Temujin menutup telinga dengan kedua tangan yang gemetar, sementara matanya terpejam erat-erat. Ia berusaha menghalau suara-suara mengerikan yang menusuk gendang telinganya. Jeritan keempat anak buahnya yang menghadapi sakaratul maut menggema di padang gurun yang gersang, membelah kesunyian malam yang mencekam.KRAUSS! KRAUSS!Suara mengerikan itu terdengar lagi, membuat bulu kuduk Temujin meremang. Pemimpin klan Iblis Pasir Merah itu merasakan gelombang ketakutan menjalar di seluruh tubuhnya. Ia bisa membayangkan dengan jelas apa yang sedang terjadi, meskipun matanya masih terpejam rapat.Di kejauhan, Siluman Kalajengking sedang mengunyah tubuh si pria gempal -korban terakhir- dengan capit-capitnya yang tajam. Suara tulang yang remuk dan daging yang tercabik-cabik membuat Temujin mual. Ia bisa merasakan angin gurun yang dingin menyapu wajahnya, membawa aroma anyir darah yang membuatnya semakin pusing dan ingin muntah.Selang beberapa saat, keheningan yang mencekam kembali menyelimuti
"Sebagai persembahan berikutnya, aku akan mengantarkanmu kepada Yu Ping!" Temujin tersenyum, matanya berkilat memancarkan kelicikan. "Dengan demikian, kau dapat melampiaskan dendam-mu dengan memangsa murid Ying Long."Siluman Kalajengking terdiam sejenak, capit-capitnya bergerak-gerak menandakan ia sedang menimbang-nimbang penawaran manusia di depannya. Akhirnya, ia mengangguk setuju, manik matanya berkilau dipenuhi kebencian. Sebenarnya, ia tak peduli dengan kesepakatan yang disebutkan oleh Temujin. Di dalam pikirannya hanya ada satu tujuan, membalas rasa sakit hati terhadap Dewa Naga Ying Long.Dua ratus tahun lalu, di alam nirwana yang penuh dengan keagungan, Dewa Kalajengking sebelumnya dikenal dengan nama Fu Zhen. Ia adalah seorang perwira tinggi yang memimpin laskar langit. Sosoknya yang tampan dan gagah, dengan mata tajam dan postur tegap, dikagumi oleh para dewi Nirwana. Setiap langkahnya menyiratkan kekuatan dan keberanian, membuat siapa pun yang melihatnya akan terpesona.Na
"Kita berjuang antara hidup dan mati, sementara mereka sibuk menghangatkan diri di sini!" lanjut pria itu kesal.Jargal, dengan sikap yang lebih tenang, meletakkan tangannya di bahu Bataar yang tegang. "Bersabarlah, Kak Bataar! Mungkin kakakku Nergui, terhalang badai pasir saat ingin kembali. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya mereka hadapi."Yu Ping yang berdiri di antara mereka, memandang ke arah gua dengan pandangan menyelidik. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi. Dengan hati-hati, ia berkata, "Sebaiknya kita periksa dulu sebelum membuat kesimpulan, tetapi ingatlah untuk berhati-hati selalu! Jangan sampai lengah sedetikpun!”Angin kembali bertiup kencang, memaksa mereka untuk segera mencapai gua. Cahaya dari dalam gua seolah memanggil mereka, menjanjikan kehangatan di tengah dinginnya malam gurun. Dengan langkah berat namun penuh kewaspadaan, mereka pun bergerak mendekati mulut gua.Semakin mendekati gua, hawa siluman semakin kuat terasa. Otot-otot Yu Ping
Yu Ping benar, pria di depan Jargal bukanlah Nergui, kakaknya, melainkan siluman yang menguasai sihir Pengendali Rupa.Kenyataan ini menghantam Jargal bagaikan petir di siang bolong. Ia merasakan dingin menusuk tulang, bukan hanya dari udara gua yang lembab, tapi juga dari kesadarannya akan kenyataan bahwa kemungkinan besar Nergui asli telah tewas.Yu Ping yang sejak tadi mengamati dengan cermat, menangkap perubahan ekspresi Jargal. Matanya berkilat tajam tak lepas memindai setiap gerakan Nergui di hadapannya. Ia bersiap-siap, otot-otot menegang seperti seekor harimau yang siap menerkam buruannya. Sementara itu, Bataar yang berada di belakang mereka menyadari bahaya semakin mendekat, membuat bulu kuduknya meremang."Katakan di mana kakakku, Siluman Busuk!" tuding Jargal dengan suara bergetar. Nadanya penuh emosi, gabungan rasa marah dan ketakutan yang berusaha ia tahan. Mata menatap tajam sosok di hadapannya, menantikan jawaban keberadaan sang kakak meski kecil kemungkinan Nergui mas
Keempat sosok itu kini berdiri tegak, menampakkan wujud asli mereka yang menyeramkan. Udara di dalam gua dipenuhi aura mistis yang menyebabkan bulu kuduk merinding. Nergui berubah wujud menjadi seekor ular raksasa dengan sisik-sisik berwarna keemasan seperti pasir Gurun Gobi yang berkilauan tertimpa sinar matahari. Tubuh yang panjangnya mencapai dua puluh meter itu meliuk-liuk, mengingatkan akan gelombang padang pasir yang tak berujung.Sementara itu, ketiga pengikutnya juga mengalami transformasi, meskipun tidak semenakjubkan Nergui. Mereka berubah menjadi tiga ekor ular dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap memancarkan aura berbahaya.Yu Ping menyaksikan pemandangan menakjubkan sekaligus mengerikan ini dengan napas tertahan. Ia berbisik pada dirinya sendiri, "Jangan-jangan, makhluk inilah siluman ular raksasa yang menjadi misteri seperti dikatakan Tuan Bataar."Dengan gerakan halus, Yu Ping perlahan meloloskan Seruling Naga dari dalam lengan bajunya. Jemarinya menggenggam era
"Yu Ping, kau harus mati!" pekik Siluman Ular Gurun Gobi, air mata bergulir di pipi yang bersisik emas. Suaranya yang berat dan bergetar menggema di antara bebatuan gurun yang gersang. Pendekar Seruling Sakti Naga membalas dengan senyum mengejek yang tersungging di bibirnya yang tipis. "Mengapa kau marah padaku? Bukankah senjata kalian sendiri yang telah membunuh murid-muridmu?" Siluman Ular mendengus kasar, matanya yang berkilat tajam menatap lawan bicaranya dengan penuh kebencian. Ia tak pernah menyangka senjata yang diciptakannya sendiri akan berbalik menyerang dan menghancurkan dirinya.Siluman Ular Gurun Gobi membuka moncong lebar-lebar, matanya yang merah berkilat-kilat penuh kekuatan jahat. Ia bersiap melafalkan mantra Belenggu Peremuk Tulang, sihir paling mematikan dalam penguasaannya.Mantra ini sangat berbahaya, karena mampu mengunci gerakan musuh tanpa bersentuhan sekalipun. Setelah musuh tak berdaya karena tak mampu bergerak, Siluman Ular akan membelit tubuh musuh dan mer
Yu Ping berguling-guling kesakitan di atas hamparan pasir gurun. Butiran-butiran pasir hitam menyelimuti sekujur tubuhnya, berusaha menghancurkan semua persendian. Erangan tertahan lolos dari bibir si pemuda malang, sementara keringat bercampur darah mengucur dari pelipisnya.Siluman Ular Gurun Gobi, Fu Ming dan Siluman Kalajengking, Fu Zhen menyaksikan penderitaan Yu Ping dengan sorot mata puas. Seringai kejam menghiasi wajah mereka yang menakutkan. Akhirnya, keduanya berhasil menaklukkan si Pendekar Seruling Sakti Naga, sosok yang selama ini menjadi duri dalam daging bagi para siluman.Aroma kemenangan memenuhi udara yang kering dan dingin, membuat kedua siluman itu semakin bernafsu. Mereka pun mulai meributkan siapa yang akan memangsa Yu Ping lebih dulu."Aku lebih kuat darimu," desis Fu Ming, lidah bercabangnya menjulur keluar, "aku yang akan menyantap dia lebih dulu.""Tidak bisa!" sergah Fu Zhen, capit raksasanya berdetak-detak mengancam. "Pasir beracunku yang membunuhnya. Akula
Dalam sekejap mata, raga Fu Zhen luluh lantak, hancur berkeping-keping menjadi serpihan debu yang beterbangan di udara. Bataar dan Jargal menyaksikan pemandangan mengerikan namun menakjubkan itu dengan mulut ternganga. Harapan yang tadinya padam kini kembali menyala dalam dada mereka, setelah melihat sang Pendekar Seruling Sakti bangkit dan membalikkan keadaan dengan begitu dramatis. Sedangkan Fu Ming, sang Siluman Ular dari Gurun Gobi, mulai merasakan getaran ketakutan yang merambat di sepanjang tubuh bersisiknya. Mata ularnya yang tajam melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya. Ia tak pernah menyangka bahwa kesaktian murid Dewa Naga Ying Long telah mencapai tingkat yang nyaris setara dengan para dewa. "Ba-bagaimana mungkin kau bisa menahan serangan Pasir Hitam Beracun?" Fu Ming tergagap, suaranya terdengar serak dan gemetar. Lidahnya yang bercabang menjulur keluar-masuk dengan cepat, menandakan kecemasan yang semakin menjadi-jadi. Tubuhnya yang panjang dan