Semakin hari semakin menipis uang tabungan Irwan. Padahal dia masih harus membayar fee pengacara untuk melawan Dewi dan juga memenuhi semua kebutuhan dirinya dan Bu Ine. Ia pun terus-menerus mencari lowongan kerja di mana tak membutuhkan surat pengalaman. Susah, karena yang ada tentu saja hanya pekerjaan kelas bawah yang tak sebanding dengan jabatannya sebelum itu.“Ayolah, Arman. Kita sudah lama berkawan, kamu masa’ nggak percaya sama kemampuan aku?” Irwan sedikit memaksa temannya yang adalah manager HRD di sebuah perusahaan produsen parfum.“Duh, maaf sekali lagi, Bro. Tapi ini bukan soal aku percaya atau nggak sama kemampuan kamu, ya. Aku tahu banget kamu udah banyak pengalaman, tapi aturan perusahaan sini udah gitu. Wajib ada surat rekomendasi dari perusahaan sebelumnya kalau mau rekrut personil berpengalaman. Soalnya ini juga termasuk untuk penilaian attitude sih,” jelas temannya yang dipanggil Arman.“Tapi kan kamu manager HRD, Man, apa nggak bisa ngakalin dikit gitu kek biar bi
Setelah berjalan melalui lorong panjang dengan karpet tebal dan dekorasi yang megah, Irwan akhirnya sampai di depan pintu ruang direktur. Sekretaris tersebut mengetuk pintu, kemudian membuka pintu dengan hormat.“Pak Anji, ada tamu yang ingin bertemu,” ujarnya, dan Irwan pun melangkah masuk.Di balik meja besar yang terbuat dari kayu ek berwarna cokelat tua, duduk seorang pria paruh baya yang tampak tenang. Wajahnya tegas, namun ada kesan ramah yang tergambar dari senyum tipis yang ia tunjukkan saat Irwan masuk. Anji, sang direktur, adalah sosok yang dikenal sangat cerdas dan memiliki insting bisnis yang tajam. Sudah bertahun-tahun ia memimpin perusahaan Ekomoda ini, dan meski tampak kalem, di balik itu semua ia selalu menjaga daya saing perusahaan dengan sangat hati-hati.“Silakan duduk, Pak Irwan. Saya dengar Anda membawa informasi penting,” ucap Anji sambil mengarahkan tangannya ke kursi di depan meja. “Apa yang bisa saya bantu?”Irwan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan
Sementara itu, setelah lama menanti, masa untuk persidangan awal proses perceraian Ranti dan Irwan pun tiba. Ranti sudah diwanti-wanti oleh Dewi untuk tak membuka mulutnya terlalu banyak di sidang nanti.“Nanti aku saja yang melakukan semuanya, oke. Kamu paling cukup jawab seperlunya ketika keteranganmu diminta oleh hakim atau jaksa. Selebihnya biar aku yang handle,” titah Dewi tegas. Dan Ranti hanya mengangguk pasrah.Jodi sebenarnya juga menawarkan untuk hadir sebagai support menemani keluarga Ranti, tetapi tentu saja Ranti menolak halus. Perkara itu adalah hal pribadinya dan ia tak mau kalau terlalu banyak orang yang ikut campur. Berita yang beredar di sodial medianya waktu itu saja sudah cukup membuatnya malu tanpa perlu mengungkap juga isi persidangannya di depan orang yang tidak berkepentingan langsung dalam hal itu.Tapi Jodi di belakang layar sangat banyak membantu Dewi untuk memperoleh bukti-bukti penyelewengan Irwan dari Ranti baik perkara gaji maupun perkara perselingkuhann
Setelah persidangan yang memanas, ruang sidang terasa seperti ruang hening setelah ledakan. Debat, bukti-bukti, dan argumen yang diajukan Dewi berhasil memberikan pukulan telak kepada Irwan, namun keputusan mediasi dari hakim membuat semuanya masih abu-abu. Saat sidang berakhir, suasana di luar ruang sidang berubah menjadi tegang. Bu Ine tampaknya sudah siap dengan segala bentuk makian untuk diluapkan. Sementara itu, Ranti dan Dewi berjalan dengan tenang, meskipun masih ada banyak hal yang harus mereka hadapi.Irwan dan Bu Ine segera berjalan cepat, seperti orang yang ingin segera mencapai Ranti. Dengan wajah masam, ia tampak dikuasai amarah. Hatinya kesal setengah mati bukan hanya karena kekalahan yang tak bisa mereka elakkan, tetapi juga karena dirinya merasa dipermalukan di hadapan orang banyak. Ia tidak peduli dengan seberapa kuat bukti-bukti yang dimiliki oleh Dewi. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana inginnya ia memaki Dewi dan juga Ranti untuk memulihkan harga diri.Irwa
Tiga hari setelahnya, sebuah mediasi dijadwalkan untuk mencari solusi damai atas perceraian Ranti dan Irwan. Sebuah upaya yang diharapkan bisa meredakan ketegangan dan membawa mereka menuju jalan yang lebih baik, meskipun semua pihak tahu bahwa proses ini kemungkinan tidak akan berjalan mulus. Ranti dan Dewi tiba di ruang mediasi dengan suasana hati yang jauh dari lega. Ranti terlihat tenang, meski jelas ada bekas luka emosional yang masih mengganggu. Dewi, di sisi lain, tampak serius, siap menghadapi setiap tantangan yang mungkin muncul.Irwan dan Bu Ine datang bersama pengacara mereka. Irwan terlihat lebih lemah daripada sebelumnya. Langkahnya masih terhuyung, seakan tidak percaya bahwa segala sesuatunya bisa berubah secepat ini. Di sampingnya, Bu Ine tampak lebih garang dari sebelumnya, penuh kemarahan yang tampaknya belum juga reda. Mereka duduk berhadapan dengan Ranti dan Dewi, memulai sesi mediasi dengan setertib mungkin.Mediator membuka sesi dengan suara tenang, mencoba menena
“Ke mana aja sih kamu, Irwan? Kenapa susah sekali dihubungi sekarang? Kamu menghindari aku, ya?” Mona langsung melabrak Irwan begitu ia melihat pria itu turun dari mobilnya bersama Bu Ine. Ia bahkan mengabaikan keberadaan sang ibu dari Irwan tanpa menyapanya terlebih dulu.Berhari-hari belakangan teleponnya diabaikan oleh Irwan hingga akhirnya ia nekat mendatangi rumah Bu Ine. Rasa kesalnya karena seoah dirinya dibuang begitu saja setelah semua keributan dan musibah yang mereka alami berdua membuatnya kehilangan rasa takut pada Bu Ine.“Aku sibuk, Mona. Aku akan menghubungimu kalau sudah beres semua urusan. Jangan menggangguku dulu untuk sementara waktu,” jawab Irwan dengan nada satar seolah tanpa rasa bersalah sama sekali. Sejujurnya ia memang butuh menjauh dulu dari Mona sebab setiap kali bertemu, ia hanya semakin dibuat kesal dan kusut pikiran dengan segala omelan dan tuntutan absurd dari kekasih haramnya itu.“Heh, pelakor! Cukup sudah kamu bikin hancur kehidupan anak saya, ya. Ja
Disclaimer: bab ini bukan untuk mendukung para single untuk tetap bertahan sendiri, ya. Menikah adalah penyempurna ibadah, jadi tetap harus kita usahakan untuk mencari jalan pernikahan dengan pria yang baik akhlak serta bertanggung jawab. Author doain semoga pembaca semua yang sudah menikah rumah tangganya bahagia dan sejahtera, samawa till jannah, serta yang masih single segera bertemu jodoh terbaik dunia akhiratnya, tentunya yang bukan seperti Irwan, aamiin Ya Robbal alamiin_________________________________________ Pagi itu Ranti berniat jogging di Minggu pagi. Meskipun bukan karyawan kantoran, tapi dia suka jogging di hari Minggu saja sebab banyak juga tetangga sejawat yang melakukannya. Ia suka berlari kecil dengan para tetangga yang meskipun jarang mengobrol sebelumnya ternyata juga ramah dan suka bertegur sapa. Meski hanya sekeliling kompleks perumahan dan berakhir di area taman, yang penting sudah memenuhi jatah wajib olahraga mengeluarkan keringat untuk menjaga bentuk tu
Ranti memutuskan untuk lebih fokus pada usaha yang sedang dirintis. Usaha distro yang ia mulai dengan bantuan Jodi memang memerlukan perhatian ekstra, namun ia menikmatinya. Setiap pagi, ia berangkat ke tempat usaha tersebut untuk memantau segala sesuatunya, memastikan stok baju selalu tersedia dan tata letak di toko terlihat menarik. Tidak hanya itu, Ranti juga aktif mengelola penjualan online, memasarkan produk melalui marketplace, serta membuat strategi promosi untuk mengundang lebih banyak pelanggan datang ke outlet offline.Di sisi lain, proses perceraian dengan Irwan memang tinggal menunggu beberapa keputusan administratif, tetapi hari-hari menjelang sidang itu tetap mempengaruhi perasaannya. Ada rasa lega tentu saja, setidaknya setelah ini ia akan sepenuhnya lepas urusan sama sekali dari Irwan. Ia merasa seolah semuanya sudah usai, kenangan baik maupun buruknya selama menikah dengan Irwan hendak ditenggelamkannya dalam palung ingatan. Ia bertekad bahwa hari-hari yang ia jalani
Hari itu juga sepulang kerja Jodi mendatangi distro milik Ranti. Ia memutuskan Ranti harus tahu soal kelakuan mantan suaminya itu. Sesampai di sana, ia langsung bercerita dengan gamblang soal kekalahan perusahaannya saat berebut tender dengan Ekomoda. Dan tentu saja fakta bahwa Irwan lah dalang di balik kekalahan itu.“Apa? Kamu yakin, Jod? Irwan kayaknya nggak mungkin senekat itu, deh—“ Ranti terkejut dan tak percaya mendengar berita tersebut.“Aku udah selidikin dan bahkan tadi aku langsung hubungin dia, Ran. Dia nggak ngelak, loh! Malah dia bilang itu baru awal dari pemabalasan dendamnya karena udah kupermalukan,” jawab Jodi meyakinkan.“Astaga! Keterlaluan banget sih Irwan! Dia nggak tahu apa kalau sabotase seperti itu termasuk tindak kriminal? Bener-bener ceroboh!” Serta-merta Ranti mengambil ponselnya dan langsung menghubungi Irwan.Jodi melihat kelakuan Ranti tersebut dengan wajah heran.“Tunggu ... kamu mau apa? Mau hubungin dia? Serius?” sergah Jodi sambil menyentuh lengan Ra
Giant Textile yang selama ini selalu mendominasi pasar harus menghadapi kerugian besar dan kehilangan klien-klien penting, yang seharusnya menjadi bagian dari portofolio mereka. Namun, di balik semua kemenangan Ekomoda, ada perasaan tidak nyaman yang menghantui Irwan. Walaupun ia berhasil menyabotase perusahaan tempatnya bekerja sebelumnya, ia juga merasa bahwa ia sedang merusak reputasinya sendiri dalam dunia bisnis. Namun, ia menekan perasaan itu, berpikir bahwa ini adalah langkah terbaik untuk membalaskan dendam dan mendapatkan tempat yang layak bagi dirinya di Ekomoda.Kemenangan Ekomoda dalam tender itu membuka peluang besar bagi Irwan untuk melangkah lebih jauh dalam kariernya. Ia tak hanya berhasil menjatuhkan Giant Textile, tetapi juga membuktikan bahwa ia adalah orang yang sangat berguna bagi perusahaan ini. Posisi yang tadinya hanya sebagai asisten manajer kini bisa segera menjadi manajer marketing yang diinginkannya.Namun, di balik kesuksesan ini, Irwan semakin terperangka
Seiring berjalannya waktu, Irwan mulai mempelajari rutinitas dan struktur Ekomoda. Ia tidak hanya harus beradaptasi dengan posisi barunya sebagai asisten manager marketing, tetapi juga mempersiapkan langkah-langkah untuk melaksanakan sabotase yang telah direncanakannya. Setiap hari, ia menyusup lebih dalam ke dalam data dan sistem, mencari celah yang merupakan kekurangan perusahaan itu dibandingkan dengan kinerja Giant Textile. Tujuan utamanya adalah untuk membuat Ekomoda jauh lebih maju sekaligus menghancurkan Giant Textile setelah itu. Irwan tahu persis bagaimana cara mereka bekerja—Giant Textile adalah pesaing besar yang tak pernah gagal dalam memenangkan tender-tender besar selama ini. Namun, ia juga tahu kelemahan mereka. Selama bertahun-tahun bekerja di sana, ia mempelajari betul bagaimana mereka mengelola data klien, strategi penawaran, dan mekanisme internal mereka. Semua informasi itu kini ia pegang erat, dan ia tahu Ecomoda harus bisa memanfaatkannya
Di sebuah kafe yang terletak tidak jauh dari pusat kota, Ranti sedang duduk santai menikmati secangkir kopi sambil memeriksa beberapa pesanan online yang masuk untuk distro miliknya. Pagi itu, suasana kafe cukup ramai, beberapa orang duduk di sudut berbincang santai, sementara yang lain sibuk bekerja dengan laptop terbuka di hadapan mereka. Ranti merasa tenang di tengah keramaian itu, menikmati momen kesendirian yang bisa memberinya sedikit ketenangan di tengah kesibukan usahanya.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Tiba-tiba, dua orang yang familiar muncul di pintu kafe. Ranti mengenali sosok itu dengan sangat jelas. Irwan dan Mona, selingkuhannya, melangkah masuk dengan senyum lebar yang terlihat sedikit sinis. Mereka berjalan menuju meja yang terletak tidak jauh dari tempat Ranti duduk. Tampak sekali Irwan sebenarnya ingin mengajak Mona keluar, mungkin berganti cafe lain, tapi Mona tentu saja tak peduli.Ranti berusaha menahan diri agar tidak terlihat terlalu memperhatikan m
Ranti memutuskan untuk lebih fokus pada usaha yang sedang dirintis. Usaha distro yang ia mulai dengan bantuan Jodi memang memerlukan perhatian ekstra, namun ia menikmatinya. Setiap pagi, ia berangkat ke tempat usaha tersebut untuk memantau segala sesuatunya, memastikan stok baju selalu tersedia dan tata letak di toko terlihat menarik. Tidak hanya itu, Ranti juga aktif mengelola penjualan online, memasarkan produk melalui marketplace, serta membuat strategi promosi untuk mengundang lebih banyak pelanggan datang ke outlet offline.Di sisi lain, proses perceraian dengan Irwan memang tinggal menunggu beberapa keputusan administratif, tetapi hari-hari menjelang sidang itu tetap mempengaruhi perasaannya. Ada rasa lega tentu saja, setidaknya setelah ini ia akan sepenuhnya lepas urusan sama sekali dari Irwan. Ia merasa seolah semuanya sudah usai, kenangan baik maupun buruknya selama menikah dengan Irwan hendak ditenggelamkannya dalam palung ingatan. Ia bertekad bahwa hari-hari yang ia jalani
Disclaimer: bab ini bukan untuk mendukung para single untuk tetap bertahan sendiri, ya. Menikah adalah penyempurna ibadah, jadi tetap harus kita usahakan untuk mencari jalan pernikahan dengan pria yang baik akhlak serta bertanggung jawab. Author doain semoga pembaca semua yang sudah menikah rumah tangganya bahagia dan sejahtera, samawa till jannah, serta yang masih single segera bertemu jodoh terbaik dunia akhiratnya, tentunya yang bukan seperti Irwan, aamiin Ya Robbal alamiin_________________________________________ Pagi itu Ranti berniat jogging di Minggu pagi. Meskipun bukan karyawan kantoran, tapi dia suka jogging di hari Minggu saja sebab banyak juga tetangga sejawat yang melakukannya. Ia suka berlari kecil dengan para tetangga yang meskipun jarang mengobrol sebelumnya ternyata juga ramah dan suka bertegur sapa. Meski hanya sekeliling kompleks perumahan dan berakhir di area taman, yang penting sudah memenuhi jatah wajib olahraga mengeluarkan keringat untuk menjaga bentuk tu
“Ke mana aja sih kamu, Irwan? Kenapa susah sekali dihubungi sekarang? Kamu menghindari aku, ya?” Mona langsung melabrak Irwan begitu ia melihat pria itu turun dari mobilnya bersama Bu Ine. Ia bahkan mengabaikan keberadaan sang ibu dari Irwan tanpa menyapanya terlebih dulu.Berhari-hari belakangan teleponnya diabaikan oleh Irwan hingga akhirnya ia nekat mendatangi rumah Bu Ine. Rasa kesalnya karena seoah dirinya dibuang begitu saja setelah semua keributan dan musibah yang mereka alami berdua membuatnya kehilangan rasa takut pada Bu Ine.“Aku sibuk, Mona. Aku akan menghubungimu kalau sudah beres semua urusan. Jangan menggangguku dulu untuk sementara waktu,” jawab Irwan dengan nada satar seolah tanpa rasa bersalah sama sekali. Sejujurnya ia memang butuh menjauh dulu dari Mona sebab setiap kali bertemu, ia hanya semakin dibuat kesal dan kusut pikiran dengan segala omelan dan tuntutan absurd dari kekasih haramnya itu.“Heh, pelakor! Cukup sudah kamu bikin hancur kehidupan anak saya, ya. Ja
Tiga hari setelahnya, sebuah mediasi dijadwalkan untuk mencari solusi damai atas perceraian Ranti dan Irwan. Sebuah upaya yang diharapkan bisa meredakan ketegangan dan membawa mereka menuju jalan yang lebih baik, meskipun semua pihak tahu bahwa proses ini kemungkinan tidak akan berjalan mulus. Ranti dan Dewi tiba di ruang mediasi dengan suasana hati yang jauh dari lega. Ranti terlihat tenang, meski jelas ada bekas luka emosional yang masih mengganggu. Dewi, di sisi lain, tampak serius, siap menghadapi setiap tantangan yang mungkin muncul.Irwan dan Bu Ine datang bersama pengacara mereka. Irwan terlihat lebih lemah daripada sebelumnya. Langkahnya masih terhuyung, seakan tidak percaya bahwa segala sesuatunya bisa berubah secepat ini. Di sampingnya, Bu Ine tampak lebih garang dari sebelumnya, penuh kemarahan yang tampaknya belum juga reda. Mereka duduk berhadapan dengan Ranti dan Dewi, memulai sesi mediasi dengan setertib mungkin.Mediator membuka sesi dengan suara tenang, mencoba menena
Setelah persidangan yang memanas, ruang sidang terasa seperti ruang hening setelah ledakan. Debat, bukti-bukti, dan argumen yang diajukan Dewi berhasil memberikan pukulan telak kepada Irwan, namun keputusan mediasi dari hakim membuat semuanya masih abu-abu. Saat sidang berakhir, suasana di luar ruang sidang berubah menjadi tegang. Bu Ine tampaknya sudah siap dengan segala bentuk makian untuk diluapkan. Sementara itu, Ranti dan Dewi berjalan dengan tenang, meskipun masih ada banyak hal yang harus mereka hadapi.Irwan dan Bu Ine segera berjalan cepat, seperti orang yang ingin segera mencapai Ranti. Dengan wajah masam, ia tampak dikuasai amarah. Hatinya kesal setengah mati bukan hanya karena kekalahan yang tak bisa mereka elakkan, tetapi juga karena dirinya merasa dipermalukan di hadapan orang banyak. Ia tidak peduli dengan seberapa kuat bukti-bukti yang dimiliki oleh Dewi. Yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana inginnya ia memaki Dewi dan juga Ranti untuk memulihkan harga diri.Irwa