Hai, untuk readers dengan vote rank 1 sampai 7 saat ini, tolong hubungi Author di IG evelinedmercy sebelum 14 Juni 2024 karena Author ingin berbagi koin gratis, terima kasih.
Sekembalinya dari istana, Qi Yun tampak selalu tersenyum hingga Dewa Golok Putih penasaran.“Tuanku Pendekar, Anda terlihat begitu senang hati … apakah Anda sudah memiliki petunjuk di mana Tuan Putri Qi Yue?” Dewa Golok Putih bertanya hati-hati.“Aku adalah Pendekar Golok Iblis, tak ada seorangpun yang dapat menghalangiku mencapai apapun yang kuinginkan!” Qi Yun menyeringai hingga wajah tampannya terlihat mengerikan.“Apapun yang Tuanku Pendekar rencanakan, saya akan mendukung sekuat tenaga!” kata pria berkulit putih pucat itu menjilat. Ia sudah mengubur jauh-jauh harga dirinya demi tetap hidup.“Bagus, besok aku akan pergi ke Perbatasan Timur! Kau berjagalah dan berkabar padaku bila ada perkembangan apapun di istana!” titah Qi Yun.“Siap, Tuanku Pendekar!” Keesokan pagi, Ma Yin berusaha menemui Qi Xiang yang masih berada di ruang peristirahatan bersama permaisuri, Que Yuan.Qi Xiang sedang menikmati pijitan sang Permaisuri di bahunya, ketika Kasim Liu masuk ke dalam ruangan.“Maaf Y
Selesai membaca, Ma Yin menyelipkan surat tersebut ke balik saku jubahnya. Perasaan tangan kanan Qi Xiang itu mendadak tak nyaman, seperti ada sepasang mata sedang memperhatikan aktivitasnya diam-diam.Ma Yin memutar tubuh dengan cepat, matanya memindai sekitar namun tak menemukan sesuatu yang mencurigakan.Setelah memastikan tak ada siapapun kecuali dirinya di sana, Ma Yin pun buru-buru meninggalkan tempat itu.Ketika tengah malam tiba, Ma Yin datang ke tempat yang telah dijanjikan. Di sana ia melihat seorang pria bertopi caping seperti nelayan sedang duduk di atas batu besar menghadap ke arah sungai.“Dewi Kahyangan menyukai buah persik!” pria itu melantunkan pantun saat Ma Yin mendekat.“Iblis Bayangan yang terbaik!” Ma Yin menimpali. Laki-laki bertopi caping bangkit berdiri lalu melompat dan mendarat di hadapan ajudan Raja.“Nyawa siapa yang kau ingin kami lenyapkan, Tuan Ma?” Suara pria bertopi caping terdengar berat. Ma Yin mengeluarkan selembar kertas berisi sketsa wajah Qi Yu
"Qi Yun?" Qing Ning menutup bibir mungilnya dengan kedua tangan. Ia harus menghindar sebelum pemuda itu menyadari keberadaannya. Namun baru saja membalikkan badan, Qi Yun sudah berpaling kepadanya dan berseru tertahan.“Qing Ning?”Lari! Qing Ning mempercepat langkah, menyelinap di antara kerumunan penduduk kota tanpa berani menoleh ke belakang. Ketika melihat ada jalan kecil di sebelah kanannya, ia bergegas berbelok dan bersembunyi di balik dinding.Qi Yun terlihat berhenti di ujung jalan kecil, Qing Ning menahan napas dan berdoa semoga suaminya tak menoleh atau berbelok ke arahnya. Sepertinya doa wanita muda itu didengar, Qi Yun meneruskan langkah tanpa menoleh padanya.Qing Ning menghembuskan napas lega, ia segera keluar dari persembunyian kembali ke jalan besar
Mata Qing Ning membelalak, nampan yang ia pegang jatuh ke lantai. Xue Yi dan Liu Kang menoleh berbarengan dan menatapnya penuh tanda tanya. Wanita muda itu buru-buru membungkuk seraya meminta maaf.Apakah Anda tidak apa-apa?” tanya Xue Yi cemas.“Tidak apa-apa, hanya sedikit kelelahan!” jawab Qing Ning beralasan lalu undur diri. Setelah keluar dari kamar tamu dan menutup pintunya, wanita cantik itu bukannya pergi melainkan mengendap-endap menuju ke jendela kamar yang dibiarkan terbuka. Diam-diam ia mendengarkan kembali pembicaraan Xue Yi dan Liu Kang.“Qi Yun sudah bukan lagi Qi Yun yang kita kenal,” Liu Kang menggeleng dengan mimik wajah kecewa. “Kemungkinan besar Ketua Hoa San telah tewas dibunuh sehingga ia bisa leluasa menyamar menjadi Ketua Hui.”“Benarkah? Apa yang merubah dia bisa menjadi demikian kejam dan apa motivasinya?” Xue Yi bertanya lagi seolah sulit mempercayai pendekar muda berbakat seperti Qi Yun menjadi pendekar keji. Liu Kang mengangkat bahu dengan sedih, “Yang le
“AAAHH!”Qi Yun berteriak sekencang-kencangnya, meluapkan segala kekecewaan, sakit hati dan amarah. Dikepalkannya kedua tangan hingga buku-buku jarinya memutih, matanya merah menyala.“Kau tega menyebutku Pendekar Berwatak Iblis, Qing Ning!” desis Qi Yun, “Baiklah, aku akan menjadi apa yang kau sebutkan. Aku akan menjadi Pendekar Iblis Tanpa Tanding, dan akan kuhancurkan siapapun yang menghalangi diriku!”“Kau akan menyesal telah meninggalkan suamimu ini karena sebentar lagi aku akan menjadi Penguasa Dinasti Qi!” Qi Yun menyeringai, ia mulai seperti orang kesetanan.Diangkatnya kedua telapak tangannya secara perlahan ke atas sambil mengumpulkan energi chi, bibirnya komat kamit merapal mantra. Puluhan siluman tiba-tiba saja sudah berkumpul di belakangnya, mereka semua menyeringai penuh kemenangan.“Anak yang hilang telah kembali,” kata Siluman berwajah tengkorak puas.Langit berubah menjadi gelap, terdengar bunyi guruh seperti pertanda akan turun hujan, disusul kilatan petir. Kilatan p
"Hamba, Qi Yun yang menyelamatkan Tuan Putri dari penculikan Ketua Hui!" tiba-tiba saja Qi Yun sudah berdiri di ambang pintu. Kedua perempuan itu menoleh kaget karena tak menyangka putra Xian Lian akan muncul mendadak.“Bukankah kau teman Yu Ping?” Qi Yue mengerutkan kening karena heran. Qi Yun mengangguk seraya tersenyum. “Apakah ada kabar tentang dia?”“Sayang sekali kami berpisah setelah pertandingan di Hoa San selesai. Setahu saya, Yu Ping menghilang saat menuju Bukit Tengkorak untuk mencari Golok Pembunuh Naga.”Mendengar penuturan Qi Yun, tubuh ramping Qi Yue langsung lemas. Gadis itu merosot duduk di kursi dengan mata berkaca-kaca, “Mengapa ia tak pernah pedulikan aku? Bukannya mencariku malah sibuk mencari barang tak berguna!”Xian Lian tertegun menatap Qi Yue, i
“Aku ingin kau tahu bahwa sebenarnya ayah dan ibumu bukanlah raja dan ratu melainkan rakyat biasa yang tinggal di desa Kuning!” aku Xian Lian dengan jujur.Qi Yun diam seribu bahasa, ekspresinya pun datar. Tidak terkejut, kecewa, ataupun marah. Xian Lian pun meneruskan pengakuannya.“Saat itu aku tak memiliki pilihan, demi menyelamatkan nyawa putra mahkota dari tangan kejam Qi Xiang. Aku yang meminta menukar bayi kalian, ayahmu Wang Ji seorang yang setia dan sangat baik. Ia bersedia mengorbankan apa saja demi Raja Qi You, suamiku.”Qi Yun masih saja mematung, hanya saja kini ia menghadap keluar jendela. Menatap pohon persik di taman, tepat di depan jendela kamar ibunya.“Kita berdua dikejar oleh antek-antek Qi Xiang hingga Ibu nekad menjatuhkan diri kita berdua ke jurang
“Putri Qi Yue melarikan diri!” samar-samar Xian Lian mendengar seruan asisten rumah tangga Jenderal Xiao Gang. “Ada apa ini? Mengapa membuat keributan di depan kamar Putri Qi Yue?” tegur mantan Ratu Negeri Qi.“Putri Qi Yue kabur!” lapor Asisten rumah tangga Jenderal Xiao Gang panik. Xian Lian terkejut, ia menguak kerumunan agar bisa masuk ke dalam kamar tempat Qi Yue ditahan.Benar saja, kamar itu telah kosong. Bahkan dua pengawal yang ditugaskan menjaga di depan pintu, ditemukan tewas di dalam kamar dengan kondisi menyedihkan. Sepertinya pelaku bukan manusia, karena kondisi korban bagai dicabik-cabik binatang buas.Xian Lian menemukan sebuah pita rambut berwarna putih dalam genggaman tangan salah satu korban. Ia sangat mengenal pita rambut tersebut karena merupakan jahitan tangannya sendiri.“Qi Yun?” Xian Lian menutup mulutnya dengan tangan karena nyaris berteriak histeris. Terngiang olehnya ketika Qi Yun berkata, “Mulai hari ini kita tempuh jalan masing-masing.”Chang Kong yang ba