"Kita berjuang antara hidup dan mati, sementara mereka sibuk menghangatkan diri di sini!" lanjut pria itu kesal.Jargal, dengan sikap yang lebih tenang, meletakkan tangannya di bahu Bataar yang tegang. "Bersabarlah, Kak Bataar! Mungkin kakakku Nergui, terhalang badai pasir saat ingin kembali. Kita tidak tahu apa yang sebenarnya mereka hadapi."Yu Ping yang berdiri di antara mereka, memandang ke arah gua dengan pandangan menyelidik. Ia dapat merasakan ada sesuatu yang tak beres sedang terjadi. Dengan hati-hati, ia berkata, "Sebaiknya kita periksa dulu sebelum membuat kesimpulan, tetapi ingatlah untuk berhati-hati selalu! Jangan sampai lengah sedetikpun!”Angin kembali bertiup kencang, memaksa mereka untuk segera mencapai gua. Cahaya dari dalam gua seolah memanggil mereka, menjanjikan kehangatan di tengah dinginnya malam gurun. Dengan langkah berat namun penuh kewaspadaan, mereka pun bergerak mendekati mulut gua.Semakin mendekati gua, hawa siluman semakin kuat terasa. Otot-otot Yu Ping
Yu Ping benar, pria di depan Jargal bukanlah Nergui, kakaknya, melainkan siluman yang menguasai sihir Pengendali Rupa.Kenyataan ini menghantam Jargal bagaikan petir di siang bolong. Ia merasakan dingin menusuk tulang, bukan hanya dari udara gua yang lembab, tapi juga dari kesadarannya akan kenyataan bahwa kemungkinan besar Nergui asli telah tewas.Yu Ping yang sejak tadi mengamati dengan cermat, menangkap perubahan ekspresi Jargal. Matanya berkilat tajam tak lepas memindai setiap gerakan Nergui di hadapannya. Ia bersiap-siap, otot-otot menegang seperti seekor harimau yang siap menerkam buruannya. Sementara itu, Bataar yang berada di belakang mereka menyadari bahaya semakin mendekat, membuat bulu kuduknya meremang."Katakan di mana kakakku, Siluman Busuk!" tuding Jargal dengan suara bergetar. Nadanya penuh emosi, gabungan rasa marah dan ketakutan yang berusaha ia tahan. Mata menatap tajam sosok di hadapannya, menantikan jawaban keberadaan sang kakak meski kecil kemungkinan Nergui mas
Keempat sosok itu kini berdiri tegak, menampakkan wujud asli mereka yang menyeramkan. Udara di dalam gua dipenuhi aura mistis yang menyebabkan bulu kuduk merinding. Nergui berubah wujud menjadi seekor ular raksasa dengan sisik-sisik berwarna keemasan seperti pasir Gurun Gobi yang berkilauan tertimpa sinar matahari. Tubuh yang panjangnya mencapai dua puluh meter itu meliuk-liuk, mengingatkan akan gelombang padang pasir yang tak berujung.Sementara itu, ketiga pengikutnya juga mengalami transformasi, meskipun tidak semenakjubkan Nergui. Mereka berubah menjadi tiga ekor ular dengan ukuran yang lebih kecil, namun tetap memancarkan aura berbahaya.Yu Ping menyaksikan pemandangan menakjubkan sekaligus mengerikan ini dengan napas tertahan. Ia berbisik pada dirinya sendiri, "Jangan-jangan, makhluk inilah siluman ular raksasa yang menjadi misteri seperti dikatakan Tuan Bataar."Dengan gerakan halus, Yu Ping perlahan meloloskan Seruling Naga dari dalam lengan bajunya. Jemarinya menggenggam era
"Yu Ping, kau harus mati!" pekik Siluman Ular Gurun Gobi, air mata bergulir di pipi yang bersisik emas. Suaranya yang berat dan bergetar menggema di antara bebatuan gurun yang gersang. Pendekar Seruling Sakti Naga membalas dengan senyum mengejek yang tersungging di bibirnya yang tipis. "Mengapa kau marah padaku? Bukankah senjata kalian sendiri yang telah membunuh murid-muridmu?" Siluman Ular mendengus kasar, matanya yang berkilat tajam menatap lawan bicaranya dengan penuh kebencian. Ia tak pernah menyangka senjata yang diciptakannya sendiri akan berbalik menyerang dan menghancurkan dirinya.Siluman Ular Gurun Gobi membuka moncong lebar-lebar, matanya yang merah berkilat-kilat penuh kekuatan jahat. Ia bersiap melafalkan mantra Belenggu Peremuk Tulang, sihir paling mematikan dalam penguasaannya.Mantra ini sangat berbahaya, karena mampu mengunci gerakan musuh tanpa bersentuhan sekalipun. Setelah musuh tak berdaya karena tak mampu bergerak, Siluman Ular akan membelit tubuh musuh dan mer
Yu Ping berguling-guling kesakitan di atas hamparan pasir gurun. Butiran-butiran pasir hitam menyelimuti sekujur tubuhnya, berusaha menghancurkan semua persendian. Erangan tertahan lolos dari bibir si pemuda malang, sementara keringat bercampur darah mengucur dari pelipisnya.Siluman Ular Gurun Gobi, Fu Ming dan Siluman Kalajengking, Fu Zhen menyaksikan penderitaan Yu Ping dengan sorot mata puas. Seringai kejam menghiasi wajah mereka yang menakutkan. Akhirnya, keduanya berhasil menaklukkan si Pendekar Seruling Sakti Naga, sosok yang selama ini menjadi duri dalam daging bagi para siluman.Aroma kemenangan memenuhi udara yang kering dan dingin, membuat kedua siluman itu semakin bernafsu. Mereka pun mulai meributkan siapa yang akan memangsa Yu Ping lebih dulu."Aku lebih kuat darimu," desis Fu Ming, lidah bercabangnya menjulur keluar, "aku yang akan menyantap dia lebih dulu.""Tidak bisa!" sergah Fu Zhen, capit raksasanya berdetak-detak mengancam. "Pasir beracunku yang membunuhnya. Akula
Dalam sekejap mata, raga Fu Zhen luluh lantak, hancur berkeping-keping menjadi serpihan debu yang beterbangan di udara. Bataar dan Jargal menyaksikan pemandangan mengerikan namun menakjubkan itu dengan mulut ternganga. Harapan yang tadinya padam kini kembali menyala dalam dada mereka, setelah melihat sang Pendekar Seruling Sakti bangkit dan membalikkan keadaan dengan begitu dramatis. Sedangkan Fu Ming, sang Siluman Ular dari Gurun Gobi, mulai merasakan getaran ketakutan yang merambat di sepanjang tubuh bersisiknya. Mata ularnya yang tajam melebar, tak percaya dengan apa yang baru saja disaksikannya. Ia tak pernah menyangka bahwa kesaktian murid Dewa Naga Ying Long telah mencapai tingkat yang nyaris setara dengan para dewa. "Ba-bagaimana mungkin kau bisa menahan serangan Pasir Hitam Beracun?" Fu Ming tergagap, suaranya terdengar serak dan gemetar. Lidahnya yang bercabang menjulur keluar-masuk dengan cepat, menandakan kecemasan yang semakin menjadi-jadi. Tubuhnya yang panjang dan
Fajar menyingsing di atas Desa Kuning, kicauan burung-burung mulai memecah keheningan pagi. Suasana desa masih terlihat sepi, karena memang jumlah penduduk di sana hanya tersisa sepuluh keluarga dan hanya dihuni oleh orang-orang tua yang bersikeras tak ingin meninggalkan desanya.Di jalan setapak yang membelah desa, sesosok bayangan misterius melintas. Seorang pria berbaju serba hitam, wajahnya tersembunyi di balik topi caping lebar yang ia kenakan. Langkahnya begitu ringan, nyaris tak bersuara saat melangkah di atas tanah, menunjukkan ia seorang yang telah menguasai ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi.Pria itu menuju sebuah rumah tua sederhana yang terletak di ujung desa. Ada dua orang berperawakan gagah bersiaga di depan pintu masuk, sebuah pemandangan tak lazim di desa Kuning.Kedua penjaga itu segera mengenalinya, mereka membungkuk hormat dan menyapa dengan sopan, “Tuan Qi Yun!”Pria yang tak lain adalah Qi Yun mengangguk singkat, wajahnya yang tersembunyi di balik topi caping
Qi Yun melipat surat dengan hati-hati. Surat yang dikirimkan oleh Tetua Cheng dari Perbatasan Timur membawa berita yang membuat sudut-sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman licik.Ternyata para dewa lebih berpihak kepadanya daripada sang musuh bebuyutan, Yu Ping. Pikiran ini membuat dadanya dipenuhi rasa puas yang memabukkan, bagai arak terbaik yang pernah ia cicipi.Pemilik Golok Pembunuh Naga itu bergegas menuju meja kerja yang terbuat dari kayu cendana, aromanya lembut memberi suasana hangat. Ia duduk dengan tegap, lalu mengambil kuas dan mulai menulis surat balasan kepada Tetua Cheng. Tinta hitam mengalir dengan mulus di atas kertas putih, membentuk karakter-karakter yang indah dan penuh makna.Setelah menyelesaikan tulisannya, Qi Yun meniup permukaan surat dengan hati-hati, memastikan tinta telah ker