Share

2. Hina

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 14:54:59

"Arumi. Kamu yang bener aja, masa cuma masak. Lihat rumah berantakan halaman depan, belakang semua berantakan, bisa kerja apa nggak sih kamu? Jadi perempuan jangan malas. Dasar kampungan!" ujar Bu Laras, menyerahkan kasar sapu di depan Arumi.

"Bu, semua kerjaan sudah aku selesaikan. Kasihan kalau aku kelamaan di sini. Salwa sendiri di rumah," sahut Arumi, melihat halaman yang berantakan karena ulah wanita bergelar mertuanya.

"Emang ibu pikirin. Anak kamu itu miskin kayak kamu, buat apa Ibu kasihan. Sudah sana selesaikan kerjaan kamu. Ingat jangan pulang sebelum bersih semua!" Bu Laras berbalik meninggalkan Arumi yang hanya diam di tempat. Melihat sekeliling yang terlihat begitu berantakan bayangan wajah polos putrinya terlintas di benaknya.

Empat jam sudah meninggalkannya di rumah tetangga tanpa memberikan uang sepeser pun. Helaan napas panjang terdengar, Arumi meraih sapu melanjutkan pekerjaan yang sebenarnya sudah bersih.

"Kalau kerja itu lihat depan dan bawah. Bukan lihat sekeliling, kamu pikir ibu pergi? Bisa hilang semua barang berharga di rumah ini kalau ibu meleng." Bu Laras, duduk di ruang tamu melihat Arumi yang tengah merapikan ulang bunga yang berantakan lagi, entah siapa pelakunya.

"Mau kemana lagi, kamu?" sambung Bu Laras, berkacak pinggang di depan pintu yang berhasil mengejutkan Arumi.

"Bu, tugas aku selesai. Aku harus pulang," pamit Arumi. Namun baru berapa langkah suara ibu mertuanya kembali terdengar.

"Enak, aja. Makanya jadi mantu itu berguna sedikit. Punya anak miskin, sekarang punya mantu nggak kalah miskinnya. Sial amat hidupku ini, ya. Hei! Arumi, kamu pikir bisa pulang gitu aja? Kamu harus cuci semua baju ini. Kamu nggak lupa kan, kalau dua menantu ibu sibuk. Nggak kaya kamu, cuma bisanya ongkang-ongkang kaki. Jadi orang berguna sedikit, sana pergi." Sentak Bu Laras.

"Bu, aku,"

"Apa. Mau menolak? Kamu pikir tinggal di rumah ibu itu gratis? Kalau numpang itu tahu diri. Jangan seenaknya sendiri tanpa tahu balas Budi. Apa kamu mau keluar dari rumah itu, hah?" ancam Bu Laras.

"Bukan itu Bu, setidaknya lakukan untuk cucu ibu," ujar Arumi mengiba.

"Cucu. Cucu yang mana? Ibu nggak merasa punya cucu dari kalian. Kalian itu bikin malu keluarga saja, sudah miskin nggak ada pinter-pinter nya. Coba berguna dikit kalian," ujar Bu Laras, tanpa merasa bersalah.

"Bu, salah aku apa? Kenapa ibu begitu membenci, aku?" tanya Arumi. Lelah selalu di salahkan dan di hina.

"Sudah kerjakan semua pekerjaan kamu. Ibu sudah nggak tahan di dekat kamu. Selain miskin kamu juga menyebalkan!" Bu Laras, meninggalkan Arumi yang terpaku di depan gundukan pakaian kotor.

Tumpukan baju kotor yang entah dari mana asalnya kini teronggok di depannya. Jika Arumi mengerjakan semuanya sudah di pasti akan pulang lebih lama lagi.

"Eh, bengong. Kamu pikir kalau cuma di liatin itu baju bakalan cepet selesai? Arumi, Arumi. Jadi orang itu cepet ngerjainnya," Bu Laras kembali berdiri tidak jauh dari Arumi.

"Bu, aku pulang dulu ya. Kasihan Salwa sendirian di rumah," ijin Arumi.

"Nggak. Berapa kali ibu bilang, itu bukan urusan ibu, kamu selesaikan tugas kamu, sebelum selesai kamu di larang pulang. Cepetan sana kerjakan!" Arumi, hanya bisa mengelus dada. Ibu mertuanya begitu tidak adil pada keluarganya.

"Woi! Kerja jangan ngalamin. Nih, cuci secara pisah, nggak boleh kamu sikat cukup kucek aja pelan-pelan. Ini baju mahal kalau rusak kamu nggak bisa gantinya. Mau tau berapa harganya?" ujar Andara, Arumi hanya menggeleng pelan.

"Sepuluh juta. Kaget kan? Makanya kamu harus pelan jangan sampai rusak. Kamu ngerti nggak, sih?"

"Ada apa ini? Kenapa suara kamu terdengar sampai ke kamar ibu?" Andara berbalik mendapati Ibu mertuanya yang berjalan menghampiri mereka.

"Ini, loh, Bu. Arumi di bilangin ngeyel, mana lihat baju mahal aku di campur sama baju yang lain," rengek Andara.

"Benar begitu Arumi? Bisa nggak sih lima menit saja kamu nggak bikin ulah di rumah ini?"

"Bu, aku nggak salah, mbak Andara sendiri yang melempar ke tumpukan baju kotor yang lain," Arumi menjelaskan jika dirinya tak melakukan kesalahan yang di dituduhkan oleh Andara.

"Berani kamu membantah? Sadar diri dong jadi orang. Hidup kalian itu karena belas kasihan kami, kalau nggak, kalian akan tinggal di kolong jembatan!" seru Bu Laras.

"Astaghfirullahaladzim, ibu, aku ..."

"Sudah. Kamu ingin aku cepat mati? Sehingga kamu bisa bebas menikmati harta Ibu. Dasar licik kamu, hartaku nggak akan jatuh ke tangan kamu. Cuma anak kesayangan yang akan menikmatinya," ucap Bu Laras, berapi-api.

"Berapa kali aku bilang. Kamu akan menjadi pembantu di rumah suamimu. Dan aku, hanya menjadi menantu kesayangan ibu. Kamu memang layak di perlakuan kasar seperti ini. Tunggu saja kamu akan semakin menderita, satu lagi tentu dengan hinaan yang selalu kamu dapatkan bersama suamimu." Ujar Andara, penuh kelicikan.

"Aduh, ibu!" sambung Andara. Bu Laras kembali kali ini ia terkejut dengan pemandangan di depannya. Menantu kesayangan duduk di lantai tepat di depan Arumi.

"Hei, menantu miskin apa yang sudah kamu lakukan pada Andara? Kamu tunggu hukuman dari ibu,"

"Sayang, kamu nggak apa-apa nak? Ayok, ibu bantu,"

"Sakit, Bu, Arumi mendorongku. Dia nggak terima ibu marahi," ucap Andara di sela isak tangisnya,"

"Apa. Jadi ini ulah mantu nggak tahu diri itu?" Bu Laras, berdiri tangannya mendarat tepat di pipi kanan Arumi.

Plakk!!

"Kamu adalah orang yang paling jahat yang pernah Ibu lihat. Hari ini aku nggak akan mengizinkan kamu membawa apapun dari rumah ini. Ingat apa yang kamu lakukan pada menantu kesayanganku akan mendapatkan balasan."

Prang!!

"Ambil makanan itu. Kalian hanya orang miskin rendahan, kalian pantas memungut makanan dari bawah."

Bab terkait

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    3. Hanya Singkong

    "Bund, aku lapar," lirih Salwa, "B - bunda, pergi dulu. Salwa tunggu di sini," Arumi berlari keluar rumah. Berharap jika putrinya makan hari ini."Assalamualaikum, Bu,""Mau apa kamu? Jangan bilang kalau kamu mau minta makan?" Bu Laras, wanita yang melahirkan suaminya menatapnya dingin."Bu, tolong berikan sepiring nasi untuk Salwa. Di .." "Emang Ibu pikirin. Sana pergi kamu, jadi mantu kok nggak mikir. Mau enaknya aja!" sentak Bu Laras."Tunggu!" "Kamu mau minta nasi sama lauk, kan?" Arumi mengangguk cepat. "Akan Ibu kasih. Tapi kamu bersihkan rumah ini dan setrika baju yang di sana. Sebelum semua selesai Ibu nggak akan memberikan nasi padamu,""Bu, aku akan kerjakan semuanya. Tolong berikan sepiring nasi dulu buat Salwa. Apa ibu tega membiarkan cucu Ibu kelaparan?" ucap Arumi mengiba."Ibu, nggak peduli. Lagi pula anak itu terlahir dari rahim wanita seperti kamu. Bisa-bisa dia sama kayak kamu bikin sial!""Ibu,""Apa. Nggak suka? Makanya jadi istri jangan cuma ongkang-ongkang k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    4. Ganti Rugi

    "Uang apa yang ibu maksud? Aku nggak ambil uang ibu," "Halah, bohong kamu. Cepetan sini," "Bu, aku nggak ada uang. Lagi pula yang ibu bilang ini apa? Aku nggak tahu menahu tentang uang Ibu,""Halah, maling mana ngaku. Kalau ngaku penjara penuh dong!""Ibu tunggu sampai Bayu pulang, kalian harus ganti rugi. Kalau kamu nggak ngaku siap-siap kalian keluar dari rumah ini, ingat itu!" sambung Bu Laras, sebelum pergi dari rumah Arumi.Arumi menghela napas selepas kepergian Bu Laras, lelah menunggu namun Bayu tak kunjung pulang. Arumi menghampiri Salwa yang sedang makan sendirian, ia tahu tatapan putrinya yang sendu."Cantiknya bunda kenapa? Ayok, habiskan makannya," ujar Arumi, bibirnya tersenyum walau hatinya berkecamuk. Setelah ini semua akan menjadi pertengkaran yang cukup pelik tentu Ibu mertua yang menjadi pemenangnya. Setelah memberikan pengertian pada Salwa akhirnya gadis kecil itu pun pergi ke masjid walau wajahnya terlihat begitu sendu."Assalamualaikum, dek," "Wa'alaikumsalam,

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    5. Rendang Yang Hilang

    "I – ibu,""Apa! Mau marah? Atau kamu mau mengelak lagi hah? Dasar mantu menyusahkan. Kamu lagi masih kecil bermain ambil makanan yang bukan punya kamu. Sini, kamu bisa makan nanti kalau ada sisanya!" Bu Laras merampas mangkuk yang berada di tangan Salwa. Tanpa belas kasih Bu Laras menghabiskan es campur itu tepat di depan mereka."Bu, tolong berikan sedikit saja untuk Salwa. Biarkan –""Makanya kerja sana. Hidup kok maunya miskin, lihat tuh menantu Ibu mereka hebat-hebat semua nggak kayak kamu itu!""Ibu, kenapa merembet kemana-mana? Aku cuma –""Sudah selesai?" Bu Laras, memperhatikan meja makan hidangan mewah yang ia minta tertata di sana. Begitu mengunggah selera yang melihatnya."Kamu tetap di sini. Sebelum acara selesai kamu dan anak kamu itu di larang keluar, apa lagi sampai bertemu tamu istimewa ibu!" sambung Bu Laras. Tanpa menoleh pada Salwa yang duduk di lantai.Bajunya basah akibat es campur yang tumpah karena ulah Bu Laras."Ya, Bu," sahut Arumi. Menyelesaikan berapa menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    6. Di Hina Miskin

    Arumi menyadari semua yang terjadi dalam hidupnya bukan sepenuhnya kesalahan Bayu. Tetapi keluargamu yang tidak menyukainya."Sudah mas, kamu nggak usah minta maaf. Sekarang kamu siap-siap ke rumah Ibu. Tapi, kali ini aku nggak ikut," ujar Arumi, tak ingin pergi yang tentu akan membuatnya terluka."Ya, mas tahu. Sebenarnya mas juga males kalau datang ke rumah ibu apalagi perlakuan keluarga Mas sama kita terutama kamu dan anak kita, terus terang hati mas sangat sakit," lirih Bayu. "Aku baik-baik saja, mas. Sudah sana pergi, keburu malam, soal ganti rugi itu gimana mas?" tanya Arumi, mendorong tubuh Bayu. "Kamu jangan pikirkan ya, mas yang akan bicara sama ibu. Mas pergi sekarang ya, Assalamualaikum," pamit Bayu, tak lupa mengecup kening Arumi."Wa'alaikumsalam," sahut Arumi.Baru beberapa langkah Bayu meninggalkan rumah suara teriakan Salwa berhasil menghentikan langkahku."Ayah, tunggu, aku ikut. Udah lama nggak ketemu kak Vani," rengek Salwa."Gimana dek? Salwa minta ikut mas," ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    7. Keramik Mahal

    Arumi mengabaikan permintaan Yoga. Memilih menyibukkan diri menanam cabe dan bawang di depan rumah."Arumi, tuh di cariin sama Bu Laras. Jadi mantu kok malas, bantuin sana. Jangan cuma numpang hidup sama anaknya tapi nggak mau bantuin mertua." Celetuk Bu Desi.Arumi mengabaikan ucapan tetangga Bu Laras memilih menyelesaikan pekerjaan."Pantas aja Bu Laras marah. Orang mantunya aja nggak tau diri. Kalau aku sih ogah punya mantu kayak gitu, mending Bayu suruh cerai!""Siapa yang mau cerai?" Bu Desi berbalik ia tersenyum melihat sahabatnya ada di sana."Ini loh jeng mantu kamu. Aku bilang kalau aku jadi mertuanya, Bayu sudah aku suruh ceraikan dia. Buat apa punya mantu nggak tau diri kayak dia," ucap Bu Desi."Maunya aku juga gitu. Tapi anakku itu udah di pelet sama dia. Makanya susah bangat suruh cerai,""Ibu ada perlu apa ke sini? Masuk dulu Bu, aku buatkan teh hangat –" ujar Arumi. Tidak ingin semakin panjang, terlebih ada Bu Desi si biang gosip."Nggak perlu. Jijik makan dari rumah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    8. Tabungan

    Ucapan Ibu masih di dengar oleh mereka yang baru berapa langkah meninggalkan rumah penuh kenangan itu. Ucapan yang bagaikan sambaran petir siang solong. Bayu tidak menyangka jika wanita yang ia hormati dan ia sayang Mamou mengatakan yang tidak seharusnya di ucapkan oleh orang tua terlebih Ibu. Firasatnya sebagai seorang suami begitu terasa sehingga Bayu memilih pulang untuk kedua kalinya. Siapa sangka ia harus mendengarkan kebenaran yang selama ini di sembunyikan oleh istrinya. Pantas setiap hari selalu ada aja sisa singkong bahkan Bayu sampai hapal singkong akan di olah berbeda meski dengan bahan yang sama, berbagai macam cemilan tersaji di sana dan itu semua karena ulah Ibunya.Getar ponsel milik Arumi mengalihkan perhatian mereka yang duduk di ruang keluarga. Bayu memangku Salwa sampai tertidur dan Arumi yang sibuk dengan membujuknya agar tidak marah pada Bu Laras.[Assalamualaikum, Arumi. Bagaimana kabar kalian? Sehat kan? Nak jika hari ini tidak sibuk bisa pulang kampung sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    9. Kemarahan Ibu Saraswati

    Bu Saraswati menundukkan wajahnya menyembunyikan luka yang selama ini ia simpan dari anak dan menantunya. Luka seorang ibu mengetahui putrinya di perlakukan tidak layak di rumah wanita yang bergelar mertuanya sungguh hatinya sakit."Kenapa tabungan ibu berikan pada kami? Bu, maafkan kelancangan aku ini. Tapi, alangkah lebih baiknya jika tabungan itu tetap Ibu dan bapak simpan ya, Arumi dan Salwa adalah tanggung jawab aku. Maafkan atas ucapan aku yang tidak sopan ini buk, pak," tegas Bayu, meski setiap kata yang keluar dari bibirnya lirih dan penuh kesopanan."Kami sudah tua, kalian yang lebih membutuhkan. Gunakan uang ini sebaik mungkin kalian juga bisa membuka usaha agar perekonomian kalian membaik,""Ibu, ayah,""Nak, Bayu. Jaga anak dan cucu ibu, bahagiakan mereka seperti janji kamu. Jangan pernah menyakitinya, lindungilah anak dan cucu Ibu dari orang-orang yang sudah zalim kepadanya hanya inilah permintaan Ibu dan bapak sama kamu dan mengenai uang ini kamu bisa memujudkan impian k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    10. Kemarahan Bu Laras

    Seperti janji Bayu sebelumnya. Setelah mengantar Arumi dan Salwa ia hanya menginap semalam di rumah orang tua Arumi dan memilih kembali bekerja ada banyak impian yang belum terwujud salah satunya melindungi anak dan istri dari keluarganya."Bayu, mana istrimu itu, hah? Kurang ajar kalian berdua. Sudah hidup numpang seenaknya kalian pergi tanpa bilang, mana istrimu. Suruh dia keluar kerjaan banyak di rumah, jangan enak-enakan kalian. Dasar ipar nggak ada akhlak." Yoga berkacak pinggang, gemuruh amarah yang di pendamnya sejak kemarin saat Arumi tak menunjukkan batang hidungnya. Sehingga pengeluaran Yoga semakin besar. Acara arisan kantor yang sengaja di rumah Ibunya gagal karena Arumi yang memilih pergi tanpa memperdulikan perintahnya."Kamu kenapa mas, datang-datang marah nggak jelas. Sekali-kali datang ke rumah orang itu salam." Ucap Bayu datar."Kurang ajar kamu. Sudah berani sama aku, hah? Kamu lupa aku ini lebih tua dari kamu," Yoga mengerutkan keningnya. Bayu menurunkan tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18

Bab terbaru

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    121. EXTRA PART.

    Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    120. Ending

    Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    119. Hikmah

    Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    118. Menyerah

    Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    117. Bukan Level

    Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    116. Kebenaran 2

    "Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    115. Kebenaran

    Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    114. Demi Kamu Dan Arumi

    Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    113. Rencana

    Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin

DMCA.com Protection Status