Beranda / Rumah Tangga / SESAL SANG MANTAN / 18. Bukan Jual Kesedihan

Share

18. Bukan Jual Kesedihan

Penulis: Dian Apriria
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 23:49:57

“Dewi! Untuk apa kamu menjual cerita sedihku pada atasan mantan suamiku? Jangan-jangan kamu mau dia kasih pesangon jatah Irwan dan selingkuhannya itu ke aku lagi?” seloroh Ranti yang kini memang sudah kembali kepada tabiatnya yang sering bergurau.

Mau tak mau Jodi ikut terkekeh mendengar selorohan itu. “Jatah pesangon larinya ke kantong Direktur, bukan ke mantan istri yang tersakitai, wkwkwk.”

“Iiiih ... korupsi itu namanya! Apa kumasukin aja lah ke list tuntutan persidangan ya, jatah pesangon adalah hak milik istri karena itu termasuk harta gono-gini,” sergah Dewi turut pula melucu membuat ketiganya kemudian terbahak bersama.

Terjeda oleh datangnya OB yang mengantar minuman dingin mereka, ketiganya pun melanjutkan obrolan. Kebanyakan mengenai pertanyaan Jodi kepada kabar Ranti selain soal perceraiannya. Ia bertanya kerja di mana, sekarang tinggal di mana dan apakah sempat bekerja sebelumnya.

“Kalau mau, kamu bisa melamar ke sini. Bisa aja menggantikan posisi Mona tadi, dia sekretari
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • SESAL SANG MANTAN   19. Shock Berat (Lagi?)

    Sementara itu, di rumah Mona sedang terjadi pertengkaran hebat. Ia bersitegang dengan Irwan karena merasa telah dibodohi oleh Ranti dan itu semua adalah salah Irwan juga. “Bukankah kamu sendiri yang begitu yakin kalau istri kamu itu pasti akan menolong kita? Tapi kenapa ternyata dia malah jadiin itu sebagai senjata buat ngelawan kita? Hih, kamu juga bisa-bisanya nggak berbuat apa-apa pas di sana. Kamu itu laki-laki, kan?” omel Mona sangat sakit hati karena merasa dijebak oleh Ranti dan juga Dewi. “Kamu yang kieterlaluan, Mona. Masa’ iya kamu suruh Ranti untuk belain kita di saat kamu tahu dia itu korbannya! Keterlaluan!” Irwan mau tak mau juga menyalahkan kebodohan mereka berdua yang begitu saja yakin bahwa Ranti pasti akan membantu. Jelas-jelas Ranti pasti sakit hati kepada mereka, tapi mereka malah berharap terlalu banyak. “Kok jadi nyalahin aku? Salahin diri kamu sendiri dong yang nggak bisa cariin solusi lain sampai aku harus berjuang sendiri kayak kemarin!” sentak Mona kesal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   20. Mendadak Dilabrak

    “Bu, ada apa, Bu?” Mbak Marni, sang pelayan segera menghampiri dan memapah Bu Ine untuk duduk di sofa yang lebih panjang. Gegas ia mengurut pundak sang Nyonya karena memang biasanya Bu Ine seringkali minta dipijat di bagian itu bila sedang pusing atau kelelahan.“Marni ... panggil Irwan sekarang juga di kamarnya, Marni. Cepat,” titah Bu Ine dengan suara terpatah-patah seperti sedang terserang sesak nafas.Serta-merta Mbak Marni melaksanakan perintah Bu Ine dan setengah berlari ke kamar Irwan dan mengetuk lalu memanggili sang tuan. Ia begitu tergopoh karena takut kalau-kalau Bu Ine kena serangan, sebab ia sudah berkali-kali diperingatkan oleh Irwan untuk menjaga kondisi sang nyonya. Ia takut akan dipersalahkan.Setelah beberapa kali ketukan, baru Irwan terbangun dan membukakan pintunya. Ia baru saja tidur sebentar dan kepalanya juga masih belum sempurna hilang pusingnya. Tapi kini masalah lain sedang menghadang.“Ada apa, Mbak Marni? Kenapa teriak-teriak gitu?” tanyanya sambil menguap

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-28
  • SESAL SANG MANTAN   21. Menantu Serba Salah

    “Astaghfirullah, Bu. Masuk dan duduk dulu sini, Bu. Hati-hati lho nanti Ibu kena serangan lagi kalau marah-marah begitu. Ingat tensinya, Bu.” Bu Hana malah fokus pada kondisi Bu Ine karena melihat kondisi sang besan yang mukanya memerah dnegan mata membeliak penuh amarah. Bahkan dada sang tamu tampak naik turun pertanda kesulitan napas. Ia juga memperhatikan wanita yang menemaninya tampak tergopoh menghalangi Bu Ine untuk mengamuk tapi tak punya daya untuk itu.“Bu Hana juga apa nggak bisa nasihatin Ranti? Jangan semena-mena dengan Irwan! Irwan menanggung kehidupanku dan bagaimana nasib kami kalau dia sampai dipecat dari pekerjaannya selama ini, Ranti? Kamu mau tanggung jawab atas kami?” lanjut Bu Ine tak peduli pada kekhawatiran sang mantan besan.“Ya Allah, ini ada apa, Ranti? Kamu melakukan apa sama Irwan? Astaga Ibu nggak ngerti, ayo sini masuk dulu, Bu. Biar kubikinin minum.” Bu Hana tetap membujuk sang besan karena bagaimanapun, naluri kemanusiaannya kasihan kepada tamu yang kea

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SESAL SANG MANTAN   22. Butuh Didengar

    Ranti terdiam sejenak, menikmati percakapan ringan yang mengalir antara dirinya dan Jodi. Suasana di kamar terasa lebih tenang, meskipun di luar sana masih ada keruwetan dalam hidupnya yang belum selesai. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya setelah kejadian tadi bersama Bu Ine yang begitu menguras emosinya. "Jadi, kamu beneran lagi gak sibuk, Jod?" tanya Ranti sambil menatap keluar jendela, melihat cuaca yang mendung. Ia merasa sedikit canggung, meskipun sebelumnya mereka sudah cukup akrab. Tapi percakapan kali ini terasa berbeda. Ada semacam ketegangan ringan yang tak bisa ia pungkiri."Udah free kalau jam segini. Kenapa? Kamu butuh teman ngobrol? Yaudah curhat aja, siapa tau aku bisa bantu, kan? Kita ini temen lama, Ran. Kalau kamu ada masalah aku pasti bantu asal mampu," jawab Jodi serius.Ranti terkejut. Meskipun ia baru saja berbicara dengan Jodi beberapa menit, pria itu sudah bisa membaca suasana hatinya. Kadang ia merasa Jodi ini seperti detektif, bisa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SESAL SANG MANTAN   23. Kalang Kabut

    Semakin hari semakin menipis uang tabungan Irwan. Padahal dia masih harus membayar fee pengacara untuk melawan Dewi dan juga memenuhi semua kebutuhan dirinya dan Bu Ine. Ia pun terus-menerus mencari lowongan kerja di mana tak membutuhkan surat pengalaman. Susah, karena yang ada tentu saja hanya pekerjaan kelas bawah yang tak sebanding dengan jabatannya sebelum itu.“Ayolah, Arman. Kita sudah lama berkawan, kamu masa’ nggak percaya sama kemampuan aku?” Irwan sedikit memaksa temannya yang adalah manager HRD di sebuah perusahaan produsen parfum.“Duh, maaf sekali lagi, Bro. Tapi ini bukan soal aku percaya atau nggak sama kemampuan kamu, ya. Aku tahu banget kamu udah banyak pengalaman, tapi aturan perusahaan sini udah gitu. Wajib ada surat rekomendasi dari perusahaan sebelumnya kalau mau rekrut personil berpengalaman. Soalnya ini juga termasuk untuk penilaian attitude sih,” jelas temannya yang dipanggil Arman.“Tapi kan kamu manager HRD, Man, apa nggak bisa ngakalin dikit gitu kek biar bi

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • SESAL SANG MANTAN   24. Pengkhianatan

    Setelah berjalan melalui lorong panjang dengan karpet tebal dan dekorasi yang megah, Irwan akhirnya sampai di depan pintu ruang direktur. Sekretaris tersebut mengetuk pintu, kemudian membuka pintu dengan hormat.“Pak Anji, ada tamu yang ingin bertemu,” ujarnya, dan Irwan pun melangkah masuk.Di balik meja besar yang terbuat dari kayu ek berwarna cokelat tua, duduk seorang pria paruh baya yang tampak tenang. Wajahnya tegas, namun ada kesan ramah yang tergambar dari senyum tipis yang ia tunjukkan saat Irwan masuk. Anji, sang direktur, adalah sosok yang dikenal sangat cerdas dan memiliki insting bisnis yang tajam. Sudah bertahun-tahun ia memimpin perusahaan Ekomoda ini, dan meski tampak kalem, di balik itu semua ia selalu menjaga daya saing perusahaan dengan sangat hati-hati.“Silakan duduk, Pak Irwan. Saya dengar Anda membawa informasi penting,” ucap Anji sambil mengarahkan tangannya ke kursi di depan meja. “Apa yang bisa saya bantu?”Irwan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • SESAL SANG MANTAN   25. Sidang Awal

    Sementara itu, setelah lama menanti, masa untuk persidangan awal proses perceraian Ranti dan Irwan pun tiba. Ranti sudah diwanti-wanti oleh Dewi untuk tak membuka mulutnya terlalu banyak di sidang nanti.“Nanti aku saja yang melakukan semuanya, oke. Kamu paling cukup jawab seperlunya ketika keteranganmu diminta oleh hakim atau jaksa. Selebihnya biar aku yang handle,” titah Dewi tegas. Dan Ranti hanya mengangguk pasrah.Jodi sebenarnya juga menawarkan untuk hadir sebagai support menemani keluarga Ranti, tetapi tentu saja Ranti menolak halus. Perkara itu adalah hal pribadinya dan ia tak mau kalau terlalu banyak orang yang ikut campur. Berita yang beredar di sodial medianya waktu itu saja sudah cukup membuatnya malu tanpa perlu mengungkap juga isi persidangannya di depan orang yang tidak berkepentingan langsung dalam hal itu.Tapi Jodi di belakang layar sangat banyak membantu Dewi untuk memperoleh bukti-bukti penyelewengan Irwan dari Ranti baik perkara gaji maupun perkara perselingkuhann

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • SESAL SANG MANTAN   26. Cekcok

    Setelah persidangan yang memanas, ruang sidang terasa seperti ruang hening setelah ledakan. Debat, bukti-bukti, dan argumen yang diajukan Dewi berhasil memberikan pukulan telak kepada Irwan, namun keputusan mediasi dari hakim membuat semuanya masih abu-abu. Saat sidang berakhir, suasana di luar ruang sidang berubah menjadi tegang. Bu Ine tampaknya sudah siap dengan segala bentuk makian untuk diluapkan. Sementara itu, Ranti dan Dewi berjalan dengan tenang, meskipun masih ada banyak hal yang harus mereka hadapi.Irwan dan Bu Ine segera berjalan cepat, seperti orang yang ingin segera mencapai Ranti. Dengan wajah masam, ia tampak dikuasai amarah. Hatinya kesal setengah mati bukan hanya karena kekalahan yang tak bisa mereka elakkan, tetapi juga karena dirinya merasa dipermalukan di hadapan orang banyak. Ia tidak peduli dengan seberapa kuat bukti-bukti yang dimiliki oleh Dewi. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana inginnya ia memaki Dewi dan juga Ranti untuk memulihkan harga diri.Irwa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02

Bab terbaru

  • SESAL SANG MANTAN   44. Hukuman Terberat (Ending)

    Hukuman terberat bukan dipenjara atau membayar sejumlah besar denda yang diajukan oleh perusahaan milik Jodi. Bukan!Irwan sama sekali tak keberatan kalau ia harus dipenjara selama beberapa saat atau menumpuk utang hanya untuk membayar denda asalkan setelah itu ia masih bisa memiliki Ranti!Ya, kini Irwan benar-benar sadar dan menyesal setengah mati mengapa dulu ia sampai terpikir untuk mengkhianati istri tercintanya itu. Sungguh, ia mengutuk hari di mana Mona berhasil meruntuhkan kesetiaannya. Hari di mana ia terpesona oleh bujuk rayu wanita sial*n itu. Astaga! Andai bisa ia mengulang waktu!Pengacara dari perusahaan barunya sudah membereskan semua urusan jaminan hingga ia tak perlu sampai menginap di balik tahanan. Tapi meskipun pulang ke rumah, pikirannya hanya terpusat pada satu hal. Bagaimana ia bisa mendapatkan kembali simpati dan cinta dari Ranti, mantan istri yang masih sangat dicintai serta diharapkannya itu.Tapi nyatanya kuasa hukum Jodi justru memberikannya dua pilihan, be

  • SESAL SANG MANTAN   43. Sang Pesakitan

    "Ada apa ini?"Sambil berusaha bersikap setenang mungkin, Irwan menghampiri tiga petugas tesebut dan mempersilakan mereka duduk kembali di sofa ruang tamu."Ini surat penahanan Anda, Pak Irwan. Harap bersikap kooperatif karena sudah berkali-kali surat panggilan interogasi datang, tetapi Anda sama sekali tidak memberikan respon." Seorang petugas yang sepertinya adalah senior di antara dua lainnya itu berkata sambil menyodorkan sebuah amplop putih panjang.Irwan mengambil dan membuka lalu membacanya dalam hati. Betul yang petugas itu katakan. Ia benar-benar harus ditahan saat itu juga. Astaga!"Tapi, Pak. Bukankah seharusnya saya berhak mendapatkan bantuan pengacara? Perusahaan baru saya sudah pasti akan bersedia menyediakan pengacara mahal untuk saya--""Silakan, Pak. Di pengadilan nanti Bapak bebas didampingi pengacara. Tapi saat ini yang penting Anda harus ikut kami," jawab sang petugas senior lagi.Irwan tak punya pilihan lain. Ia izin untuk berganti pakaian dulu ke kamar sambil mel

  • SESAL SANG MANTAN   42. Nasib Peselingkuh

    "Apa? Berani nyamperin kamu ke rumah? Mau apa katanya?" Jodi yang mendapat laporan dari Ranti segera terpantik emosi."Tau tuh, katanya mau bicara empat mata. Pake bilang minta ampun dan sumpah nggak akan ngulangin kesalahan lah, apa lah, ish." Ranti menjelaskan sambil bibirnya mengerucut kesal sendiri atas sikap Irwan tadi.Mereka berdua tengah makan siang di cafe dekat MP Distro milik Ranti. Biasanya mereka juga sekalian membahas hal-hal penting mengenai distro yang berhubungan dengan Jodi dan tentu saja juga diselipi urusan pribadi."Lalu, kamu kasih dia kesempatan lagi?" tanya Jodi sambil hatinya ketar-ketir. Bagaimana pun, Irwan adalah cinta pertama Ranti. Dan banyak sekali orang yang bilang bahwa namanya cinta pertama itu pasti susah hilang sama sekali meski sudah berpisah sekalipun. Siapa yang tidak khawatir?"Ya nggak, lah. Langsung kutinggalin dia di sana. Biarin deh ngomong sama pagar sana sekalian! Enak amat minta dimaafin setelah apa yang dia perbuat!" Ranti masih menggebu

  • SESAL SANG MANTAN   41. Kembalilah Padaku

    Malam-malam dingin terus menyelimuti Irwan. Dalam kesepian, ia terus merindui sosok Ranti, sang mantan istri. Di ranjang, di sudut-sudut kamar, di depan meja rias, bahkan di dalam kamar mandi, seringkali ia dapati bekas-bekas aroma Ranti yang masih tertinggal.Ah, kenapa ia begitu gegabah? Kenapa sampai sebodoh itu menggugat cerai istri sebaik Ranti cuma demi seorang Mona yang nyatanya sama sekali tak sepadan?vLihat sekarang, Ranti bisa kembali jadi bahkan jauh lebih cantik dari dulu semasa perawan. Dan pekerjaan? Kini wanita itu sudah jauh melampaui pencapaian Irwan sendiri, apalagi Mona! Tidak ada apa-apanya!Ranti pandai memasak, menu yang ia sediakan tak pernah gagal memanjakan lidah Irwan maupun ibunya. Ranti juga pandai mengambil hati sang mertua dengan bersikap penurut serta tanpa banyak protes dan bersedia melayani apa pun pinta Bu Ine. Berbanding terbalik sekali dengan Mona yang sebagai wanita taunya hanya bersolek, belanja dan menghabiskan duit! Selain itu nol!"Kembalilah

  • SESAL SANG MANTAN   40. Cemburu Maksimal

    “Kamu kok jadi jarang banget pulang ke rumahku, sih?” protes Mona di kantor hari itu.“Ya aku kan harus nemenin Ibuku, Mon. Lagipula kan kita udah selalu ketemu di kantor." Irwan menjawab santai karena ia tak begitu tertarik lagi dengan Mona. Baginya, mengejar Ranti kembali merupakan sebuah misi yang jauh lebih penting ketimbang menuruti kemauan wanita di depannya itu.“Ya beda dong, Sayang ….” Mona merapatkan tubuhnya dan menyentuhkan jemari ke rahang Irwan.Biasanya Irwan akan meleleh lalu turut mencumbu wanita itu, tapi tidak kali ini. Irwan justru menepis tubuh Mona dan bangkit dari kursi putarnya untuk keluar dari ruangan.“Dengar, Mona. Kita masih baru di perusahaan ini, jadi jaga sikapmu sebelum kita bisa dapat peringatan atau parahnya dipecat lagi seperti dulu!”Mona memelototi Irwan yang meninggalkannya begitu saja di ruangan.“Sial! Kenapa sih dia? Kayaknya udah ada yang lain lagi ini!” gerutu Mona menyipitkan mata sambil bertekad akan menyelidiki.Tidak mungkin Irwan cuek p

  • SESAL SANG MANTAN   39. Mobil Baru

    "Aku pulang langsung atau boleh mampir dulu?" tanya Jodi saat sudah sampai di depan pagar rumah Ranti.Ranti menengok jam tangan yang menunjuk angka 9 dan kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Udah kemalaman banget, Jod. Kapan-kapan aja ya mampirnya.""Bukain gih gerbangnya," pinta Jodi kemudian seraya bersiap memutar mobil untuk masuk rumah."Loh, kubilang pulang aja, ini udah kemaleman," ulang Ranti yang sejenak mengira Jodi salah mengartikan ucapannya tadi."Iya aku langsung pulang. Ini cuma mau masukin mobil dulu kok," sergah Jodi yang tak sabar lalu keluar sendiri dan dengan cepat mendorong pintu besi berwarna hitam itu menggeser ke samping hingga terbuka semua.Ranti masih terperangah. Gimana sih, kan disuruh pulang, kok malah mobilnya dimasukin? Pikirannya tak sampai menerka maksud Jodi.Sementara Jodi memilih melanjutkan tindakan. Memasukkan mobil sedan maticnya ke teras, bersebelahan dengan mobil ayah Ranti. Kemudian ia keluar dari kursi kemudi dan menyerahkan kunci pada R

  • SESAL SANG MANTAN   38. Cukup Satu Kata

    "Would you be mine?"Hening. Hembusan angin pantai meniup lembut jilbab Ranti hingga berkibar menutup hampir separuh wajahnya. Melihat itu, jemari Irwan tak kuasa untuk tak menyentuh helai jilbab yang dikenakan oleh wanita di hadapan."Cantik ...." Sebuah kata meluncur lancar dari bibir Jodi. Tak ayal membuat wajah Ranti yang sudah merona semakin tampak matang sempurna.Astaga! Kalau ada tempat kabur dan sembunyi, rasanya Ranti akan melompat ke sana secepatnya. Tak ada yang bisa dilakukannya kini selain menundukkan kepala. Memandangi ujung sepatunya sambil dengan susah payah menjaga agar debaran jantung tak sampai terdengar oleh pria di hadapan."Ran ...? Tidur ya kamu?" Mendadak Jodi mengangkat lembut dagu Ranti dan menengadahkan wajah ayu itu hingga menghadap langsung ke matanya.Dan saat dua pasang mata bertemu, kembali tak ada sepatah pun terucap. Hanya desau angin yang terasa semakin kencang saja hingga Jodi memutuskan mengambilkan jas yang tadi ia letakkan di mobil untuk dikenak

  • SESAL SANG MANTAN   37. Yang Lama Terpendam

    "Udah beres semua urusan Distro?" tanya Jodi kala Ranti sudah masuk ke dalam mobilnya."Udah, kok. Nanti kalau ada apa-apa Imel akan hubungin aku. Tapi nggak ada jadwal khusus hari ini, sepertinya aman," jawab Ranti meyakinkan.Biasanya ia memang akan menolak diajak keluar kalau ada jadwal kedatangan stok bahan atau produk jadi yang datang. Juga bila ada janji temu dengan supplier atau buyer partai besar. Tapi hari ini bebas, ia bisa keluar dengan Jodi entah ke mana pria itu akan membawanya."Oke, berarti kalau kita perginya agak jauhan bisa kan?" tanya Jodi lagi.Seketika Ranti menoleh ke arah pria di belakang kemudi itu."Agak jauh ke mana maksud kamu?""Ya ada deh, nggak jauh-jauh banget. Palingan dua jam perjalanan," jawab Jodi penuh misteri.Mobil sudah melaju membelah jalanan kota Bandung di jam pulang kerja. Bisa dibayangkan macetnya, tetapi rupanya hanya sebentar mereka berjibaku dalam padatnya kendaraan karena Jodi kemudian berbelok ke areal yang lumayan sepi, menuju ke Indra

  • SESAL SANG MANTAN   36. Perbincangan Antar Lelaki

    Jodi lumayan terkejut kala siang itu mendapati sosok Irwan ada di kantornya. Sejujurnya ia tak menyangka Irwan akan berani menginjakkan kaki lagi di Giant Textile. Rupanya nyalinya besar juga, pikir Jodi sambil kemudian bersikap waspada.“Kau kemari, Irwan? Untuk apa?” tanya Jodi akhirnya.“Untuk berbincang secara lelaki!” tukas Irwan pendek. Tampak dadanya naik turun menahan emosi. Hal mana membuat Jodi terheran karena seharusnya yang emosi kala melihat Irwan adalah dirinya. Jelas-jelas Jodi yang dirugikan dan dikhianati sedemikian rupa hingga Giant Textile kehilangan tender potensialnya.“Perbincangan antar lelaki? Wow!” komentar Jodi sedikit mencibir.“Saya kemari karena Bapak rupanya begitu takut dengan aksi saya sampai-sampai mulai mengintimidasi Ibu dan Ranti untuk ikut membujuk saya. Di mana nyali Anda sebagai lelaki, Pak? Bukankah ini urusan pribadi kita berdua?” Irwan langsung melabrak Jodi.“Tunggu, siapa yang mengintimidasi Ibu kamu dan Ranti?” Jodi menaikkan alis tanda tak

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status