Ya, mereka adalah gerombolan perampok dari Sekte Iblis Darah, yang pernah berhadapan dengan Qi Yun di kaki pegunungan Qiong Lai ketika berusaha merampas barang-barang milik Ekspedisi Naga Merah beberapa waktu lalu.Pertarungan berakhir dengan kekalahan orang-orang dari Sekte Iblis Darah, namun yang selalu membekas di hati pemimpin perampok wanita itu ialah pertemuannya dengan pendekar muda gagah berjubah putih bersenjatakan pedang lentur yang menyebutnya ‘cantik.’Sejak pertemuan mereka, hidup cucu dari ketua Sekte Iblis Darah serasa tak pernah sama lagi. Ia selalu membayangkan wajah Qi Yun siang dan malam, berharap kelak dapat berjodoh sebagai suami-istri. Namun karena dilarang oleh ibunya, Jin She menjalin kasih dengan pria di luar Sekte Iblis Darah, gadis bernama Cao Lie ini tak berani menceritakan perasaannya pada siapapun.“Kakak Pendekar!” Bibir gadis itu bergetar, rasa rindu yang sudah ia kubur dalam-dalam selama dua tahun lebih kini menyeruak keluar tak terkendali.“Kak Qi Yun
“Pak Tua, apakah kau melihat sepasang pria dan wanita muda melintasi tempat ini?” Panglima Sung bertanya dari atas kudanya sambil membentangkan selembar gulungan kertas berisi gambar wajah Qi Yue. Si kakek melirik sekilas pada dua muda mudi di dekat kakinya lalu menggelengkan kepala.Panglima Sung mengernyitkan kening lantaran curiga melihat raut wajah pemilik kedai tampak tegang. “Apakah kau yakin tidak melihat mereka? Jalan ini adalah jalan satu-satunya dari Perbatasan Timur menuju ke daerah Barat, kami sangat yakin mereka pasti datang kemari.”“Mataku sudah agak kabur, Tuan!” Jawab si kakek beralasan. “Aku tak dapat memperhatikan dengan jelas tamuku satu per satu.”Panglima Sung mengangguk lalu memerintahkan sebagian pasukannya untuk melanjutkan pencarian ke barat. Qi Yun merasa lega karena mendengar langkah derap kuda menjauh, ia merangkak untuk keluar dari persembunyian namun tiba-tiba saja Panglima Sunga dan delapan orang tentaranya berbalik arah kembali.“Pengawal, geledah keda
“Bagus!” Diam-diam Qi Yun menyeringai, seolah menyembunyikan sesuatu. Derap lari kuda terdengar kian mendekat, Qi Yun mengaitkan jari-jarinya sambil merapal mantra. “Seribu Golok Penghalau Musuh!” Qi Yun berseru seraya mengerahkan energi chi dari dalam dirinya, dari balik punggung melesat Golok Pembunuh Naga ke atas dan melayang di udara. Secara ajaib golok tersebut berlipat ganda hingga mencapai seribu banyaknya.Panglima Sung mengangkat tangan, memerintahkan pasukan kudanya berhenti ketika melihat dua orang berdiri tak lebih dari lima puluh meter jauhnya. Ia takjub melihat banyak senjata melayang-layang di atas kepala mereka. “Hati-hati, orang itu menggunakan sihir!” Panglima Sung memperingatkan pasukannya untuk menyiapkan tameng.“Panglima, sepertinya laki-laki itu tak asing!” Seorang dari mereka berbisik pada sang Panglima. “Bukankah dia dulu pernah tinggal bersama Nyonya Xian Lian selama beberapa waktu di kota kita?”“Hmm, benar juga! Tetapi mengapa dia menghadang kita dengan
Yu Ping bangkit berdiri dan menganggukkan kepala, “Yu Ping siap menerimanya, Guru!”Dewa Naga Ying Long mengerjapkan mata, setitik air mata keluar dari pelupuk matanya dan jatuh ke bawah. Air mata tersebut membeku di udara dan berubah menjadi mutiara.Ying Long mendengus, menghembuskan napas panas dari moncongnya. Hawa panas itu mendorong mutiara yang melayang di udara ke arah Yu Ping.Tanpa sadar bibir Yu Ping terbuka, mutiara tersebut melesat masuk ke dalam mulutnya dan tertelan. Pemuda itu mendelik dan nyaris tersedak. “Air Mata Naga itu adalah kekuatan yang kuberikan kepadamu agar kau dapat meredam kerusakan yang bisa ditimbulkan dari energi seruling sakti.”“Tetapi bagaimana aku bisa meredam kerusakan dari Golok Pembunuh Naga, Guru?” tanya Yu Ping penasaran, “Karena golok itu memiliki hawa gelap yang sangat jahat dan menghancurkan.”“Kau harus menggunakan tabir langit untuk mengurung diri kalian berdua untuk mengurangi kerusakan yang ia timbulkan. Dan sejujurnya itu tidak mudah,
Pada akhirnya Yu Ping memilih menyelamatkan siluman harimau dari belitan ular cobra dengan menangkap kepala ular tersebut dan meremasnya dengan kuat. Karena merasakan kesakitan yang sangat dan tiba-tiba, ular itu melepaskan lilitannya dan berbalik menyerang si Pendekar Seruling Sakti dengan marah. Yu Ping melepaskan cengkeraman, menarik tubuh harimau yang terkulai lemas menjauh dari pemangsanya. “Te-terima-kasih!” Harimau siluman yang kedua bola matanya mengalami kerusakan parah itu berkata terbata-bata. “Kurang ajar kau, Anak Manusia!” Bentak si ular cobra yang ternyata adalah siluman juga. “Mengapa harus ikut campur urusan siluman, hah?!” “Aku tidak ingin mencampuri urusan dunia siluman, tetapi bila ada yang meminta tolong maka akan menjadi urusanku!” jawab Yu Ping dengan tenang. “Kini ku-minta kau pergi bila masih ingin selamat!” Tubuh ular cobra itu bergerak memutar ke atas, gerakannya meliuk seperti sedang menari. Perlahan makhluk menyeramkan itu berubah wujud menjadi wanita
“Kau akan menyesal, Anak Muda!” dengus Lushe Yao sebelum akhirnya merayap pergi menjauhi mereka berdua.“Terima kasih sudah menyelamatkan nyawaku, siapa nama Tuan Pendekar?” Laohu Jing menatap Yu Ping penuh terima kasih.“Namaku Yu Ping, dan jangan berterima kasih padaku!” jawab Yu Ping dingin, “Meskipun kau lolos dari maut tetapi tetap harus menerima hukuman yaitu penjara khusus siluman. Di sana kau gunakan untuk merenungkan semua kejahatanmu dan berubah menjadi baik!”“Aku bersedia, aku sudah kapok melakukan kekejian selama ini. Kupercayakan nasibku padamu, Tuan Pendekar Yu!” Laohu Jing tampak bersungguh-sungguh.Yu Ping merasa lega, kepercayaan pada diri sendiri bahwa ia akan mampu mengubah takdir seseorang mulai muncul. Bila siluman sejahat Laohu Jing saja bisa menjadi siluman yang baik, apalagi manusia seperti Qi Yun.“Bagus, aku akan membawamu keluar dari jurang ini!” Siluman Harimau merapal mantra merubah wujud menjadi kecil seukuran tikus, Yu Ping memungutnya dan memasukkan L
“Hari-hariku bagaikan berada di neraka, tidak cukup menyiksaku setiap hari selama bertahun-tahun, ibu menjualku pada seorang pedagang untuk dijadikan budak. Usiaku sepuluh tahun saat itu, dan penderitaanku terus berlanjut sampai suatu hari kami dirampok saat perjalanan pulang dari berdagang. Para perampok membunuh pedagang kejam itu namun mengasihani aku. Mereka membawaku ke markas dan mendidik aku hingga dewasa.” Yu Ping terenyuh mendengarkan kisah hidup Dewa Golok Hitam yang tragis, namun ia tak yakin apakah kisah yang diceritakan itu benar ataukah hanya kebohongan untuk menarik simpati saja.“Jadi kau ingin membenarkan semua perbuatan kejimu adalah karena pembalasan terhadap perbuatan orang tuamu, begitu?!” Alis Yu Ping terangkat, nada suaranya pun terdengar sinis.Dewa Golok Hitam menatapnya sedih, “Aku tidak akan membenarkan perbuatanku karena memang yang kulakukan selama ini hanyalah kekejian belaka. Aku memang pantas mati.”“Bahkan mati pun terlalu baik untukmu!” sergah Yu Pi
“Kelemahan dari Golok Pembunuh Naga adalah cinta,” terang Kakek Wu yang membuat Yu Ping tertegun mendengarnya.“Cinta?” ulang pemuda itu memastikan apa yang ia dengar. Melihat anggukkan kepala sang Kakek, ia melanjutkan dengan penasaran, “Bagaimana mungkin perasaan sederhana itu bisa menjadi sebuah kelemahan senjata pusaka?”Sang Kakek yang merupakan pencipta Golok Pembunuh Naga tersenyum pahit, ada guratan kesedihan teramat dalam di wajah letihnya.“Awal penciptaan Golok Pembunuh Naga adalah saat Aku kehilangan semua orang yang kusayangi, keluargaku semuanya dihabisi oleh Raja Qi terdahulu. Di dalam hatiku hanya ada kebencian dan dendam membara ingin membalaskan kematian mereka!” Mata Kakek Wu menerawang jauh, mengenang tragedi masa lalu.“Aku bahkan mempelajari ilmu hitam dan memasukkan elemen sihir gelap dalam setiap tempaan besi. Ditambah kekuatan sihir yang diberikan oleh Dewa Air didasari perasaan iri hatinya pada Dewa Naga Ying Long yang menjadi kesayangan Dewa Langit.”“Hmm, it
Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d
Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat
Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem
Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"
Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta
Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent
Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter
Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"
Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia