Menyisihkan waktu untuk jogging di pagi hari, ikut yoga beberapa kali atas ajakan Dewi, serta juga membeli skincare dengan bebas dengan uang hasil novelnya sendiri. Sesekali ia juga pergi ke salon untuk memaksimalkan perawatan.Dan penampilannya juga sudah bisa dibilang berkelas lagi. Karena ia kembali mengenakan pakaian lamanya yang branded yang masih tersimpan rapi di lemari rumah orangtuanya ini. Berbeda den

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   17. Fix Dipecat

    “Dan kemarin, si pelakor tidak tahu malu ini memaksa Miranti untuk menemui Bapak demi meminta kelonggaran atas pemecatan mereka dari perusahaan ini,” lanjut Dewi dengan ekspresi ingin muntah saking muaknya. Pak Jodi yang menyimak kini semakin dibuat heran oleh penjelasan dari Dewi.“Lalu, apa maksudnya sekarang Miranti datang untuk itu?” tanyanya langsung menatap mata wanita yang sedari tadi membuatnya tak bisa berkedip saat memandangnya itu.Ranti menegakkan posisi duduknya dan dengan sangat tegas menjawab pendek, “Tentu tidak, Pak. Saya sebagai pihak yang tersakiti di sini. Saya tidak punya kepentingan lagi dengan mereka berdua. Karena itu, kalau memang saya diminta kemari, maka saya sudah penuhi untuk datang, tapi semua keputusan saya serahkan kepada Bapak sebagai pemegang tertinggi kebijakan di perusahaan ini. Apakah seorang karyawan dengan status menikah boleh secara bebas melakukan tindakan asusila semacam perselingkuhan dengan sesama karyawan di sini? Itu s

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   18. Bukan Jual Kesedihan

    “Dewi! Untuk apa kamu menjual cerita sedihku pada atasan mantan suamiku? Jangan-jangan kamu mau dia kasih pesangon jatah Irwan dan selingkuhannya itu ke aku lagi?” seloroh Ranti yang kini memang sudah kembali kepada tabiatnya yang sering bergurau.Mau tak mau Jodi ikut terkekeh mendengar selorohan itu. “Jatah pesangon larinya ke kantong Direktur, bukan ke mantan istri yang tersakitai, wkwkwk.” “Iiiih ... korupsi itu namanya! Apa kumasukin aja lah ke list tuntutan persidangan ya, jatah pesangon adalah hak milik istri karena itu termasuk harta gono-gini,” sergah Dewi turut pula melucu membuat ketiganya kemudian terbahak bersama.Terjeda oleh datangnya OB yang mengantar minuman dingin mereka, ketiganya pun melanjutkan obrolan. Kebanyakan mengenai pertanyaan Jodi kepada kabar Ranti selain soal perceraiannya. Ia bertanya kerja di mana, sekarang tinggal di mana dan apakah sempat bekerja sebelumnya.“Kalau mau, kamu bisa melamar ke sini. Bisa aja menggantikan posisi Mona tadi, dia sekretari

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   19. Shock Berat (Lagi?)

    Sementara itu, di rumah Mona sedang terjadi pertengkaran hebat. Ia bersitegang dengan Irwan karena merasa telah dibodohi oleh Ranti dan itu semua adalah salah Irwan juga. “Bukankah kamu sendiri yang begitu yakin kalau istri kamu itu pasti akan menolong kita? Tapi kenapa ternyata dia malah jadiin itu sebagai senjata buat ngelawan kita? Hih, kamu juga bisa-bisanya nggak berbuat apa-apa pas di sana. Kamu itu laki-laki, kan?” omel Mona sangat sakit hati karena merasa dijebak oleh Ranti dan juga Dewi. “Kamu yang kieterlaluan, Mona. Masa’ iya kamu suruh Ranti untuk belain kita di saat kamu tahu dia itu korbannya! Keterlaluan!” Irwan mau tak mau juga menyalahkan kebodohan mereka berdua yang begitu saja yakin bahwa Ranti pasti akan membantu. Jelas-jelas Ranti pasti sakit hati kepada mereka, tapi mereka malah berharap terlalu banyak. “Kok jadi nyalahin aku? Salahin diri kamu sendiri dong yang nggak bisa cariin solusi lain sampai aku harus berjuang sendiri kayak kemarin!” sentak Mona kesal

    Last Updated : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   20. Mendadak Dilabrak

    “Bu, ada apa, Bu?” Mbak Marni, sang pelayan segera menghampiri dan memapah Bu Ine untuk duduk di sofa yang lebih panjang. Gegas ia mengurut pundak sang Nyonya karena memang biasanya Bu Ine seringkali minta dipijat di bagian itu bila sedang pusing atau kelelahan.“Marni ... panggil Irwan sekarang juga di kamarnya, Marni. Cepat,” titah Bu Ine dengan suara terpatah-patah seperti sedang terserang sesak nafas.Serta-merta Mbak Marni melaksanakan perintah Bu Ine dan setengah berlari ke kamar Irwan dan mengetuk lalu memanggili sang tuan. Ia begitu tergopoh karena takut kalau-kalau Bu Ine kena serangan, sebab ia sudah berkali-kali diperingatkan oleh Irwan untuk menjaga kondisi sang nyonya. Ia takut akan dipersalahkan.Setelah beberapa kali ketukan, baru Irwan terbangun dan membukakan pintunya. Ia baru saja tidur sebentar dan kepalanya juga masih belum sempurna hilang pusingnya. Tapi kini masalah lain sedang menghadang.“Ada apa, Mbak Marni? Kenapa teriak-teriak gitu?” tanyanya sambil menguap

    Last Updated : 2025-01-28

Latest chapter

  • SESAL SANG MANTAN   44. Hukuman Terberat (Ending)

    Hukuman terberat bukan dipenjara atau membayar sejumlah besar denda yang diajukan oleh perusahaan milik Jodi. Bukan!Irwan sama sekali tak keberatan kalau ia harus dipenjara selama beberapa saat atau menumpuk utang hanya untuk membayar denda asalkan setelah itu ia masih bisa memiliki Ranti!Ya, kini Irwan benar-benar sadar dan menyesal setengah mati mengapa dulu ia sampai terpikir untuk mengkhianati istri tercintanya itu. Sungguh, ia mengutuk hari di mana Mona berhasil meruntuhkan kesetiaannya. Hari di mana ia terpesona oleh bujuk rayu wanita sial*n itu. Astaga! Andai bisa ia mengulang waktu!Pengacara dari perusahaan barunya sudah membereskan semua urusan jaminan hingga ia tak perlu sampai menginap di balik tahanan. Tapi meskipun pulang ke rumah, pikirannya hanya terpusat pada satu hal. Bagaimana ia bisa mendapatkan kembali simpati dan cinta dari Ranti, mantan istri yang masih sangat dicintai serta diharapkannya itu.Tapi nyatanya kuasa hukum Jodi justru memberikannya dua pilihan, be

  • SESAL SANG MANTAN   43. Sang Pesakitan

    "Ada apa ini?"Sambil berusaha bersikap setenang mungkin, Irwan menghampiri tiga petugas tesebut dan mempersilakan mereka duduk kembali di sofa ruang tamu."Ini surat penahanan Anda, Pak Irwan. Harap bersikap kooperatif karena sudah berkali-kali surat panggilan interogasi datang, tetapi Anda sama sekali tidak memberikan respon." Seorang petugas yang sepertinya adalah senior di antara dua lainnya itu berkata sambil menyodorkan sebuah amplop putih panjang.Irwan mengambil dan membuka lalu membacanya dalam hati. Betul yang petugas itu katakan. Ia benar-benar harus ditahan saat itu juga. Astaga!"Tapi, Pak. Bukankah seharusnya saya berhak mendapatkan bantuan pengacara? Perusahaan baru saya sudah pasti akan bersedia menyediakan pengacara mahal untuk saya--""Silakan, Pak. Di pengadilan nanti Bapak bebas didampingi pengacara. Tapi saat ini yang penting Anda harus ikut kami," jawab sang petugas senior lagi.Irwan tak punya pilihan lain. Ia izin untuk berganti pakaian dulu ke kamar sambil mel

  • SESAL SANG MANTAN   42. Nasib Peselingkuh

    "Apa? Berani nyamperin kamu ke rumah? Mau apa katanya?" Jodi yang mendapat laporan dari Ranti segera terpantik emosi."Tau tuh, katanya mau bicara empat mata. Pake bilang minta ampun dan sumpah nggak akan ngulangin kesalahan lah, apa lah, ish." Ranti menjelaskan sambil bibirnya mengerucut kesal sendiri atas sikap Irwan tadi.Mereka berdua tengah makan siang di cafe dekat MP Distro milik Ranti. Biasanya mereka juga sekalian membahas hal-hal penting mengenai distro yang berhubungan dengan Jodi dan tentu saja juga diselipi urusan pribadi."Lalu, kamu kasih dia kesempatan lagi?" tanya Jodi sambil hatinya ketar-ketir. Bagaimana pun, Irwan adalah cinta pertama Ranti. Dan banyak sekali orang yang bilang bahwa namanya cinta pertama itu pasti susah hilang sama sekali meski sudah berpisah sekalipun. Siapa yang tidak khawatir?"Ya nggak, lah. Langsung kutinggalin dia di sana. Biarin deh ngomong sama pagar sana sekalian! Enak amat minta dimaafin setelah apa yang dia perbuat!" Ranti masih menggebu

  • SESAL SANG MANTAN   41. Kembalilah Padaku

    Malam-malam dingin terus menyelimuti Irwan. Dalam kesepian, ia terus merindui sosok Ranti, sang mantan istri. Di ranjang, di sudut-sudut kamar, di depan meja rias, bahkan di dalam kamar mandi, seringkali ia dapati bekas-bekas aroma Ranti yang masih tertinggal.Ah, kenapa ia begitu gegabah? Kenapa sampai sebodoh itu menggugat cerai istri sebaik Ranti cuma demi seorang Mona yang nyatanya sama sekali tak sepadan?vLihat sekarang, Ranti bisa kembali jadi bahkan jauh lebih cantik dari dulu semasa perawan. Dan pekerjaan? Kini wanita itu sudah jauh melampaui pencapaian Irwan sendiri, apalagi Mona! Tidak ada apa-apanya!Ranti pandai memasak, menu yang ia sediakan tak pernah gagal memanjakan lidah Irwan maupun ibunya. Ranti juga pandai mengambil hati sang mertua dengan bersikap penurut serta tanpa banyak protes dan bersedia melayani apa pun pinta Bu Ine. Berbanding terbalik sekali dengan Mona yang sebagai wanita taunya hanya bersolek, belanja dan menghabiskan duit! Selain itu nol!"Kembalilah

  • SESAL SANG MANTAN   40. Cemburu Maksimal

    “Kamu kok jadi jarang banget pulang ke rumahku, sih?” protes Mona di kantor hari itu.“Ya aku kan harus nemenin Ibuku, Mon. Lagipula kan kita udah selalu ketemu di kantor." Irwan menjawab santai karena ia tak begitu tertarik lagi dengan Mona. Baginya, mengejar Ranti kembali merupakan sebuah misi yang jauh lebih penting ketimbang menuruti kemauan wanita di depannya itu.“Ya beda dong, Sayang ….” Mona merapatkan tubuhnya dan menyentuhkan jemari ke rahang Irwan.Biasanya Irwan akan meleleh lalu turut mencumbu wanita itu, tapi tidak kali ini. Irwan justru menepis tubuh Mona dan bangkit dari kursi putarnya untuk keluar dari ruangan.“Dengar, Mona. Kita masih baru di perusahaan ini, jadi jaga sikapmu sebelum kita bisa dapat peringatan atau parahnya dipecat lagi seperti dulu!”Mona memelototi Irwan yang meninggalkannya begitu saja di ruangan.“Sial! Kenapa sih dia? Kayaknya udah ada yang lain lagi ini!” gerutu Mona menyipitkan mata sambil bertekad akan menyelidiki.Tidak mungkin Irwan cuek p

  • SESAL SANG MANTAN   39. Mobil Baru

    "Aku pulang langsung atau boleh mampir dulu?" tanya Jodi saat sudah sampai di depan pagar rumah Ranti.Ranti menengok jam tangan yang menunjuk angka 9 dan kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Udah kemalaman banget, Jod. Kapan-kapan aja ya mampirnya.""Bukain gih gerbangnya," pinta Jodi kemudian seraya bersiap memutar mobil untuk masuk rumah."Loh, kubilang pulang aja, ini udah kemaleman," ulang Ranti yang sejenak mengira Jodi salah mengartikan ucapannya tadi."Iya aku langsung pulang. Ini cuma mau masukin mobil dulu kok," sergah Jodi yang tak sabar lalu keluar sendiri dan dengan cepat mendorong pintu besi berwarna hitam itu menggeser ke samping hingga terbuka semua.Ranti masih terperangah. Gimana sih, kan disuruh pulang, kok malah mobilnya dimasukin? Pikirannya tak sampai menerka maksud Jodi.Sementara Jodi memilih melanjutkan tindakan. Memasukkan mobil sedan maticnya ke teras, bersebelahan dengan mobil ayah Ranti. Kemudian ia keluar dari kursi kemudi dan menyerahkan kunci pada R

  • SESAL SANG MANTAN   38. Cukup Satu Kata

    "Would you be mine?"Hening. Hembusan angin pantai meniup lembut jilbab Ranti hingga berkibar menutup hampir separuh wajahnya. Melihat itu, jemari Irwan tak kuasa untuk tak menyentuh helai jilbab yang dikenakan oleh wanita di hadapan."Cantik ...." Sebuah kata meluncur lancar dari bibir Jodi. Tak ayal membuat wajah Ranti yang sudah merona semakin tampak matang sempurna.Astaga! Kalau ada tempat kabur dan sembunyi, rasanya Ranti akan melompat ke sana secepatnya. Tak ada yang bisa dilakukannya kini selain menundukkan kepala. Memandangi ujung sepatunya sambil dengan susah payah menjaga agar debaran jantung tak sampai terdengar oleh pria di hadapan."Ran ...? Tidur ya kamu?" Mendadak Jodi mengangkat lembut dagu Ranti dan menengadahkan wajah ayu itu hingga menghadap langsung ke matanya.Dan saat dua pasang mata bertemu, kembali tak ada sepatah pun terucap. Hanya desau angin yang terasa semakin kencang saja hingga Jodi memutuskan mengambilkan jas yang tadi ia letakkan di mobil untuk dikenak

  • SESAL SANG MANTAN   37. Yang Lama Terpendam

    "Udah beres semua urusan Distro?" tanya Jodi kala Ranti sudah masuk ke dalam mobilnya."Udah, kok. Nanti kalau ada apa-apa Imel akan hubungin aku. Tapi nggak ada jadwal khusus hari ini, sepertinya aman," jawab Ranti meyakinkan.Biasanya ia memang akan menolak diajak keluar kalau ada jadwal kedatangan stok bahan atau produk jadi yang datang. Juga bila ada janji temu dengan supplier atau buyer partai besar. Tapi hari ini bebas, ia bisa keluar dengan Jodi entah ke mana pria itu akan membawanya."Oke, berarti kalau kita perginya agak jauhan bisa kan?" tanya Jodi lagi.Seketika Ranti menoleh ke arah pria di belakang kemudi itu."Agak jauh ke mana maksud kamu?""Ya ada deh, nggak jauh-jauh banget. Palingan dua jam perjalanan," jawab Jodi penuh misteri.Mobil sudah melaju membelah jalanan kota Bandung di jam pulang kerja. Bisa dibayangkan macetnya, tetapi rupanya hanya sebentar mereka berjibaku dalam padatnya kendaraan karena Jodi kemudian berbelok ke areal yang lumayan sepi, menuju ke Indra

  • SESAL SANG MANTAN   36. Perbincangan Antar Lelaki

    Jodi lumayan terkejut kala siang itu mendapati sosok Irwan ada di kantornya. Sejujurnya ia tak menyangka Irwan akan berani menginjakkan kaki lagi di Giant Textile. Rupanya nyalinya besar juga, pikir Jodi sambil kemudian bersikap waspada.“Kau kemari, Irwan? Untuk apa?” tanya Jodi akhirnya.“Untuk berbincang secara lelaki!” tukas Irwan pendek. Tampak dadanya naik turun menahan emosi. Hal mana membuat Jodi terheran karena seharusnya yang emosi kala melihat Irwan adalah dirinya. Jelas-jelas Jodi yang dirugikan dan dikhianati sedemikian rupa hingga Giant Textile kehilangan tender potensialnya.“Perbincangan antar lelaki? Wow!” komentar Jodi sedikit mencibir.“Saya kemari karena Bapak rupanya begitu takut dengan aksi saya sampai-sampai mulai mengintimidasi Ibu dan Ranti untuk ikut membujuk saya. Di mana nyali Anda sebagai lelaki, Pak? Bukankah ini urusan pribadi kita berdua?” Irwan langsung melabrak Jodi.“Tunggu, siapa yang mengintimidasi Ibu kamu dan Ranti?” Jodi menaikkan alis tanda tak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status