Home / Pendekar / SERULING SAKTI SANG NAGA / 156. DUNIA PERSILATAN BERSATU

Share

156. DUNIA PERSILATAN BERSATU

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2024-07-21 17:00:49

Jenderal Xiao Gang dan Yu Ping sedang larut dalam diskusi strategi yang intens, ketika suara ketukan lembut terdengar dari pintu kayu berukir.

"Masuk!" perintah Jenderal Xiao Gang dengan suara berwibawa.

Pintu terbuka perlahan, dan Kepala Pelayan melangkah masuk dengan langkah hati-hati. Ia membungkuk dalam-dalam seolah takut bila membuat kesalahan.

"Tuanku Jenderal Xiao," lapor Kepala Pelayan dengan suara jernih, "Di luar ada beberapa tamu yang ingin menghadap Anda."

Jenderal Xiao dan Yu Ping bertukar pandang penuh arti. Tanpa kata-kata, mereka berdua bangkit dan melangkah keluar untuk menemui para tamu yang menunggu di halaman depan yang luas dan terawat.

Setibanya di halaman, mereka disambut oleh pemandangan yang mengejutk

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   157. REUNI EMPAT SAHABAT

    Yu Ping tersentak dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati sosok kakak angkatnya, Xin Ru, telah berdiri di dekatnya. Wajah cantik Xin Ru diterangi cahaya bulan, matanya memancarkan kehangatan dan pengertian."Kakak," sapa Yu Ping dengan suara pelan, berusaha menyembunyikan gejolak perasaannya. "Bagaimana kabarmu? Kau pasti sangat lelah setelah melakukan perjalanan panjang untuk menemui dan mengajak Biarawati Feng Huang bekerja sama."Xin Ru tersenyum lembut, "Cukup melelahkan memang. Tapi percayalah, Yu Ping, aku akan melakukan apa pun untuk mendukungmu." Ia mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan, "Oh ya, Nyonya Feng Huang telah melepas jabatannya sebagai ketua Hoa Mei dan biarawati. Ia sudah menikah dengan Guru Liu Heng."Mendengar kabar itu, Yu Ping tersenyum tulus, "Aku turut senang mendengarnya, semoga Paman Liu Heng bisa segera sembuh dari gangguan ingatannya."Keduanya terdiam sejenak, membiarkan angin malam yang sejuk membelai wajah mereka. Yu Ping merasa sedikit lebih tena

    Last Updated : 2024-07-22
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   158. PERENCANAAN

    Yu Ping menoleh ke arah Xue Yi, "Kulihat Kak Xue Yi mengajak Tetua Cheng ikut."Xue Yi mengangguk ragu-ragu, rasa bersalah terpancar di wajahnya."Benar, aku minta maaf karena tidak mengetahui permasalahan di antara kalian."Yu Ping tersenyum kecil, berusaha menenangkan rekannya. "Tidak apa-apa, Kakak Xue," ujarnya dengan nada memaafkan. "Aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja," ia berhenti sejenak, memilih kata-katanya dengan hati-hati, "kita perlu berhati-hati padanya. Dia bukan orang yang berhati tulus."Ia mengambil napas dalam sebelum melanjutkan, "Terus terang, aku sempat heran bagaimana dia bisa setuju denganmu untuk mendukung Jenderal Xiao."“Ketika aku berkunjung ke Perguruan Kunlun, Tetua Cheng terlihat paling antusias dibandingkan Zhai Xing, Ketua Kunlun sendiri!” tutur Xue Yi terus terang, “Bahkan Tetua Cheng membawa serta tiga murid terbaiknya untuk ikut ke Perbatasan Timur. Aku sama sekali tidak memiliki perasaan curiga karena ia terlihat bersungguh-sungguh.”Suasana menjad

    Last Updated : 2024-07-23
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   159. PELANTIKAN JENDERAL BARU

    Hari-hari selanjutnya di Perbatasan Timur dipenuhi kesibukan yang tiada henti. Udara terasa tebal oleh debu dan keringat, sementara suara dentingan logam dan teriakan perintah bergema di seluruh penjuru kota. Penduduk kota, para prajurit di bawah kepemimpinan Jenderal Xiao, dan para pendekar dari dunia persilatan bahu-membahu memperkuat benteng perbatasan dengan tekad membara.Lelaki, perempuan, bahkan anak-anak secara sukarela berlatih ilmu bela diri dan menggunakan berbagai macam senjata. Tangan-tangan yang biasa mengolah tanah kini menggenggam erat pedang dan tombak. Mata mereka berkilat penuh keyakinan, lebih memilih gugur mempertahankan kota daripada menyaksikan Jenderal Xiao Gang - panutan mereka yang dihormati - jatuh ke tangan Raja Qi Xiang.Liu Kang dan Adik Keempat dengan penuh semangat melatih para penduduk dan prajurit. Teriakan instruksi mereka bercampur dengan deru napas dan derap langkah para pejuang yang berlatih tanpa kenal lelah.Yu Ping berdiri tegak di atas benten

    Last Updated : 2024-07-24
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   160. PROVOKATOR

    Yu Ping mampu mendengar suara-suara sumbang itu melalui mata batinnya. Ia hanya bisa terdiam, dalam hati bertekad akan membuktikan bahwa ia mampu menjadi pemimpin yang bijaksana seperti Jenderal Xiao dan almarhum ayah kandungnya, Raja Qi You."Jenderal, aku ingin pergi menyeberang ke Mongolia untuk menjalin kerja sama dengan bangsa lain!" Tiba-tiba Yu Ping berbisik pada Jenderal Xiao, matanya berkilat-lilat menunjukkan tekad yang kuat.Jenderal Xiao tertegun, menatap pemuda itu ragu-ragu. "Raja Mongol tidak akan bersedia karena Qi Xiang sudah beberapa kali berusaha menyerang dan menaklukkan bangsa itu. Kedatanganmu justru bisa dianggap ancaman bagi mereka.""Aku akan mencobanya, karena kita membutuhkan bantuan mereka dalam menaklukkan Paman Qi Xiang dan Qi Yun!" kata Yu Ping berkeras, suaranya tegas menandakan keyakinan atas apa yang menjadi rencananya."Baiklah kalau itu memang menjadi keputusanmu, aku akan mendukungmu! Bawalah Panglima Ding Fu untuk mengawalmu!""Tidak, aku akan per

    Last Updated : 2024-07-25
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   161. ILMU HITAM

    Malam merayap perlahan di Perbatasan Timur, cahaya bulan yang lembut menerangi taman. Di ruang tengah yang diterangi beberapa cahaya lilin, Jenderal Xiao duduk dengan tenang, menikmati secangkir teh yang masih mengepul. Aroma teh hijau yang menenangkan mengisi ruangan, sementara di sampingnya, Ding Fu, orang kepercayaannya, berdiri dengan sikap siaga.Keheningan malam itu terpecah oleh suara langkah kaki yang mendekat. Kepala Pelayan memasuki ruangan dengan langkah tergesa. Ia membungkuk hormat di hadapan pria yang telah mengabdi pada negeri Qi selama lima puluh tahun itu."Tuanku Jenderal," lapor Kepala Pelayan dengan penuh hormat, "Sesepuh Ming sedang berada di luar rumah, beliau mengatakan ingin bertemu dengan Anda."Jenderal Xiao meletakkan cangkir tehnya dengan perlahan, matanya yang tajam menatap lurus ke depan. "Persilakan ia masuk," perintahnya dengan suara berwibawa.Setelah Kepala Pelayan undur diri, Ding Fu mendekat ke arah Jenderal Xiao. Ia membungkuk sedikit, suaranya ber

    Last Updated : 2024-07-26
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   162. MENEMUKAN TEMAN SEPERJALANAN

    Mata Sesepuh Ming terbelalak lebar mendengar bisikan Tetua Perguruan Kunlun. "Tapi, apakah hal itu tidak membahayakan?" tanyanya ragu-ragu. Tetua Cheng kembali berbisik, kali ini lebih panjang dan detail. Sesepuh Ming menganggukkan kepala perlahan, meski raut wajahnya masih menyiratkan keraguan. "Baiklah, saya setuju!" kata Sesepuh Ming akhirnya, suaranya terdengar berat namun kali ini lebih tegas. "Bagus," Tetua Cheng tersenyum puas. "Semoga dengan cara ini kita bisa membebaskan Jenderal Xiao dari pengaruh ilmu hitam!" Kedua pria tua itu kemudian berjalan menjauh, bayangan mereka memanjang di bawah sinar rembulan. Tak ada seorang pun tahu apa yang sedang direncanakan mereka untuk mengubah nasib Perbatasan Timur. *** Fajar menyingsing di kota Jining. Yu Ping memasuki kota dengan langkah tenang. Ia menuntun kuda hitamnya yang gagah, suara derap kaki kuda itu terdengar mewarnai jalanan kota yang mulai ramai. Aroma menggiurkan dari sebuah kedai makan menarik perhatian Sang Pendeka

    Last Updated : 2024-07-27
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   163. MISTERI DI GURUN GOBI

    Salah seorang rekan Bataar, pria bertubuh kekar dengan bekas luka di pipi kirinya, menambahkan dengan nada serius, "Dan ingat ini baik-baik, apabila terjadi sesuatu yang membuat kita terpisah, kau harus mengikuti arah matahari terbit! Itu akan membimbingmu ke arah yang benar."Yu Ping mengangguk, "Saya mengerti dan akan mengingat semua pesan Anda. Terima kasih atas nasihat berharganya!" Ia mengingat setiap saran dengan seksama, menyadari bahwa pengetahuan ini mungkin akan menjadi kunci keselamatannya di padang gurun yang ganas.Mereka pun menghentakkan tali kekang kuda dengan mantap, memulai perjalanan menyusuri hamparan Gurun Gobi yang membentang luas bagai lautan pasir keemasan. Derap langkah kuda yang berirama memecah kesunyian, mengiringi rombongan kecil itu menuju Negeri Mongolia."Sepertinya Anda sudah sangat menguasai daerah ini, Tuan Bataar!" puji Yu Ping, suaranya memecah keheningan gurun yang mencekam. Bataar menoleh pada pemuda itu sekilas, matanya yang tajam menyiratkan pe

    Last Updated : 2024-07-28
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   164. KECELAKAAN KERETA

    "Hati-hati, Tuan Bataar!" Yu Ping berteriak memperingatkan. Matanya melebar dilanda kecemasan saat melihat kereta yang dikemudikan Bataar melaju semakin cepat di atas pasir yang tak stabil.Bataar seolah tuli, tak menghiraukan peringatan Yu Ping. Kereta yang ditariknya justru makin kencang berlari, roda-rodanya berputar liar menggilas butiran pasir. Debu beterbangan di belakangnya, membentuk awan cokelat yang mengaburkan pandangan.Yu Ping memacu kudanya lebih cepat, berusaha mengejar dari belakang. Matanya tetap awas, bersiaga terhadap bahaya yang mungkin mengintai di balik bukit-bukit pasir.Tiba-tiba, terdengar suara mengerikan membelah udara.KRAKK!Bunyi retakan kayu yang memekakkan telinga membuat Yu Ping tersentak. Ia menyaksikan poros roda kereta bagian depan mulai goyah.BRUAKK!Dalam sekejap mata, poros roda itu patah sepenuhnya. Kereta oleng ke depan, terguling dengan suara berderak yang memilukan bersama dengan kuda-kuda yang menariknya. Pasir beterbangan ke segala arah, me

    Last Updated : 2024-07-29

Latest chapter

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   FINAL BONUS : PERPISAHAN

    Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 3 : PELANTIKAN RAJA

    Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 2 : BENIH PENDEKAR IBLIS

    Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 1 : PEMAKAMAN

    Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   204. DUEL MAUT

    Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   203. PERTEMPURAN TERAKHIR

    Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   202. PENANTIAN JENDERAL TUA

    Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   201. PUTRA MAHKOTA

    Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   200. PERJANJIAN DENGAN RAJA IBLIS

    Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status