“Aku ingin menikah dengan Puteri Anda!” Qi Xiang tertegun, ia belum pernah mendengar seseorang berani meminta sesuatu darinya. Apalagi permintaan ini bukan permintaan biasa, pemuda misterius itu meminta menjadi menantu.“Yang Mulia,” Qi Yun berlutut di hadapan Qi Xiang, “Wang Yun sadar bukanlah seseorang yang berpangkat ataupun memiliki kekayaan, hanya seorang pendekar dari kalangan rakyat jelata. Tetapi saya berjanji akan melindungi Raja dan Putri Qi Yue dari siapapun juga.”Qi Xiang menghela napas panjang sebelum menimpali dengan suara berat, “Benarkah kau memiliki Golok Pembunuh Naga?”Qi Yun mengangguk, “Apakah Yang Mulia ingin melihat Golok yang saya miliki?”“Aku ingin memastikan untuk mengetahui kesanggupanmu melindungi aku dan anakku!” kata Qi Xiang mengungkapkan alasannya. “Hanya pendekar pemilik Golok Pembunuh Naga yang kuyakini mampu melindungi aku dari musuh, dialah yang pantas menjadi menantuku!”“Baiklah, tetapi saya membutuhkan ruang terbuka untuk melakukannya.”Mereka
Sekembalinya dari istana, Qi Yun tampak selalu tersenyum hingga Dewa Golok Putih penasaran.“Tuanku Pendekar, Anda terlihat begitu senang hati … apakah Anda sudah memiliki petunjuk di mana Tuan Putri Qi Yue?” Dewa Golok Putih bertanya hati-hati.“Aku adalah Pendekar Golok Iblis, tak ada seorangpun yang dapat menghalangiku mencapai apapun yang kuinginkan!” Qi Yun menyeringai hingga wajah tampannya terlihat mengerikan.“Apapun yang Tuanku Pendekar rencanakan, saya akan mendukung sekuat tenaga!” kata pria berkulit putih pucat itu menjilat. Ia sudah mengubur jauh-jauh harga dirinya demi tetap hidup.“Bagus, besok aku akan pergi ke Perbatasan Timur! Kau berjagalah dan berkabar padaku bila ada perkembangan apapun di istana!” titah Qi Yun.“Siap, Tuanku Pendekar!” Keesokan pagi, Ma Yin berusaha menemui Qi Xiang yang masih berada di ruang peristirahatan bersama permaisuri, Que Yuan.Qi Xiang sedang menikmati pijitan sang Permaisuri di bahunya, ketika Kasim Liu masuk ke dalam ruangan.“Maaf Y
Selesai membaca, Ma Yin menyelipkan surat tersebut ke balik saku jubahnya. Perasaan tangan kanan Qi Xiang itu mendadak tak nyaman, seperti ada sepasang mata sedang memperhatikan aktivitasnya diam-diam.Ma Yin memutar tubuh dengan cepat, matanya memindai sekitar namun tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.Setelah memastikan tak ada siapapun kecuali dirinya di sana, Ma Yin pun buru-buru meninggalkan tempat itu.Ketika tengah malam tiba, Ma Yin datang ke tempat yang telah dijanjikan. Di sana ia melihat seorang pria bertopi caping seperti nelayan sedang duduk di atas batu besar menghadap ke arah sungai.“Dewi Kahyangan menyukai buah persik!” pria itu melantunkan pantun saat Ma Yin mendekat.“Iblis Bayangan yang terbaik!” Ma Yin menimpali. Laki-laki bertopi caping bangkit berdiri lalu melompat dan mendarat di hadapan ajudan Raja.“Nyawa siapa yang kau ingin kami lenyapkan, Tuan Ma?” Suara pria bertopi caping terdengar berat. Ma Yin mengeluarkan selembar kertas berisi sketsa wajah Qi Yu
"Qi Yun?" Qing Ning menutup bibir mungilnya dengan kedua tangan. Ia harus menghindar sebelum pemuda itu menyadari keberadaannya. Namun baru saja membalikkan badan, Qi Yun sudah berpaling kepadanya dan berseru tertahan.“Qing Ning?”Lari! Qing Ning mempercepat langkah, menyelinap di antara kerumunan penduduk kota tanpa berani menoleh ke belakang. Ketika melihat ada jalan kecil di sebelah kanannya, ia bergegas berbelok dan bersembunyi di balik dinding.Qi Yun terlihat berhenti di ujung jalan kecil, Qing Ning menahan napas dan berdoa semoga suaminya tak menoleh atau berbelok ke arahnya. Sepertinya doa wanita muda itu didengar, Qi Yun meneruskan langkah tanpa menoleh padanya.Qing Ning menghembuskan napas lega, ia segera keluar dari persembunyian kembali ke jalan besar
Mata Qing Ning membelalak, nampan yang ia pegang jatuh ke lantai. Xue Yi dan Liu Kang menoleh berbarengan dan menatapnya penuh tanda tanya. Wanita muda itu buru-buru membungkuk seraya meminta maaf.Apakah Anda tidak apa-apa?” tanya Xue Yi cemas.“Tidak apa-apa, hanya sedikit kelelahan!” jawab Qing Ning beralasan lalu undur diri. Setelah keluar dari kamar tamu dan menutup pintunya, wanita cantik itu bukannya pergi melainkan mengendap-endap menuju ke jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Diam-diam ia mendengarkan kembali pembicaraan Xue Yi dan Liu Kang.“Qi Yun sudah bukan lagi Qi Yun yang kita kenal,” Liu Kang menggeleng dengan mimik wajah kecewa. “Kemungkinan besar Ketua Hoa San telah tewas dibunuh sehingga ia bisa leluasa menyamar menjadi Ketua Hui.”“Benarkah? Apa yang merubah dia bisa menjadi demikian kejam dan apa motivasinya?” Xue Yi bertanya lagi seolah sulit mempercayai pendekar muda berbakat seperti Qi Yun menjadi pendekar keji. Liu Kang mengangkat bahu dengan sedih, “Yang le
“AAAHH!”Qi Yun berteriak sekencang-kencangnya, meluapkan segala kekecewaan, sakit hati dan amarah. Dikepalkannya kedua tangan hingga buku-buku jarinya memutih, matanya merah menyala.“Kau tega menyebutku Pendekar Berwatak Iblis, Qing Ning!” desis Qi Yun, “Baiklah, aku akan menjadi apa yang kau sebutkan. Aku akan menjadi Pendekar Iblis Tanpa Tanding, dan akan kuhancurkan siapapun yang menghalangi diriku!”“Kau akan menyesal telah meninggalkan suamimu ini karena sebentar lagi aku akan menjadi Penguasa Dinasti Qi!” Qi Yun menyeringai, ia mulai seperti orang kesetanan.Diangkatnya kedua telapak tangannya secara perlahan ke atas sambil mengumpulkan energi chi, bibirnya komat kamit merapal mantra. Puluhan siluman tiba-tiba saja sudah berkumpul di belakangnya, mereka semua menyeringai penuh kemenangan.“Anak yang hilang telah kembali,” kata Siluman berwajah tengkorak puas.Langit berubah menjadi gelap, terdengar bunyi guruh seperti pertanda akan turun hujan, disusul kilatan petir. Kilatan p
"Hamba, Qi Yun yang menyelamatkan Tuan Putri dari penculikan Ketua Hui!" tiba-tiba saja Qi Yun sudah berdiri di ambang pintu. Kedua perempuan itu menoleh kaget karena tak menyangka putra Xian Lian akan muncul mendadak.“Bukankah kau teman Yu Ping?” Qi Yue mengerutkan kening karena heran. Qi Yun mengangguk seraya tersenyum. “Apakah ada kabar tentang dia?”“Sayang sekali kami berpisah setelah pertandingan di Hoa San selesai. Setahu saya, Yu Ping menghilang saat menuju Bukit Tengkorak untuk mencari Golok Pembunuh Naga.”Mendengar penuturan Qi Yun, tubuh ramping Qi Yue langsung lemas. Gadis itu merosot duduk di kursi dengan mata berkaca-kaca, “Mengapa ia tak pernah pedulikan aku? Bukannya mencariku malah sibuk mencari barang tak berguna!”Xian Lian tertegun menatap Qi Yue, i
“Aku ingin kau tahu bahwa sebenarnya ayah dan ibumu bukanlah raja dan ratu melainkan rakyat biasa yang tinggal di desa Kuning!” aku Xian Lian dengan jujur.Qi Yun diam seribu bahasa, ekspresinya pun datar. Tidak terkejut, kecewa, ataupun marah. Xian Lian pun meneruskan pengakuannya.“Saat itu aku tak memiliki pilihan, demi menyelamatkan nyawa putra mahkota dari tangan kejam Qi Xiang. Aku yang meminta menukar bayi kalian, ayahmu Wang Ji seorang yang setia dan sangat baik. Ia bersedia mengorbankan apa saja demi Raja Qi You, suamiku.”Qi Yun masih saja mematung, hanya saja kini ia menghadap keluar jendela. Menatap pohon persik di taman, tepat di depan jendela kamar ibunya.“Kita berdua dikejar oleh antek-antek Qi Xiang hingga Ibu nekad menjatuhkan diri kita berdua ke jurang
Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d
Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat
Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem
Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"
Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta
Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent
Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter
Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"
Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia