“Nona Xin?” Qing Ning menyapa dengan kening berkerut. Sedikit aneh melihat kemunculan sosok perempuan di depan pintu kamarnya.Qing Ning hanya mengerti sedikit tentang gadis bernama Xin Ru yang sudah menjadi tamu di kediaman Xue Yi selama lebih dari satu bulan.Tidak banyak yang ia ketahui tentang sosok wanita cantik itu kecuali namanya adalah Xin Ru dan dia adalah kakak angkat Yu Ping. Selebihnya tidak ada karena mereka hampir tak pernah bertegur sapa meski hanya basa basi.Xin Ru bukanlah wanita yang mudah didekati, ia sangat dingin dan jarang berkomunikasi dengan siapapun kecuali orang yang ia percaya, hingga Qing Ning berpikir mereka tak akan pernah saling bertegur sapa selamanya.“Nona Qing Ning,” Xin Ru membalas sapaa
Malam telah larut, bahkan bulan di langit pun seperti enggan bersinar, meredup tertutup awan hitam. Namun di kediaman Jenderal Xiao Gang, sang Jenderal masih terjaga di kamar tidurnya. Akhir-akhir ini, ia mengalami insomnia. Kalaupun bisa tertidur, selang beberapa menit ia pasti akan terbangun karena mimpi buruk.Lelah berperang dengan rasa kantuk yang tak kunjung tiba, Jenderal Xiao Gang memutuskan membuka jendela kamar dan melihat keluar. Kalau diingat-ingat insomnia yang ia alami dimulai dari hilangnya Putri Qi Yue, disusul laporan Panglima Sung bahwa Qi Yun, putra almarhum Raja Qi You, berkhianat.Dari informasi mata-mata istana, Jenderal Xiao Gang mengetahui Qi Yun dan Putri Qi Yue telah tiba di istana, dan saat ini mereka berdua akan segera menikah. Hal ini berarti nasibnya sebagai Jenderal Perbatasan Timur berada di ujung tanduk. Bukan tak mu
Kamar yang dimasuki Yu Ping berukuran cukup besar dan tertata rapi. Pencahayaan dalam ruangan cukup baik karena ada lilin di setiap sudut ruangan. Namun ia tak melihat seorangpun berada dalam kamar itu.“I-Ibu?” Pemuda itu memanggil dengan suara perlahan, matanya memindai sekeliling ruangan. Yang ia dengar hanyalah suara api lilin tertiup angin, sampai akhirnya terdengar suara makin ribut di luar. Yu Ping melompat ke atas, bersembunyi di balik balok-balok kayu melintang yang digunakan untuk menyangga atap.Terdengar ketukan sopan di pintu disusul suara seorang laki-laki, “Selamat malam, Nyonya Xian. Ada tamu yang ingin bertemu untuk sekedar memberi hormat kepada Anda!” Tentu saja tak ada jawaban karena tak ada siapapun di dalam kecuali Yu Ping yang bersembunyi. Setelah beberapa kali mengetuk tak ada tanggapan, laki-laki tadi penasaran membuka pintu. Ia tertegun melihat ruangan kosong, bahkan setelah memeriksa seisi ruangan tak jua menemukan sang ratu.“Gawat, bagaimana mungkin wani
“Jangan-jangan nyawa Jenderal Xiao dalam bahaya,” Panglima Ding Fu mulai panik bergegas kembali menuju kediaman sang Jenderal. Sesampainya di halaman belakang, ia bertemu dengan Liu Kang dan Yu Ping yang sedang bercakap-cakap sambil bermain catur.“Tuan Liu, Tuan Yu!” panggil panglima kepercayaan Jenderal Xiao dengan napas terengah.“Panglima Ding Fu, ada apa?” Liu Kang melompat berdiri, menghampiri sang panglima karena terkejut bercampur penasaran.“Ada seseorang keluar dari dalam kamar Jenderal tadi sewaktu aku sedang berjaga-jaga, saat ku ikuti sosok misterius itu menghilang di tengah hutan!” tutur Panglima Ding Fu, “Aku khawatir ia telah melakukan hal buruk pada Jenderal Xiao.”“Kalau begitu, kita harus memeriksa ke kamar Jenderal sekarang!” usul Liu Kang ikutan pani
“Hantu? Jangan bicara sembarangan!” sergah kakak tertua bernama Wei, matanya memindai halaman sekitar dengan penuh kewaspadaan. “Kemana dua saudara kita yang lain? Seharusnya berkumpul di sini hingga tugas selesai, tetapi masih tidak muncul juga.”“Kakak Wei, kita sebaiknya segera kabur sebelum para penjaga kembali!” bisik adiknya yang bertubuh gempal. “Adik Ketiga dan Kelima pasti sudah lebih dulu pergi.”Wei mengangguk setuju, namun baru saja maju selangkah tiba-tiba muncul Jenderal Xiao Gang di depan mata.“Jenderal Xiao Gang!” Wei menghembuskan napas lega, lalu tersenyum mengejek. “Mengapa wajahmu terlihat ngeri melihat kami menenteng kepala Yu Ping dan temannya? Takut?”“Kak Wei, sungguh sulit dipercaya Jenderal Xiao yang bernama besar ternyata tidak lebih dari pecundang!” imbuh adiknya yang bertubuh gempal.“Benar, lebih pantas disebut anjing Qi!” Tiga bersaudara itu tertawa menghina.“Sudah puaskah kalian tertawa?” tanya Jenderal Xiao Gang, suaranya terdengar dingin.Ketiga pera
“Lindungi Jenderal!” teriak Panglima Ding Fu seraya melompat ke depan Jenderal junjungannya, siap menjadi tameng.TRANG-TRANG!Pedang beradu pedang, terlihat percikan api ketika senjata mereka saling berbenturan. Sebagai seorang panglima, Ding Fu memiliki ilmu bela diri yang cukup tinggi. Jurus pedang tujuh bintang adalah jurus andalannya saat menghadapi beberapa musuh sekaligus.Gerakan pedangnya sangat cepat, bagai sedang menggambar bintang di langit. Ketiga musuhnya segera mengubah serangan saat sadar mulai kewalahan menghadapi serangan pedang Ding Fu.Mereka menyerang dari tiga penjuru sambil berseru, “Pedang Bayangan!”Ding Fu kaget bukan main melihat pedang yang berada dalam genggaman
“Apa kabar, Ibu?”Xian Lian tertegun, seluruh tubuhnya menegang seketika. Ia tak berbalik atau menoleh, diam membeku menatap cermin di depannya. Di cermin ia dapat melihat pantulan sosok Qi Yun yang berdiri di belakangnya.“Jadi kau yang memerintahkan orang untuk menekan Jenderal Xiao Gang agar mau mengirimku kemari?” desis Xian Lian.“Bagaimana? Apakah Ibu suka tempatnya? Kalau kurang nyaman katakan saja, akan kusiapkan kamar yang lebih ….”“Kalau tujuanmu kemari untuk membunuhku, segera lakukan saja!” sergah Xian Lian, “Tidak usah berpura-pura baik padaku!”“Membunuhmu? Aku bukan anak durhaka, Bu!” teriak Qi Yun setengah membentak, “Meski Ibu selalu bersikap keras kepadaku, tidak ada kasih … aku tetap menghormatimu sebagai ibuku.”Kata-kata Qi Yun membuat hati Xian Lian terenyuh. Tetapi wanita itu mengeraskan hati, karena ia sudah terlanjur kecewa dengan putra angkatnya itu.“Benarkah kata-katamu itu? Menganggapku ibu, tapi berkhianat di belakangku!” dengus Xian Lian, “Jangan dikira
Qing Ning memutar tubuh menghadap Qi Yun, wajahnya masih secantik saat mereka baru pertama kali bertemu. Hanya sekarang terlihat lebih dewasa dan anggun.“Tuan Muda Qi Yun,” sapa wanita itu seraya membungkuk hormat, “Atau haruskah kupanggil Kepala Pasukan Elite Istana?” Qi Yun ingin memeluk wanita yang masih berstatus istrinya dan tak mau melepaskannya lagi, namun niat itu diurungkannya.“Nona Qing Ning,” Qi Yun sengaja bersikap dingin. Hal ini membuat Qing Ning sangat kecewa, tetapi ia sadar perubahan sikap suaminya dikarenakan ulahnya sendiri. Ia telah meninggalkan pria itu dua kali dan menghancurkan hatinya.“Aku harus berusaha lebih keras agar ia memaafkan dan jatuh cinta lagi kepadaku,” batin Qing Ning sambil memutar otak.“Ada keperluan apa mencariku?” tanya Qi Yun dengan alis terangkat. Kedatangan Qing Ning yang sangat tiba-tiba tentu saja membuat Qi Yun curiga. Ia bukanlah orang bodoh, wanita itu telah mengucapkan selamat tinggal padanya belum lama ini. Lalu mengapa harus munc