Seorang perancang busana mendesain empat koleksi dalam setahun sesuai dengan musim di Eropa. Semua desainer berharap tiap karya yang mereka desain akan menjadi karya yang sangat dicintai dan disukai banyak orang, tapi tren selalu berlalu begitu cepat. Pada akhirnya, hanya ada satu hal yang tidak pernah berubah yaitu fakta bahwa tidak ada yang abadi.
Paris, 2024.
Seperti tahun-tahun sebelumnya. Paris Fashion Week selalu diadakan dua kali dalam setahun di Carrousel du Louvre Paris, France.
Peragaan busana itu dihadiri oleh banyak orang termasuk Stylist, VIC, Fashion Editor, PR, Celebrities International and VIPs, Influencer dan pastinya pembeli. Acara peragaan busana itu didominasi oleh brand-brand Luxury International termasuk Lauré.
Semua orang yang akan tampil di peragaan busana itu terlihat sibuk untuk menyiapkan semua keperluan acara. Para stylists dari berbagai brand Luxury sedang mempersiapkan model-model dan selebritis pilihan mereka agar segera bersiap untuk memperagakan koleksi fashion mereka musim ini.
Malam ini adalah acara puncak pembukaan Paris Fashion Week. Setelah memperagakan fashion collection mereka di siang hari, para Stylist, VIC, Fashion Editor, PR, Celebrities International & VIPs, dan Influencer mereka menikmati pesta pembukaan dengan ditemani musik-musik yang dibawakan oleh DJ pilihan untuk memeriahkan acara.
“Hello everybody! Welcome to paris fashion week 2024!” Ucap DJ yang dilanjutkan dengan kemeriahan kembang api dan musik-musik DJ yang meriah untuk menikmati acara puncak pembukaan.
“Huuu!!” Teriak orang-orang yang menikmati party sambil berjoget-joget.
Dus tak dus dus tak tak (Music dari DJ)
“Let's all celebrate this grand opening of a new beginning tonight!” Lanjut DJ saat akan memeriahkan acara malam puncak.
Duk tak duk tak duk tak (Music dari DJ)
“Are you ready?” Ucap DJ saat para tamu sudah mulai berjoget menikmati musik yang dihadirkan.
Meskipun tidak terdengar suara jawaban dari para tamu undangan karena mereka terlalu asik dengan acaranya. Namun, DJ tetap memainkan musik nya dengan sangat profesional dan penuh kemeriahan. Semua tamu undangan menikmati pesta yang ada. Mereka saling berjoget-joget di depan DJ dan ada pula yang saling bersulang sambil minum wine dan whiski untuk merayakan keberhasilan atas karya-karya yang mereka hadirkan.
“Kita harus menikmati momen dan menikmatinya untuk saat ini. Karena itu juga fana dan tidak akan pernah datang lagi.” Gumam Felice dalam hati sambil menikmati momen yang ada di hadapannya.
Tiiit. Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar.
Seorang wanita dan Pria masuk kedalam kamar Hotel dengan nafas tersengal-sengal. Mereka tidak bisa mengabaikan nafsu sesaatnya.
Di balik jendela Hotel dibawah cahaya kembang api yang meriah, kehangatan terasa lebih jelas dengan pelukan hangat dan sentuhan demi sentuhan dari bibir seorang Pria dan wanita yang bercinta setelah menikmati whisky dan berbagai macam wine di pesta pembukaan Paris fashion week.
“Euhh…” Felice melenguh di tengah ciuman yang semakin memanas.
Berawal dari sentuhan di bibir yang penuh keintiman membuat tangan Felice semakin berani. Sekarang tangannya mengalung di leher seorang Pria yang baru ia temui di acara tadi. Pria itu adalah Mr. X. Tangan Mr. X berada di pinggang Felice selama mereka menikmati sentuhan yang penuh keintiman itu.
Menyadari adanya penerimaan dari sentuhan Felice, membuat Pria itu semakin berani menyentuh tubuh Felice dengan lebih liar. Mr. X menghentikan ciuman mereka dan beralih mengendus dan menciumi lekuk leher Felice. Dengan kedua matanya yang terpejam, Mr. X menikmati aroma parfum yang menyegarkan dari kulit mulus sang wanita.
Mr. X melepaskan resleting belakang dari dress yang Felice gunakan dan Felice melepaskan Jas hitam milik Mr. X lalu membuka kancing kemeja Mr. X satu persatu. Felice melemparkan baju Mr. X ke lantai berbarengan dengan Mr. X menanggalkan dress putih tanpa lengan yang melekat di tubuh Felice. Mr. X juga melemparkan Dress Felice ke lantai yang sama dengan Felice melemparkan baju Mr. X. Bugh!
Dengan nafas yang semakin berat, Mr. X menggendong tubuh Felice ke atas kasur. Setelah meletakkan tubuh polos Felice di atas kasur. Dengan susah payah, Mr. X menelan ludah untuk melembabkan tenggorokannya yang terasa kering ketika kedua matanya melihat dengan jelas pemandangan indah itu.
Pemandangan dua bukit kembar yang bulat dan kenyal sang wanita cantik dan elegan terpampang nyata dengan sempurna di depan mata Mr. X tanpa ada kain yang menghalanginya. Mereka masuk ke dalam selimut untuk menutupi setengah bagian tubuh keduanya dengan selimut putih.
Suasana kota Paris masih ramai dengan kemeriahan kembang api. Namun, Felice dan Mr. X tidak menghiraukan kemeriahan itu. Mereka asyik dengan gairah mereka malam itu. Sekarang posisi Felice berada di bawah tubuh Mr. X. Dengan penuh gairah, mereka kembali saling mencium bibir manis keduanya. Namun, kali ini dengan intensitas yang semakin menggebu-gebu, mencerminkan keinginan dan hasrat yang sulit untuk ditahan. Gairah mereka semakin membara. Sentuhan demi sentuhan itu terus berlanjut hingga mereka merasakan kenikmatan yang sesungguhnya pada malam puncak itu.
Tidak terasa waktu sudah menunjukkan waktu pagi. Matahari sudah hampir terbit. Felice segera bangkit dari posisi tidurnya kemudian bersiap untuk kembali bekerja seperti biasanya. Di depan cermin Felice bersiap untuk pergi dan memastikan tidak ada barang miliknya yang tertinggal.
“Siapa nama kamu?” Tanya Mr. X saat ia terbangun lalu melihat Felice akan segera pergi.
“Kenapa kamu ingin tahu namaku?” Balas Felice.
Mr. X bangun dari posisi tidurnya menjadi duduk di atas kasur dengan tubuh tertutupi selimut mulai dari perut sampai kaki. “Aku bingung harus memanggilmu apa jika nanti kita bertemu lagi.” Ucap Mr. X.
“Itu tidak akan terjadi. Karena kita tidak akan disini lagi setelah Fashion Week berakhir. Selamat tinggal!” Balas Felice. Kemudian meninggalkan Mr. X yang masih kebingungan dengan tingkah Felice yang terkesan sombong namun dia menjawab pertanyaan dengan nada yang sopan dan terkesan santai.
Cklek suara Felice membuka pintu kamar.
Sebagai seorang Desainer yang memiliki jadwal yang padat, Felice Chiara Farfalla segera melanjutkan aktivitas untuk bekerja keras. Meskipun sudah bermalam bersama di kamar Hotel. Namun, Felice tidak mempedulikan Pria tampan yang sudah bermalam dengannya. Pria itu adalah Mr. X atau Xavier Oda Valent seorang fotografer yang sering digunakan oleh brand-brand International Luxury.
Selagi masih di Paris, Felice menyempatkan untuk melihat store Lauré yang ada di Paris. Felice sangat senang desain pakaiannya dipajang dengan rapi di store tersebut. Felice merasa bangga karena hasil kerja kerasnya diterima dan dipasarkan dengan baik oleh perusahaan.
Berbeda dengan Felice yang sedang bahagia karena melihat hasil kerja kerasnya yang di terpampang nyata di depan store Lauré. Mr. X malah sedang kesal sekaligus gelisah karena belum sempat berkenalan dengan wanita cantik yang sudah tidur dan bermalam bersamanya. Suara wanita itu terbayang-bayang terus dipikirannya.
“Aku akan pastikan kita akan bertemu kembali meskipun sekarang aku belum tahu namamu.” Ucap Xavier di depan cermin saat Ia sedang bersiap untuk meninggalkan hotel lalu kembali ke Rumahnya yang ada di Paris.
“Hallo! Mr. X, saya Felix dari atelier Anthony. Kami dengar anda menolak kontrak eksklusif dengan Dior dan Chloe. Mr. Anthony kini berada di Paris. Kami minta waktu anda untuk membicarakan kerjasama dengan pihak kami.” Ucap Felix asisten Anthony melalui panggilan telepon.
Klik. Tanpa mengucapkan sepatah katapun Xavier langsung mematikan teleponnya.
Drtt drtt panggilan telepon masih terus berlanjut
“Hello! Mr. X, saya Felix dari studio Anthony.” Ucap asisten Anthony. Saat Xavier sedang merapikan rambutnya.
Klik. Tanpa ingin berbasa basi panggilan telepon itu langsung dimatikan oleh Xavier.
“Halo, kami dari studio Anthony. Tolong telepon kami kembali saat Anda senggang.” Suara panggilan terakhir pagi ini dari tim Anthony de Yves Saint.
Setelah mengabaikan panggilan telepon dari tim Anthony de Yves Saint, Xavier segera pergi dari kamar hotel dengan mengenakan pakaian rapi dan mengenakan kacamata hitam untuk menemui sepupunya.
***
“Ada kabar dari Mr. X?” Ucap Anthony saat sedang bersiap untuk menemui klien di Hotel dekat butik store miliknya.
“Tidak, belum ada.” Ucap Felix (asisten Anthony). Sontak saja Anthony langsung menoleh kesal ke arah asisten pribadinya.
“Aku akan mencoba meneleponnya lagi.” Bujuk Felix.
“Lobi dia bagaimanapun caranya.” Ucap Anthony saat Felix sedang mencoba menghubungi Mr. X lagi dan lagi.
“Aku tahu dia menolak semua orang. Tapi dia tidak akan menolakku karena aku Anthony. Aku butuh dia. Warna dan sudut yang dia gunakan. Kehangatan dan kesejukan serta kontras di antara keduanya. Pokoknya aku butuh dia.” Ucap Anthony yang sedang ditunggu banyak orang di luar Hotel.
Semua orang dengan sabar sekaligus cemas dan gelisah menunggu untuk bertemu Anthony di lobi Hotel. Banyak orang yang berlalu lalang dan terus menanyakan pada receptionist kapan mereka bisa bertemu dengan Anthony.
Salah satu orang yang sedang menunggu adalah Felice. Felice bersama timnya sedang menunggu giliran untuk bertemu Anthony, mereka harus bersaing dengan beberapa perusahaan untuk bisa bertemu dan bekerja sama dengan Anthony Vaccarel.
“Bagaimana pertemuan dengan Anthony?” Tanya Luna melalui panggilan telepon.
“Dia punya banyak janji temu dengan beberapa perusahaan lain selain kita. Ada banyak orang yang ingin bertemu dengannya. Aku sudah menunggu selama hampir 3 jam.” Balas Felice.
“Itu pasti sangat menyebalkan. Oh ya! Ngomong-ngomong, Direktur Arina juga sudah tiba di Paris.” Balas Luna yang sedang sibuk memindahkan barang-barang ke mobil.
“Dia belum menghubungiku. Bagaimana dengan buku katalognya?” Tanya Felice.
“Aku baru mengambilnya di percetakan. Aku akan segera berangkat.” Balas Luna.
“Telepon aku jika sudah sampai.” Balas Felice lalu mematikan panggilan teleponnya.
“Nona Felice, Anthony masih belum turun.” Ucap Vareena saat menghampiri Felice.
“Berapa banyak janji temu yang dia punya sebelum kita?” Tanya Felice.
“Tiga. Dia bertemu dengan Sono sebelum kita.” Balas Vareena.
“Kamu pasti lapar. Makanlah dahulu. Aku akan menunggu di sini.” Ucap Felice.
“Aku sudah makan sarapan di siang hari. Kamu yang sebaiknya makan dahulu.” Ucap Vareena.
“Aku bisa menunggu sampai rapatnya selesai.” Sahut Felice.
“Tapi kamu belum makan apa pun. Aku akan menelponmu segera setelah rapat Sono di mulai. Makanlah dahulu.” Sahut Vareena.
“Oke. Aku akan segera kembali.” Balas Felice.
“Ya, aku akan segera mengabarimu.” Ucap Vareena.
Kemudian Felice segera pergi ke restaurant terdekat untuk makan siang. Saat sedang memilih menu makanan, Felice tetap sambil melakukan panggilan telepon dengan Presiden Direktur yang sekaligus ayah dari Direktur Arina untuk membicarakan pekerjaan.
“Karena Anthony memutuskan memasuki pasar Asia tenggara, mereka pasti akan membutuhkan bantuan kita karena Lauré adalah merek mode nomor satu di Indonesia dan Asia tenggara. Itu akan menjadi fokus presentasi ku.” Ucap Felice saat membujuk Edward agar percaya padanya.
“Aku tidak perlu mendengar ini. Aku menginginkan hasil. Apa yang diketahui penjual kain sepertiku. Tidak ada gunanya memberitahuku.” Balas Dirut Edward.
“Aku akan terus mengabari mu, Pak.” Balas Felice.
“Arina sedang apa? Aku belum mendengar kabar darinya.” Ucap Presiden Direktur Edward.
“Karena pertunjukan Anthony diadakan besok, Arina harus memeriksa banyak laporan untuk pertemuan setelah pertunjukkan.” Ucap Felice sambil menunjukkan menu yang ia inginkan pada waitress.
“Sekretarisku memesan tempat di restoran pukul 20.00 hari ini. Pastikan Arina tiba disana tepat waktu.” Ucap Presdir Edward.
Drtt drtt (suara telepon dari hp pribadi Felice)
Felice segera mengangkat telepon dari Arina di telinga kanannya tanpa mematikan panggilan telepon dari Presdir Edward yang masih ada di telinga kirinya.
“Luca. Si brengsek itu punya wanita lain. Pastikan kamu membawa banyak...” Ucap Direktur Arina yang sedang menahan amarahnya.
Felice tidak habis pikir harus mengurus urusan percintaan atasannya itu. Felice langsung menjauhkan ponselnya dari telinga kanannya lalu melanjutkan pembicaraannya dengan Presdir Edward.
“Ini pertemuan dua keluarga. Jangan sampai dia mempermalukanku. Suruh dia bersikap baik.” Ucap Dirut Edward.
“Baik, pak.” Balas Felice. Kemudian Presdir Edward mematikan panggilan teleponnya.
Felice kembali mengambil ponsel pribadinya untuk melanjutkan pembicaraan dengan Direktur Arina. “Direktur Arina jangan lakukan apapun. Aku akan tiba 10 menit lagi.” Pintaku pada Direktur Arina.
“Sorry, please cancel my order. I'll come back next time. (Maaf tolong cancel pesanan ku. Aku akan kembali lain kali)” Ucap Felice pada waitress yang tadi melayaninya.
Felice segera pergi dari restoran untuk menuju Grand Powers Hotel.
***
Dengan mengenakan baju merah yang nyentrik, kacamata hitam dan lipstik merah Arina berdiri di depan kamar Hotel yang dia pesan. Dia mengikuti permintaan Felice untuk tidak melakukan hal bodoh dan harus tetap tenang sampai Felice datang.Di depan kamar yang sudah di pesan Arina untuk tidur bersama Luca, sudah ada tulisan “PLEASE DO NOT DISTURB”. Karena sudah ada dua orang yang menempati kamar itu. Berdasarkan informasi yang Arina dapatkan, Luca masuk kamar itu bersama seorang wanita. Apalagi saat Arina berada di depan kamar itu. Masih ada suara berisi yang penuh dengan desahan dan kata-kata mesum.Felice berlari untuk mendekati Arina agar tidak melakukan kekerasan yang akan menyebabkan dirinya dianggap bodoh dan ceroboh.“Berani-beraninya dia berbuat seperti ini padaku. Aku membiarkan dia masuk kamar lebih dulu. Beraninya dia tidur dengan wanita lain. Dia bahkan mengunggah foto mereka bersama.” Ucap Arina.“Kamu diam dan tunggu dulu disini, biar aku yang masuk dan menghadapinya.” Pinta
“Itu hanya hubungan satu malam.” Ucap Felice saat menerima panggilan telepon dari Direktur Arina sambil berjalan keluar café meninggalkan Luca.Xavier langsung menoleh ke arah sumber suara dan menemukan bahwa suara itu berasal dari suara wanita yang tadi bertemu dengannya di lift.“Dia bilang dia mabuk. Hal itu kerap terjadi. Lupakan saja dia. Payah jika kamu terus memikirkannya.” Ucap Felice saat melewati Xavier.“Bagaimana dengan Luca?” Tanya Direktur Arina.“Aku sudah memberinya peringatan. Jadi, dia tidak akan mengulanginya lagi. Kabar itu tidak akan tersebar. Jadi, Presdir Edward tidak akan tahu.” Ucap Felice sambil berjalan hendak membeli makanan ringan untuk mengganjal perutnya.“Benarkah? Oh ya! Kamu harus membeli tas baru. Kamu sudah lama membeli tas itu.” Balas Direktur Arina yang sontak saja membuat Felice memperhatikan tas yang sedang Ia pakai.“Presdir Edward bilang janji temunya pukul 20.00. Aku sudah buat janji di salon untukmu. Jangan terlambat.” Ucap Felice lalu menut
Wanita yang akhirnya datang ke pertemuan itu adalah Felice Chiara Farfalla. Dia datang masih dengan baju yang dia pakai dari tadi pagi. Felice terpaksa datang karena tidak ingin menimbulkan keributan atau menjadi sasaran kemaraha Presdir Edward.Tak tuk tak tuk“Maaf aku terlambat.” Ucap Felice yang sedang menyamar jadi Direktur Arina.Xavier yang awalnya ingin memutuskan pergi setelah tahu dibohongi oleh Arka mendadak diam membeku setelah melihat wanita itu. Arka melirik ke arah tulisan nama yang ada piring yang sudah disiapkan waitress. Disitu tertulis nama Xavier Oda Valent dan Arina Greesa Reine.“Kamu nona Arina Greesa Reine?” Tanya Xavier.“Anggap saja begitu.” Balas Felice mengangguk.“Aku Xavier Oda Valent.” Ucap Xavier.Rencana awal Felice setelah datang ke tempat itu adalah hanya untuk hadir lalu pulang ke hotel. “Maaf ada masalah di kantor. Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku harus…” Ucap Felice terhenti saat waitress membuka menu steak daging yang terlihat menggiurkan di de
Hari esok pun tiba. Xavier menerima tawaran Felice untuk menjadi Fotografer mereka. Felice dan team segera menyiapkan semua keperluan untuk foto.Suasana photoshoot sudah cukup ramai dengan staff yang berlalu lalang untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Fotoshoot dilakukan di outdoor, sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.Felice sudah menyiapkan semuanya dengan detail. Apa yang akan dipakai oleh model sudah tertera di papan informasi.“Baris pertama Rosalia dalam urutan ini. Dan Luca?” Ucap Felice.“Skema warnanya tumpang tindih.” Ucap Luna.“Kita akan pakai gaun?” Tanya Felice. “Ya. Tidak apa-apa?” Ucap Luna. “Ya tidak masalah.” Balas Felice.“Oke.” Balas Luna.“Vareena, periksa rambut dan riasan para model.” Ucap Felice.“Baiklah.” Vareena.“Apa itu sudah disiapkan?” Tanya Felice pada staff yang sedang menyiapkan properti untuk foto.“Sudah.” Ucap staff properti foto.Ckrek ckrek ckrek.Xavier terus mengambil foto Felice dalam keadaan apapun. Baginya Felice terlihat sang
“Menemui Anthony. Setidaknya kita harus memberitahunya apa yang dia lewatkan dari kita.” Balas Felice.Saat Felice pergi ternyata Xavier mendengarkan percakapan mereka berdua. Namun, Felice dan Luna tidak menyadari ada Xavier di dekat mereka.***Sesuai dengan ucapannya, Felice benar menemui Anthony di acara Special Party. Hanya orang-orang yang memiliki tiket undangan yang bisa datang ke acara itu. Dalam party itu Felice mendekati Anthony untuk membujuknya agar mau melihat hasil desainnya dan mau diajak bekerja sama.Xavier yang menyadari Felice akan menemui Anthony di Special Party, membuatnya jadi pergi ke acara tersebut. Namun, Xavier datang menggunakan tiket undangan milik Arka. Saat Xavier berada di pintu masuk Xavier tidak sengaja menginjak kaki wanita dibelakangnya, Xavier segera menangkap tubuh wanita itu agar tidak jatuh.Bugh! Mata mereka saling bertatapan. Wanita itu tersenyum kepada Xavier. “Arina Greesa Reine.” Gumam Xavier dalam hati. Yaps benar wanita itu yang ia bantu
Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah i
“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengaw
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik
Yuri pulang ke rumah dengan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya penantiannya untuk melihat Felice memiliki pasangan sudah terwujud. Yuri hanya kembali ke rumah bersama dengan Felice. Sedangkan Ezra pergi dengan Xavier untuk memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.“Duduklah disini.” Ucap Yuri. Lalu Felice mengikuti perintah Yuri untuk duduk di sofa ruang tamu mereka.“Sedalam apa hubungan kalian? Jika kamu sudah memperkenalkannya kepada kami, itu artinya kamu mempertimbangkan untuk menikah, bukan?” Sahut Yuri.Felice hanya tersenyum dan terdiam sejenak untuk memikirkan bagaimana cara mengatakannya ke Mama Yuri.“Astaga, Mama ga percaya ini benar terjadi. Mama mendukung penyatuan ini. Mama setuju, tidak ada pertanyaan apa-apa dari mama hahaha!” Ucap Yuri. Yuri terus tertawa sambil tepuk tangan.Kebahagiaan Yuri membuat Felice merasa takut. “Mah! Ingat saja yang mama lihat hari ini. pikirkan