Ketika melihat ke dalam kotak, pemuda itu terkejut karena mendapati sembilan sisik berwarna keemasan, ia tentu saja ingat karena sisik-sisik tersebut adalah tanda lahirnya dulu. “I … ini bukan senjata pusaka!” protes Yu Ping kecewa. Ia berharap menemukan seruling yang nantinya dapat digunakan Dewa Keadilan Mengguncang Bumi, namun tak ada senjata apapun di dalam kotak. “Bawa semua sisik emas itu padaku!” perintah sang Dewa Naga. Meski ragu-ragu, Yu Ping melakukan apa yang diperintahkan. Ia meraup kesembilan sisik emas dengan kedua tangannya lalu membawa ke hadapan Ying Long. “Pejamkan kedua matamu!” perintah Dewa Naga bersisik emas lagi. “Kumpulkan lalu alirkan energi chi yang kau miliki pada sisik-sisik di tanganmu!” Yu Ping menurut, energi chi yang dikeluarkannya membentuk bola cahaya putih membungkus sembilan sisik dan mengangkatnya ke udara. Naga Ying long menyemburkan api ke arah bola cahaya, anehnya api itu sama sekali tak meluk
Genap dua tahun berlalu sejak jatuhnya Yu Ping ke dalam jurang Gunung Kunlun. Situasi daratan Cina dalam pemerintahan raja Qi Xiang semakin kacau balau. Kejahatan terjadi di mana-mana. Di dunia persilatan sendiri para pendekar sudah mulai acuh tak acuh, bahkan cenderung bersikap semaunya sendiri. Hal ini dikarenakan kekosongan jabatan ketua dunia persilatan sejak ketua terdahulu sekaligus Pendekar Nomor Satu, Wu Xian meninggal dunia. Lima petinggi perguruan ternama di dunia persilatan akhirnya memutuskan mengadakan pertemuan kembali di markas mereka yaitu sebuah kuil tua di pinggiran kota Ta Tung. Sebenarnya Ketua Bu Tong, Ketua Pedang Langit, dan Ketua Hoa Mei enggan datang bila mengingat betapa keji dan egois Tetua Wang yang kini telah menjadi Ketua Hoa San. Dalam hati mereka selalu mempertanyakan nasib murid Hoa San, Yu Ping. Sejak turun dari Gunung Kunlun dengan tangan hampa, Ketua Wang dan Tetua Cheng tidak pernah membahas tentang anak itu lagi. Yu Ping bagai hilang ditelan bu
Malam bulan purnama di atas Gunung Kunlun bila dilihat dari kejauhan seperti lukisan alam yang begitu indah. Namun bila orang berada di hutan belantara atau di puncak-puncak gunungnya, mereka tidak akan berpikir untuk menikmati keindahan alam tersebut. Suasana akan terasa mencekam dan menakutkan, seperti ada berpasang-pasang mata buas mengintai dari kegelapan. Di tengah kesunyian malam, tiba-tiba terdengar suara seruling mengalun lembut. Alunan musik dari seruling hanya terdengar samar-samar karena berasal jauh di bawah jurang, tetapi anehnya mampu menggetarkan dinding-dinding gunung. Bangunan terdekat di daerah Gunung Kunlun yaitu Perguruan Kunlun, ikut bergetar. Satu keanehan lagi, tak ada seorang penghuni pun yang menyadarinya, kebanyakan dari mereka tidur pulas. Irama seruling yang semula melantun lembut berubah makin lama makin cepat, energi suara dari seruling kemudian menggulung angin di dasar jurang. Gulungan angin itu segera berubah
“Hei, jangan bunuh aku!” terdengar teriakan melengking marah di dekat telinga Yu Ping, si pemuda melompat ke samping saking kagetnya. Seekor serangga sebesar kumbang melayang-layang di depan mata, makhluk mini inikah yang meneriakinya barusan? Yu Ping memejamkan mata, merangkum jari-jarinya sedemikian rupa seraya merapal mantera, “Mata Dewa!” Perlahan netra pemuda itu terbuka, bersamaan dengan itu mata ketiganya ikut pula terbuka. Ia mampu melihat benda mikro menjadi lebih jelas, dan ternyata makhluk yang ia kira kumbang adalah seekor naga berwarna merah. “Maaf … tapi siapakah namamu, Naga Kecil?” “Aku Dilong, Naga Bumi … ditugaskan kakak-kakakku untuk membantumu!” suara si naga mini melengking lagi. “Lain kali bersikap lembutlah pada perempuan, jangan asal pukul saja!” Ah, naga betina rupanya. Yu Ping tersenyum geli. Pantas saja cerewet sekali. Ia pun meminta maaf sekali lagi. “Dilong, tunjukkan ke manakah aku harus pergi
Di siang hari terik di kota Wenchuan, tampak empat laki-laki bersenjata memasuki sebuah rumah makan ‘Teratai’ yang terletak di tengah kota. Rumah makan tersebut selalu ramai pengunjung karena dikenal menyediakan arak terbaik di seluruh negeri. Ditambah lagi kota Wenchuan merupakan kota persinggahan bagi para pedagang maupun pengembara. Mereka duduk bersebelahan dengan meja di mana Yu Ping sedang menunggu pesanan makan siang. Murid Dewa Naga Fucanglong itu lebih banyak melamun, memikirkan keberadaan sang kekasih. Sementara naga mini, Dilong hinggap di kepala dan menarik-narik rambut Yu Ping dengan kedua kaki depannya sambil mengomel panjang lebar. “Ayo sadarlah! Tugasmu masih banyak, jangan hanya berkubang dalam penyesalan!” Tentu saja omelan Dilong hanya bisa didengarkan oleh telinga Yu Ping saja, namun pemuda itu tak menggubris rekannya. “Aku tidak akan tenang bila belum menemukan Qing Ning!” ucap Yu Ping melalui mata bati
Qi Yue menyusuri jalan setapak di sepanjang hutan pinus, langkahnya terlihat penuh semangat. Gadis yang menyamar sebagai pria itu sudah tak sabar ingin menyaksikan pertandingan para pendekar hebat di Gunung Hoa San. “Hmm, aku membutuhkan penunjuk jalan menuju Hoa San … tapi bagaimana menemukan orang yang dapat dipercaya?” gumam putri tunggal Kerajaan Qi sambil berpikir keras.Tiba-tiba si gadis mendengar suara beberapa langkah kaki di belakang, ia curiga jangan-jangan mereka sedang membuntutinya. Ketika Qi Yue mempercepat laju kaki, langkah di belakang juga ikut bergerak lebih cepat. Tak hilang akal, ia melompat tinggi, hinggap di atas dahan, lalu melesat di antara pepohonan. Orang-orang yang membuntutinya adalah empat pendekar yang ia permalukan di rumah makan Teratai beberapa saat lalu, melakukan hal yang sama. Beruntung ilmu meringankan tubuh Qi Yue masih jauh lebih baik, ia berhasil lepas dari kejaran dengan menyembunyikan diri berjongkok di balik semak-semak sementara keempat p
Empat pendekar dari Klan Elang Sakti bukannya jatuh kasihan, justru tertawa menyaksikan calon mangsa mereka menangis, meski tanpa suara terlihat dari pupil mata yang membesar bahwa gadis itu ketakutan.“Ke mana semua kesombonganmu, Nona?” ejek Adik Keempat, “Bukankah tadi kau berkoar-koar akan menumbangkan kami satu per satu?” Qi Yue meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ikatan tali yang membelit tubuhnya, namun sia-sia saja. Ketua Wei mulai melepaskan baju bagian atasnya sendiri, mata bersinar penuh napsu tak lepas memandang gadis malang yang tergeletak tak berdaya di dekat kakinya. “Aku yang akan pertama kali mencicipi tubuh indahmu, Manis!” seringai Ketua Wei, air liur menetes dari bibirnya ketika membungkuk di atas tubuh Qi Yue, sungguh menjijikkan.Sayup-sayup terdengar suara seruling mengalun, keempat pria kejam dari Klan Elang Sakti terkesima mendengar alunan musik yang sangat indah. Tanpa mereka sadari gelombang suara yang dihasilkan seruling mengandung energi chi, ya
"Selamat datang di Ekspedisi Naga Merah, namaku Xue Yi siap melayani Anda!" pria itu menangkupkan tangan ke depan dada, memberi salam pada Yu Ping dan Putri Qi Yue. “Tuan Xue Yi, aku ingin menyewa jasa Ekspedisi Naga Merah untuk mengirimkan sebuah paket ke Hoa San!” kata Qi Yue tanpa basa basi, “Berapapun akan kubayar.” “Hoa San lagi,” Xue Yi mengelus dagunya. Pria pemilik Ekspedisi Naga Merah sedang berpikir cara menolak permintaan pemuda bertubuh mungil di depannya. Qi Yue mengeluarkan beberapa keping emas, “Apakah emas-emas ini tidak cukup bagimu?” “Tuan Muda, saya bukannya menolak, tetapi dua tahun ini perampokan merajalela … terutama di jalur menuju Gunung Hoa San.” “Apakah Anda tahu alasan maraknya kejahatan akhir-akhir ini?” tanya Yu Ping penasaran. “Haihh, sejak pemerintahan Raja Qi Xiang, banyak kekacauan terjadi … ditambah dengan wafatnya Ketua Wu Xian makin memperburuk keadaan!” tutur Xue Yi sedih. “Aku jadi merasa bersalah pada almarhum Ketua Wu, sepertinya paket mis