Share

4. Ganti Rugi

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-04 14:55:51

"Uang apa yang ibu maksud? Aku nggak ambil uang ibu,"

"Halah, bohong kamu. Cepetan sini,"

"Bu, aku nggak ada uang. Lagi pula yang ibu bilang ini apa? Aku nggak tahu menahu tentang uang Ibu,"

"Halah, maling mana ngaku. Kalau ngaku penjara penuh dong!"

"Ibu tunggu sampai Bayu pulang, kalian harus ganti rugi. Kalau kamu nggak ngaku siap-siap kalian keluar dari rumah ini, ingat itu!" sambung Bu Laras, sebelum pergi dari rumah Arumi.

Arumi menghela napas selepas kepergian Bu Laras, lelah menunggu namun Bayu tak kunjung pulang. Arumi menghampiri Salwa yang sedang makan sendirian, ia tahu tatapan putrinya yang sendu.

"Cantiknya bunda kenapa? Ayok, habiskan makannya," ujar Arumi, bibirnya tersenyum walau hatinya berkecamuk. Setelah ini semua akan menjadi pertengkaran yang cukup pelik tentu Ibu mertua yang menjadi pemenangnya.

Setelah memberikan pengertian pada Salwa akhirnya gadis kecil itu pun pergi ke masjid walau wajahnya terlihat begitu sendu.

"Assalamualaikum, dek,"

"Wa'alaikumsalam, mas, kamu sudah pulang?" Arumi menyambut kedatangan Bayu wajahnya begitu lelah namun bukan itu yang membuatnya mengerutkan keningnya tapi sorot matanya yang mengembun.

"Mas," sambung Arumi. Memberikan segelas air putih yang ada di atas meja.

"Di mana Salwa, sayang?"

"Biasa mas di masjid. Katanya ada jam tambahan hari ini jadi pulangnya agak telat. Mas katakan apa yang kamu sembunyikan dariku?" tangan Arumi terulur menyentuh pundak Bayu.

"Hari ini Mas gajian, tapi ..."

"Tapi, apa?"

"Uangnya di ambil ibu semua, katanya kamu sudah mencuri uang ibu dan itu buat gantinya,"

"Astaghfirullahaladzim, mas. Kamu tahu aku kan? Mana mungkin aku mencuri uang ibu kamu, sedangkan aku sendiri selama menjadi menantu di keluarga kamu, aku tidak pernah diizinkan untuk masuk ke dalam rumah kamu kecuali dapur. Apa lagi kamar pribadi Ibu," lirih Arumi.

"Mas, percaya sama kamu dek. Maafkan mas besok kita –"

"Aku tahu mas, bukankah ini sudah biasa? Aku dan Salwa akan kelaparan lagi, bukan karena kita tak punya uang. Tapi ibu kamu yang, sudahlah,"

***

"Rum, Arumi!! Ngapain aja sih kamu?!" seru Bu Laras. Tidak hentinya menggedor pintu rumah Bayu.

"I – ibu, aku lagi jemur baju di belakang Bu. Jadi aku nggak denger ibu panggil," ujar Arumi jujur.

"Alasan aja. Cepat ke rumah masak yang banyak. Hari ini anak, menantu dan cucu Ibu datang. Nggak pake lama!" sentak Bu Laras. Bergidik melihat sekeliling rumah Arumi.

"Salwa masih tidur Bu. Aku ke rumah ibu nunggu –" Arumi menunduk, Laras menatapnya tidak suka.

"Alah, alasan aja kamu itu. Bilang kalau kamu itu malas, wajar sih. Namanya juga mantu m i s k i n." Sinis Bu Laras, tidak terima Arumi menolak perintahnya.

"Ibu duduk dulu, aku buatkan teh hangat sebenar," ujar Arumi menawarkan.

"Ih! Enggak banget deh. Cepetan ibu tunggu di rumah, inget jangan lewat pintu depan, tapi belakang. Nanti kotor semua keramik mahal ibu! Eh, diem aja kamu? Denger nggak sih?" tanya Bu Laras.

"Ya, Bu, aku inget dan dengar," lirih Arumi.

Tanpa bertanya kabar Salwa, Bu Laras pergi begitu saja. Gegas Arumi menyelesaikan pekerjaan sebelum putrinya bangun.

"Bunda -" panggil Salwa.

"Sayang sudah bangun? Yuk, mandi abis itu kita sarapan," ajak Arumi.

"Bund, tadi ada suara nenek ke sini? Apa nenek marah lagi sama Bunda?" tanya Salwa.

"Nggak, sayang. Nenek memang suaranya kencang, ayok. Nanti kita ke rumah nenek," Arumi menggendong putrinya membawanya ke kamar mandi.

"Bunda, apa aku boleh makan telor?" ucap Salwa, menatap wajah Arumi.

"Tentu saja boleh, sayang," sahut Arumi, lembut.

"Hore!! Aku makan telor," seru Salwa.

Hati Arumi terasa sesak begitu nikmat dan istimewanya sebutir telur untuk putri semata wayangnya. Arumi mengusap wajahnya tak ingin jejak air mata tersisa di sana.

"Sekarang Salwa mandi dulu ya. Nanti kita masak telor sama-sama,"

"Ya, bunda!" sahut Salwa, girang.

Suara tawa putrinya adalah pelipur hati yang luka. Di kala tubuh dan pikirannya terasa lelah. Usai memandikan Salwa, Arumi memandang telor yang tergeletak di sana hanya ada satu butir. Lauk yang bisa di makan mereka bertiga, tapi kali ini ia akan memberikan pada putrinya.

"Bunda, kenapa lama?" tanya Salwa.

"Eh, sayang. Duduk di sana ya, ibu akan membuat telor lebar," ujar Arumi.

Tidak apa jika mereka berdua kelaparan asalkan putri semata wayangnya kenyang.

"Sayang, makan sendiri, bisa? Bunda mau bereskan cucian piring dulu ya. Abis itu kita ke rumah nenek,"

"Ya, bunda,"

Arumi menyelesaikan pekerjaan sebelum ke rumah Ibu mertuanya. Mengingat perlakuan mereka tentu Arumi lebih dulu mengenyangkan putrinya.

"Ayok, sayang. Nanti selama bunda masak jangan main di luar ya, nak,"

"Ya, bund."

"Hei! Lama banget kamu jalannya. Kayak siput aja. Cepetan ke dapur sana, inget jangan di makan. Apa lagi bungkus, bilangin anakmu itu main di belakang. Tempat ini khusus orang memiliki level setara. Bukan kayak kalian ini!" sengit Laras.

"Nenek, kenapa bilang kayak gitu sama bunda?" tanya Salwa, gadis kecil itu selalu di tolak setiap ingin berjabat tangan dengan anggota keluarga Wicaksono, termasuk dengan neneknya Bu Laras.

"Arumi, ajarin anak kamu ini. Masih kecil sudah berani kurang ajar sama orang tua. Begini-ini kalau lahir dari perempuan yang nggak selevel, anaknya juga ikutan." Cibir Laras. Menjauh dari Salwa, bahkan menepis tangan mungil itu.

"Mbak Arumi, yang sabar ya, mbak. Semoga badai ini segera berlalu dan Allah angkat derajat mbak Arumi dan keluarga," ujar Bude Narsih tetangga Bu Laras.

"Aamiin, ya, bude. Aku sabar banget. Ya, sudah Bude, aku masak dulu," Arumi menyudahi obrolan mereka. Ibu pasti akan marah kalau melihat Arumi berbincang dengan tetangga sebelah rumah yang dekat dengan Arumi.

Tiga jam sudah Arumi berkutat dengan aneka masakan selama itu pula Salwa anteng tak jauh dari dapur.

"Bunda, aku haus. Boleh Salwa minta es itu bund?" tunjuk jari mungil Salwa, ke arah mangkuk besar berisi aneka buah di sana.

Arumi menolah es campur yang entah kapan ada di sana membuat Salwa merengek. Arumi mendekati Salwa mengusapnya lembut.

"Sayang, itu punya nenek. Kalau nenek marah gimana? Besok kita beli sama ayah, ya," ujar Arumi lembut.

"Ya, bund," sahut Salwa, namun tatapannya mengarah pada semangkok es campur di atas meja.

"Salwa mau es campurnya?" tanya Bude Narsih.

"Ya, bude," jujur Salwa.

"Ambil, makan di sana ya," Bude Narsih, mengambil sedikit menyerahkan pada Salwa yang sejak tadi diam tanpa ada makanan yang masuk dalam perutnya. Sedangkan neneknya tak peduli hal itu.

"Bude, jangan. Nanti jadi masalah," tolak Arumi. Tahu benar apa yang akan terjadi jika Ibu mertuanya melihat Salwa mengambil makanan miliknya.

"Sudah nggak apa-apa. Kebetulan Ibu mertua kamu lagi pergi, biasa beli makanan buat nyambut menantu dan cucu kesayangannya. Makan saja nak," ucap Bude Narsih.

Terpaksa Arumi mengangguk terlebih putrinya begitu berbinar menerima satu mangkuk kecil es campur.

"Makan, nak. Jangan terlalu terburu-buru, ya," ujar Arumi mengusap kepala Salwa.

Berdua melanjutkan masakannya namun suara yang amat di kenali oleh Arumi memecah keheningan.

"Hei, siapa yang ngajarin kamu mencuri hah? Pantas saja makanan di rumah selalu hilang jadi ini pelakunya!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Rafli123
Hooh ya kak, harusnya minggat tapi itulah Arumi, sosoknya begitu baik dan lembut. Kakak yuk mampir ke cerita yang lain
goodnovel comment avatar
Titis Herawati
kalau aku sudah minggat ngga kuat punya mertua seperti itu
goodnovel comment avatar
Rafli123
hehe, akk terima kasih sudah mampir. Salam kenal yaaa....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    5. Rendang Yang Hilang

    "I – ibu,""Apa! Mau marah? Atau kamu mau mengelak lagi hah? Dasar mantu menyusahkan. Kamu lagi masih kecil bermain ambil makanan yang bukan punya kamu. Sini, kamu bisa makan nanti kalau ada sisanya!" Bu Laras merampas mangkuk yang berada di tangan Salwa. Tanpa belas kasih Bu Laras menghabiskan es campur itu tepat di depan mereka."Bu, tolong berikan sedikit saja untuk Salwa. Biarkan –""Makanya kerja sana. Hidup kok maunya miskin, lihat tuh menantu Ibu mereka hebat-hebat semua nggak kayak kamu itu!""Ibu, kenapa merembet kemana-mana? Aku cuma –""Sudah selesai?" Bu Laras, memperhatikan meja makan hidangan mewah yang ia minta tertata di sana. Begitu mengunggah selera yang melihatnya."Kamu tetap di sini. Sebelum acara selesai kamu dan anak kamu itu di larang keluar, apa lagi sampai bertemu tamu istimewa ibu!" sambung Bu Laras. Tanpa menoleh pada Salwa yang duduk di lantai.Bajunya basah akibat es campur yang tumpah karena ulah Bu Laras."Ya, Bu," sahut Arumi. Menyelesaikan berapa menu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    6. Di Hina Miskin

    Arumi menyadari semua yang terjadi dalam hidupnya bukan sepenuhnya kesalahan Bayu. Tetapi keluargamu yang tidak menyukainya."Sudah mas, kamu nggak usah minta maaf. Sekarang kamu siap-siap ke rumah Ibu. Tapi, kali ini aku nggak ikut," ujar Arumi, tak ingin pergi yang tentu akan membuatnya terluka."Ya, mas tahu. Sebenarnya mas juga males kalau datang ke rumah ibu apalagi perlakuan keluarga Mas sama kita terutama kamu dan anak kita, terus terang hati mas sangat sakit," lirih Bayu. "Aku baik-baik saja, mas. Sudah sana pergi, keburu malam, soal ganti rugi itu gimana mas?" tanya Arumi, mendorong tubuh Bayu. "Kamu jangan pikirkan ya, mas yang akan bicara sama ibu. Mas pergi sekarang ya, Assalamualaikum," pamit Bayu, tak lupa mengecup kening Arumi."Wa'alaikumsalam," sahut Arumi.Baru beberapa langkah Bayu meninggalkan rumah suara teriakan Salwa berhasil menghentikan langkahku."Ayah, tunggu, aku ikut. Udah lama nggak ketemu kak Vani," rengek Salwa."Gimana dek? Salwa minta ikut mas," ra

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-04
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    7. Keramik Mahal

    Arumi mengabaikan permintaan Yoga. Memilih menyibukkan diri menanam cabe dan bawang di depan rumah."Arumi, tuh di cariin sama Bu Laras. Jadi mantu kok malas, bantuin sana. Jangan cuma numpang hidup sama anaknya tapi nggak mau bantuin mertua." Celetuk Bu Desi.Arumi mengabaikan ucapan tetangga Bu Laras memilih menyelesaikan pekerjaan."Pantas aja Bu Laras marah. Orang mantunya aja nggak tau diri. Kalau aku sih ogah punya mantu kayak gitu, mending Bayu suruh cerai!""Siapa yang mau cerai?" Bu Desi berbalik ia tersenyum melihat sahabatnya ada di sana."Ini loh jeng mantu kamu. Aku bilang kalau aku jadi mertuanya, Bayu sudah aku suruh ceraikan dia. Buat apa punya mantu nggak tau diri kayak dia," ucap Bu Desi."Maunya aku juga gitu. Tapi anakku itu udah di pelet sama dia. Makanya susah bangat suruh cerai,""Ibu ada perlu apa ke sini? Masuk dulu Bu, aku buatkan teh hangat –" ujar Arumi. Tidak ingin semakin panjang, terlebih ada Bu Desi si biang gosip."Nggak perlu. Jijik makan dari rumah k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    8. Tabungan

    Ucapan Ibu masih di dengar oleh mereka yang baru berapa langkah meninggalkan rumah penuh kenangan itu. Ucapan yang bagaikan sambaran petir siang solong. Bayu tidak menyangka jika wanita yang ia hormati dan ia sayang Mamou mengatakan yang tidak seharusnya di ucapkan oleh orang tua terlebih Ibu. Firasatnya sebagai seorang suami begitu terasa sehingga Bayu memilih pulang untuk kedua kalinya. Siapa sangka ia harus mendengarkan kebenaran yang selama ini di sembunyikan oleh istrinya. Pantas setiap hari selalu ada aja sisa singkong bahkan Bayu sampai hapal singkong akan di olah berbeda meski dengan bahan yang sama, berbagai macam cemilan tersaji di sana dan itu semua karena ulah Ibunya.Getar ponsel milik Arumi mengalihkan perhatian mereka yang duduk di ruang keluarga. Bayu memangku Salwa sampai tertidur dan Arumi yang sibuk dengan membujuknya agar tidak marah pada Bu Laras.[Assalamualaikum, Arumi. Bagaimana kabar kalian? Sehat kan? Nak jika hari ini tidak sibuk bisa pulang kampung sebenar

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    9. Kemarahan Ibu Saraswati

    Bu Saraswati menundukkan wajahnya menyembunyikan luka yang selama ini ia simpan dari anak dan menantunya. Luka seorang ibu mengetahui putrinya di perlakukan tidak layak di rumah wanita yang bergelar mertuanya sungguh hatinya sakit."Kenapa tabungan ibu berikan pada kami? Bu, maafkan kelancangan aku ini. Tapi, alangkah lebih baiknya jika tabungan itu tetap Ibu dan bapak simpan ya, Arumi dan Salwa adalah tanggung jawab aku. Maafkan atas ucapan aku yang tidak sopan ini buk, pak," tegas Bayu, meski setiap kata yang keluar dari bibirnya lirih dan penuh kesopanan."Kami sudah tua, kalian yang lebih membutuhkan. Gunakan uang ini sebaik mungkin kalian juga bisa membuka usaha agar perekonomian kalian membaik,""Ibu, ayah,""Nak, Bayu. Jaga anak dan cucu ibu, bahagiakan mereka seperti janji kamu. Jangan pernah menyakitinya, lindungilah anak dan cucu Ibu dari orang-orang yang sudah zalim kepadanya hanya inilah permintaan Ibu dan bapak sama kamu dan mengenai uang ini kamu bisa memujudkan impian k

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-13
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    10. Kemarahan Bu Laras

    Seperti janji Bayu sebelumnya. Setelah mengantar Arumi dan Salwa ia hanya menginap semalam di rumah orang tua Arumi dan memilih kembali bekerja ada banyak impian yang belum terwujud salah satunya melindungi anak dan istri dari keluarganya."Bayu, mana istrimu itu, hah? Kurang ajar kalian berdua. Sudah hidup numpang seenaknya kalian pergi tanpa bilang, mana istrimu. Suruh dia keluar kerjaan banyak di rumah, jangan enak-enakan kalian. Dasar ipar nggak ada akhlak." Yoga berkacak pinggang, gemuruh amarah yang di pendamnya sejak kemarin saat Arumi tak menunjukkan batang hidungnya. Sehingga pengeluaran Yoga semakin besar. Acara arisan kantor yang sengaja di rumah Ibunya gagal karena Arumi yang memilih pergi tanpa memperdulikan perintahnya."Kamu kenapa mas, datang-datang marah nggak jelas. Sekali-kali datang ke rumah orang itu salam." Ucap Bayu datar."Kurang ajar kamu. Sudah berani sama aku, hah? Kamu lupa aku ini lebih tua dari kamu," Yoga mengerutkan keningnya. Bayu menurunkan tangannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-18
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    11. Alergi

    Satu minggu berlalu kebahagiaan Arumi bersama kedua orang tuanya dan Salwa begitu terasa, bagaimana tidak. Kedua orang tua Arumi memanjakan anak dan cucunya. Bahkan mereka berjalan-jalan tiap hari."Ibu, bapak, terima kasih. Seharusnya aku yang sebagai anak membahagiakan orang tua, tapi nyatanya justru aku yang di perlakukan sebaliknya," ucap Arumi, merasa bersalah atas apa yang terjadi saat ini. Sungguh hatinya terharu orang tuanya justru memikirkan kebahagiaan dirinya dan cucu semata wayangnya."Kamu bicara apa, nak? Sudah jadi kewajiban orang tua membahagiakan anaknya. Kami jauh lebih bahagia melihat kalian tertawa lepas, tetaplah tersenyum itu keinginan kami, Arumi. Nak, boleh Ibu bertanya?" Bu Saraswati menoleh ke arah Salwa yang berbaring di depan televisi."Ada apa, buk? Tanyakan aja," sahut Arumi, ragu."Apa kamu bahagia bersama dengan Bayu? Maksud Ibu, apa keluarga Bayu memperlakukan kamu dan Salwa baik?" tanya Bu Saraswati, hati-hati.Terdengar helaan napas panjang Arumi. P

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-19
  • SEPIRING SINGKONG REBUS    12. Hinaan Berbalik

    "Dek, kita bagi kemana lagi, ya? Masih banyak ini," ujar Bayu, membungkus buah dan berapa sayuran dalam plastik."Gimana kalau kita bawa ke masjid mas? Kebetulan hari ini hari Jum'at, gimana menurut kamu, mas?" tanya Arumi."Kamu benar, dek. Mas inget di masjid ada kerja bakti, mas pergi sekarang ya," Bayu, membawa bungkusan yang berisi sayuran dan buah segar. Ada lebih dari dua puluh bungkus yang Bayu bawa dari rumah."Mas Bayu, mbak Arumi, apa yang kalian bawa itu?" tanya Pak RT lebih dulu menghampiri, dan membantu mengangkat keranjang besar yang di angkat mereka berdua "Ini pak RT, ada sedikit oleh-oleh dari kampung," ujar Bayu menjelaskan."Oh, pasti dari kampung Mbak Arumi ya, wah ini pasti enak terima —" ucapan pak RT, terhenti suara seseorang yang berhasil menghentikan ucapannya."Bapak-bapak, ibu-ibu, jangan ada yang menerima oleh-oleh dari Arumi. Apa kalian nggak takut kalau buah dan sayuran itu pake sianida, kalian semua tahu kan kalau Arumi itu dari kampung pasti makanan n

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-20

Bab terbaru

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    121. EXTRA PART.

    Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    120. Ending

    Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    119. Hikmah

    Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    118. Menyerah

    Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    117. Bukan Level

    Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    116. Kebenaran 2

    "Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    115. Kebenaran

    Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    114. Demi Kamu Dan Arumi

    Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta

  • SEPIRING SINGKONG REBUS    113. Rencana

    Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status