Di siang hari terik di kota Wenchuan, tampak empat laki-laki bersenjata memasuki sebuah rumah makan ‘Teratai’ yang terletak di tengah kota.
Rumah makan tersebut selalu ramai pengunjung karena dikenal menyediakan arak terbaik di seluruh negeri. Ditambah lagi kota Wenchuan merupakan kota persinggahan bagi para pedagang maupun pengembara.Mereka duduk bersebelahan dengan meja di mana Yu Ping sedang menunggu pesanan makan siang. Murid Dewa Naga Fucanglong itu lebih banyak melamun, memikirkan keberadaan sang kekasih.Sementara naga mini, Dilong hinggap di kepala dan menarik-narik rambut Yu Ping dengan kedua kaki depannya sambil mengomel panjang lebar.“Ayo sadarlah! Tugasmu masih banyak, jangan hanya berkubang dalam penyesalan!”Tentu saja omelan Dilong hanya bisa didengarkan oleh telinga Yu Ping saja, namun pemuda itu tak menggubris rekannya.“Aku tidak akan tenang bila belum menemukan Qing Ning!” ucap Yu Ping melalui mata batiQi Yue menyusuri jalan setapak di sepanjang hutan pinus, langkahnya terlihat penuh semangat. Gadis yang menyamar sebagai pria itu sudah tak sabar ingin menyaksikan pertandingan para pendekar hebat di Gunung Hoa San. “Hmm, aku membutuhkan penunjuk jalan menuju Hoa San … tapi bagaimana menemukan orang yang dapat dipercaya?” gumam putri tunggal Kerajaan Qi sambil berpikir keras.Tiba-tiba si gadis mendengar suara beberapa langkah kaki di belakang, ia curiga jangan-jangan mereka sedang membuntutinya. Ketika Qi Yue mempercepat laju kaki, langkah di belakang juga ikut bergerak lebih cepat. Tak hilang akal, ia melompat tinggi, hinggap di atas dahan, lalu melesat di antara pepohonan. Orang-orang yang membuntutinya adalah empat pendekar yang ia permalukan di rumah makan Teratai beberapa saat lalu, melakukan hal yang sama. Beruntung ilmu meringankan tubuh Qi Yue masih jauh lebih baik, ia berhasil lepas dari kejaran dengan menyembunyikan diri berjongkok di balik semak-semak sementara keempat p
Empat pendekar dari Klan Elang Sakti bukannya jatuh kasihan, justru tertawa menyaksikan calon mangsa mereka menangis, meski tanpa suara terlihat dari pupil mata yang membesar bahwa gadis itu ketakutan.“Ke mana semua kesombonganmu, Nona?” ejek Adik Keempat, “Bukankah tadi kau berkoar-koar akan menumbangkan kami satu per satu?” Qi Yue meronta-ronta berusaha melepaskan diri dari ikatan tali yang membelit tubuhnya, namun sia-sia saja. Ketua Wei mulai melepaskan baju bagian atasnya sendiri, mata bersinar penuh napsu tak lepas memandang gadis malang yang tergeletak tak berdaya di dekat kakinya. “Aku yang akan pertama kali mencicipi tubuh indahmu, Manis!” seringai Ketua Wei, air liur menetes dari bibirnya ketika membungkuk di atas tubuh Qi Yue, sungguh menjijikkan.Sayup-sayup terdengar suara seruling mengalun, keempat pria kejam dari Klan Elang Sakti terkesima mendengar alunan musik yang sangat indah. Tanpa mereka sadari gelombang suara yang dihasilkan seruling mengandung energi chi, ya
"Selamat datang di Ekspedisi Naga Merah, namaku Xue Yi siap melayani Anda!" pria itu menangkupkan tangan ke depan dada, memberi salam pada Yu Ping dan Putri Qi Yue. “Tuan Xue Yi, aku ingin menyewa jasa Ekspedisi Naga Merah untuk mengirimkan sebuah paket ke Hoa San!” kata Qi Yue tanpa basa basi, “Berapapun akan kubayar.” “Hoa San lagi,” Xue Yi mengelus dagunya. Pria pemilik Ekspedisi Naga Merah sedang berpikir cara menolak permintaan pemuda bertubuh mungil di depannya. Qi Yue mengeluarkan beberapa keping emas, “Apakah emas-emas ini tidak cukup bagimu?” “Tuan Muda, saya bukannya menolak, tetapi dua tahun ini perampokan merajalela … terutama di jalur menuju Gunung Hoa San.” “Apakah Anda tahu alasan maraknya kejahatan akhir-akhir ini?” tanya Yu Ping penasaran. “Haihh, sejak pemerintahan Raja Qi Xiang, banyak kekacauan terjadi … ditambah dengan wafatnya Ketua Wu Xian makin memperburuk keadaan!” tutur Xue Yi sedih. “Aku jadi merasa bersalah pada almarhum Ketua Wu, sepertinya paket mis
“Aku … aku …” Qi Yue tak mampu menjawab, air matanya mulai tak terbendung, mengalir begitu saja seperti anak sungai. Yu Ping sebenarnya tidak tega melihat perempuan menangis, tetapi gadis manja di depannya harus belajar tata krama. “Bila kau ingin memperbaiki sikap, mulailah dengan kata maaf!” Yu Ping melipat tangan di depan dada, menunggu. Tentu saja bukan hal mudah bagi seorang putri tunggal raja melontarkan kata maaf, mata justru bersinar tajam seperti ingin menusuk Yu Ping dengan tatapan marahnya. “Sudahlah, selamat tinggal!” Yu Ping mengayunkan kaki menjauhi Qi Yue, melanjutkan langkah menuju pengadilan kota. Pemuda itu yakin si putri manja pasti akan mengikuti dari belakang, karena ia tahu Qi Yue tak memiliki seseorang yang dapat dipercaya selain dirinya saat ini. Setiba di gedung pengadilan, keempat pendekar perguruan Elang Sakti sudah ada di sana. Mereka sedang menyerahkan diri pada dua pengawal pengadilan. Sebelum dibawa mas
"Berlindung di belakangku!" perintah Yu Ping tanpa ekspresi seraya memindahkan tubuh ramping Qi Yue ke belakang punggungnya. Gadis itu tak habis pikir mengapa hembusan angin begitu kuat sama sekali tak menggoyahkan Yu Ping. Dari arah berlawanan angin berhembus, berkelebat tiga sosok bayangan terbang ke arah Yu Ping. Setelah semakin dekat, terlihat bahwa ketiga sosok tersebut adalah wanita-wanita berparas cantik mengenakan gaun sutera halus dan selendang senada menjuntai di kedua lengan. Wanita di sebelah kiri bergaun biru, di tengah bergaun putih, dan di sebelah kanan bergaun merah. Lekuk tubuh mereka sangat indah dan gerakannya pun menggoda.Mereka mendarat anggun di depan Yu Ping, si pemuda dapat merasakan hawa siluman memancar dari ketiga wanita itu. “Hati-hati, mereka siluman rubah!” Dilong memperingatkan, “Kau butuh bantuanku?” Yu Ping menggeleng, “Akan kuhadapi mereka sendiri.” Wanita berparas paling cantik yang berada di tengah, merupakan kakak tertua sekaligus pemimpin dar
Tubuh Huli Hong jatuh ke tanah, bersimbah darah. Dengan sisa-sisa kekuatan yang ada, Siluman Rubah Merah merayap menjauhi Xue Yi. Tangan kanannya teracung ke depan berusaha menjangkau sang kakak yang bersembunyi di balik rimbunnya dedaunan di atas pohon agak jauh darinya. Huli Bai tak cukup memiliki keberanian untuk menolong karena diri sendiri menderita luka dalam sangat parah. Ia hanya bisa menahan isak tangis menyaksikan adiknya meregang nyawa. “Aku akan membalaskan dendammu, Adikku!” desis Siluman Rubah Putih sebelum memutar tubuh lalu menghilang di kegelapan malam. Bibir Huli Hong bergetar, air mata pun luruh melihat kenyataan kakak tertua memalingkan muka darinya dan memilih melarikan diri. “Kkk … ka … kak …,” kepala dan tangan Huli Hong akhirnya terkulai ke tanah, siluman rubah malang itu menghembuskan napas terakhir. Tak lama wujudnya berubah kembali menjadi seekor rubah. “Di mana Saudara Muda Yu Ping?” Xue Yi memperhatikan s
"Aku curiga dengan gerak gerik Kepala Desa Hubei ini," bisik Qi Yue pada Yu Ping ketika rombongan mereka keluar dari kediaman Kepala Desa Hubei, Li Huai. “Itu bukan urusan kita,” sahut Yu Ping dingin. Pemuda itu sengaja berbicara ketus agar si gadis manja tidak berbuat sekehendak hati. Sebenarnya, ia sudah berencana untuk menyelidiki Li Huai diam-diam. Bila Qi Yue mengetahui rencananya, bisa-bisa gadis itu malah mengacau bukannya membantu. Wajah Qi Yue berubah manyun, meninggalkan pemuda angkuh itu dan memilih berjalan bersama Xue YI dan rekan-rekannya.Sejak sikap ksatria Xue Yi yang tak segan menukar nyawanya untuk menyelamatkan gadis itu dari Siluman Rubah Biru, Qi Yue mulai menaruh hormat pada Kepala Ekspedisi Naga Merah dan rekan-rekannya. “Mengapa Saudara Kecil Qi tampak tidak senang hati?” tanya Xue Yi. Qi Yue hanya menggeleng kesal, bibirnya makin mengerucut. “Apakah kesal dengan Saudara Muda Yu?” tebak Xue Yi seraya tersenyum.
"Tunggu, bukankah Tuan Li mengatakan sudah tak ada bahan makanan lagi?" tanya salah seorang warga yang mendengarkan dari tadi. “Oh itu benar, bahan makanan bantuan dari Pejabat Yung memang sudah habis. Tetapi yang aku maksud di sini adalah bahan makanan yang aku beli dari kota!” dalih Li Huai cepat. Ia menghela napas lega ketika warga yang mendengarkan alasannya mengangguk-anggukkan kepala. Seorang pelayan mendatangi Li Huai dengan tergopoh-gopoh lalu membisikkan sesuatu ke telinganya. Sebelum Li Huai sempat merespons laporan pelayannya, tiba-tiba terdengar bunyi kentongan dari arah gerbang desa. Semua warga yang mengantri berduyun-duyun menuju gerbang desa, Li Huai yang penasaran mengikuti dari belakang. Di depan pintu masuk desa, terlihat beberapa kereta penuh dengan karung-karung berisi tepung dan beras. Xue Yi berhenti memukul kentongan setelah semua penduduk telah berkumpul, “Kami akan membagikan bahan makanan secara cuma-cuma kepada kalian, silahkan berbaris dengan teratur!”