"Aku tidak akan meninggalkanmu!" tegas Yu Ping.Tiba-tiba terdengar suara Dewa Naga Dilong memperingatkannya melalui mata batin, "Yu Ping, ingatlah misimu! Jenderal Xiao Gang dan rakyat di Perbatasan Timur dalam bahaya. Kau harus segera menuju Mongolia!"Yu Ping memejamkan mata, hatinya terasa berat. Ia harus meninggalkan teman seperjalanannya yang baik hati demi tugas yang lebih besar."Selamat tinggal, Tuan Bataar," ucapnya lirih, suaranya tercekat oleh emosi yang tertahan."Cepat pergi!" Tanpa peringatan, Bataar segera mendorong Yu Ping dengan kekuatan penuh. Tubuh pemuda itu terpental ratusan meter, melayang di udara sebelum akhirnya mendarat dengan mulus di atas tanah berpasir.Yu Ping berdiri tegak, memandang Bataar dan gerombolan perampok di kejauhan. Langit di atas mereka mulai gelap, awan-awan hitam bergulung mengancam."Dasar Pengecut!" Suara Temujin membelah udara, penuh ejekan dan ancaman. "Mengaku murid naga tapi kabur seperti anak perempuan! Jangan lari, Nona ... akan ku
Di hadapan mereka, sosok Yu Ping berdiri dengan gagah. Kedua tangannya mendorong ke depan, wajahnya menampakkan konsentrasi yang luar biasa. Dari kedua telapak tangannya, terpancar energi yang membentuk kubah transparan atau disebut juga Perisai Langit tak kasat mata namun begitu kuat.Bataar dan Jargal terpana menyaksikan kehebatan Perisai Langit. Badai pasir raksasa yang mampu meluluhlantakkan apa pun di jalannya, ternyata tak mampu mengoyak kubah pelindung ini. Butiran-butiran pasir dan bebatuan yang terbawa angin kencang membentur perisai tak terlihat itu, kemudian terpental kembali ke pusaran badai.Sementara di luar kubah pelindung, badai terus mengamuk, menelan apa pun dan siapa pun yang tak beruntung berada di jalannya."Mengapa kau kembali?" Bataar menatap Yu Ping dengan pandangan tak mengerti, keheranan tergambar jelas di wajahnya, "Bukankah seharusnya kau sudah pergi jauh?"Yu Ping tersenyum tulus, "Bagaimana mungkin aku membiarkan temanku mengatasi masalah sendirian? Apaka
Suasana menjelang senja di sebelah Barat Gurun Gobi terasa mencekam. Langit berwarna jingga kemerahan, seolah membakar cakrawala. Pasir-pasir halus berkilau keemasan di bawah cahaya matahari yang mulai meredup, menciptakan panorama yang memesona sekaligus mematikan.Di tengah pemandangan itu, tampak lima sosok pria berpakaian hitam berjalan tertatih-tatih. Wajah mereka yang dicat merah mulai gosong terbakar terik matahari, kontras dengan pakaian gelap yang mereka kenakan. Keringat mengucur deras, membasahi kain hitam yang kini menempel erat di kulit mereka yang terbakar.Mereka menyusuri jalan berpasir dengan langkah terseok-seok, setiap langkah membutuhkan usaha luar biasa. Kaki-kaki mereka tenggelam dalam pasir yang panas, membuat setiap langkah terasa berat dan menyiksa. Sudah hampir seharian mereka berjalan, menembus terik matahari dan hembusan angin gurun yang panas."Kakak Temujin, mengapa kita berjalan menuju ke Barat bukannya kembali ke Mongolia saja?" Salah seorang dari lima
Temujin menutup telinga dengan kedua tangan yang gemetar, sementara matanya terpejam erat-erat. Ia berusaha menghalau suara-suara mengerikan yang menusuk gendang telinganya. Jeritan keempat anak buahnya yang menghadapi sakaratul maut menggema di padang gurun yang gersang, membelah kesunyian malam yang mencekam.KRAUSS! KRAUSS!Suara mengerikan itu terdengar lagi, membuat bulu kuduk Temujin meremang. Pemimpin klan Iblis Pasir Merah itu merasakan gelombang ketakutan menjalar di seluruh tubuhnya. Ia bisa membayangkan dengan jelas apa yang sedang terjadi, meskipun matanya masih terpejam rapat.Di kejauhan, Siluman Kalajengking sedang mengunyah tubuh si pria gempal -korban terakhir- dengan capit-capitnya yang tajam. Suara tulang yang remuk dan daging yang tercabik-cabik membuat Temujin mual. Ia bisa merasakan angin gurun yang dingin menyapu wajahnya, membawa aroma anyir darah yang membuatnya semakin pusing dan ingin muntah.Selang beberapa saat, keheningan yang mencekam kembali menyelimuti
"Sebagai persembahan berikutnya, aku akan mengantarkanmu kepada Yu Ping!" Temujin tersenyum, matanya berkilat memancarkan kelicikan. "Dengan demikian, kau dapat melampiaskan dendam-mu dengan memangsa murid Ying Long."Siluman Kalajengking terdiam sejenak, capit-capitnya bergerak-gerak menandakan ia sedang menimbang-nimbang penawaran manusia di depannya. Akhirnya, ia mengangguk setuju, manik matanya berkilau dipenuhi kebencian. Sebenarnya, ia tak peduli dengan kesepakatan yang disebutkan oleh Temujin. Di dalam pikirannya hanya ada satu tujuan, membalas rasa sakit hati terhadap Dewa Naga Ying Long.Dua ratus tahun lalu, di alam nirwana yang penuh dengan keagungan, Dewa Kalajengking sebelumnya dikenal dengan nama Fu Zhen. Ia adalah seorang perwira tinggi yang memimpin laskar langit. Sosoknya yang tampan dan gagah, dengan mata tajam dan postur tegap, dikagumi oleh para dewi Nirwana. Setiap langkahnya menyiratkan kekuatan dan keberanian, membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona.Na
"Kita berjuang antara hidup dan mati, sementara mereka sibuk menghangatkan diri di sini!" lanjut pria itu kesal.Jargal, dengan sikap yang lebih tenang, meletakkan tangannya di bahu Bataar yang tegang. "Bersabarlah, Kak Bataar! Mungkin kakakku Nergui, terhalang badai pasir saat ingin kembali. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya mereka hadapi."Yu Ping yang berdiri di antara mereka, memandang ke arah gua dengan pandangan menyelidik. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi. Dengan hati-hati, ia berkata, "Sebaiknya kita periksa dulu sebelum membuat kesimpulan, tetapi ingatlah untuk berhati-hati selalu! Jangan sampai lengah sedetikpun!”Angin kembali bertiup kencang, memaksa mereka untuk segera mencapai gua. Cahaya dari dalam gua seolah memanggil mereka, menjanjikan kehangatan di tengah dinginnya malam gurun. Dengan langkah berat namun penuh kewaspadaan, mereka pun bergerak mendekati mulut gua.Semakin mendekati gua, hawa siluman semakin kuat terasa. Otot-otot Yu Ping
Yu Ping benar, pria di depan Jargal bukanlah Nergui, kakaknya, melainkan siluman yang menguasai sihir Pengendali Rupa.Kenyataan ini menghantam Jargal bagaikan petir di siang bolong. Ia merasakan dingin menusuk tulang, bukan hanya dari udara gua yang lembab, tapi juga dari kesadarannya akan kenyataan bahwa kemungkinan besar Nergui asli telah tewas.Yu Ping yang sejak tadi mengamati dengan cermat, menangkap perubahan ekspresi Jargal. Matanya berkilat tajam tak lepas memindai setiap gerakan Nergui di hadapannya. Ia bersiap-siap, otot-otot menegang seperti seekor harimau yang siap menerkam buruannya. Sementara itu, Bataar yang berada di belakang mereka menyadari bahaya semakin mendekat, membuat bulu kuduknya meremang."Katakan di mana kakakku, Siluman Busuk!" tuding Jargal dengan suara bergetar. Nadanya penuh emosi, gabungan rasa marah dan ketakutan yang berusaha ia tahan. Mata menatap tajam sosok di hadapannya, menantikan jawaban keberadaan sang kakak meski kecil kemungkinan Nergui mas
Keempat sosok itu kini berdiri tegak, menampakkan wujud asli mereka yang menyeramkan. Udara di dalam gua dipenuhi aura mistis yang menyebabkan bulu kuduk merinding. Nergui berubah wujud menjadi seekor ular raksasa dengan sisik-sisik berwarna keemasan seperti pasir Gurun Gobi yang berkilauan tertimpa sinar matahari. Tubuh yang panjangnya mencapai dua puluh meter itu meliuk-liuk, mengingatkan akan gelombang padang pasir yang tak berujung.Sementara itu, ketiga pengikutnya juga mengalami transformasi, meskipun tidak semenakjubkan Nergui. Mereka berubah menjadi tiga ekor ular dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap memancarkan aura berbahaya.Yu Ping menyaksikan pemandangan menakjubkan sekaligus mengerikan ini dengan napas tertahan. Ia berbisik pada dirinya sendiri, "Jangan-jangan, makhluk inilah siluman ular raksasa yang menjadi misteri seperti dikatakan Tuan Bataar."Dengan gerakan halus, Yu Ping perlahan meloloskan Seruling Naga dari dalam lengan bajunya. Jemarinya menggenggam era