“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.
“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.
Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.
Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.
“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.
“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.
“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.
“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengawal untuknya.” Sahut Arka.
“Baiklah, aku akan coba menyakinkannya lagi. Tapi apa kamu tahu Krystal itu orangnya seperti apa?” Balas Pak Yovie.
“Judul utama akan mengatakan dia tetap memilih merek local meski semua orang memilih Layr dan dia wanita berprinsip. Kita pastikan judul utama mengatakan hal itu di website berita online dan majalah-majalah. Aku yakin itu akan berdampak lebih besar pada reputasinya daripada mempromosikan Layr dengan influencer lainnya.” Ucap Arka.
“Aku yakin dia akan menyukai judul itu. Aku harus membujuknya segera.” Ucap Yovie.
“Waktu kita hanya tinggal 15 jam sebelum pencocokan ukuran pakaian.” Sahut Arka sambil memegang tangan Pak Yovie.
Liam pun melakukan hal yang sama. “Tolong lakukan yang terbaik yang kamu bisa.” Sahut Liam.
“Kamu bisa mengantarnya?” Tanya Arka pada Liam.
Liam mengangguk “Kemarilah. Biar saya antar.” Sahut Liam. Kemudian mereka segera menemui Krystal.
“Apa seharusnya aku diam saja soal gift card?” Gumam Arka saat sendirian di ruangannya.
Tok tok.
Arka segera membuka pintunya untuk menemui seseorang yang mengetuk pintunya itu.
“Kami datang untuk menemui Pak Arka Nolan Jude.” Ucap Direktur Arina.
“Pak Arka Nolan Jude tepat di depanmu. Nyonya!” Sahut Arka.
“Maksudku CEO Galaxy PR.” Sahut Direktur Arina.
“Ya, itu saya. Saya satu-satunya Arka yang bekerja di Galaxy PR.” Balas Arka .
“Felice, dia ini bicara apa?” Tanya Direktur Arina.
“Direktur Arina, kamu pasti keliru. Dia pak Arka Nolan Jude.” Sahut Felice.
“Jangan bercanda denganku.” Sahut Direktur Arina.
“Apa? Saya? Kamu pikir saya bercanda?” Ucap Arka.
“Tidak, dia tidak terlihat seperti ini. Ini bukan Arka Nolan Jude yang kukenal.” Ucap Direktur Arina
“Saya memang hampir melewatkan kesepakatan dengan selebritas, tapi bukan berarti aku rela diabaikan seperti ini. Ini sangat menyebalkan.” Protes Arka pada sikap Direktur Arina.
“Direktur Arina sepertinya salah paham.” Sahut Felice kemudian mendorong tangan Direktur Arina agar dia sadar. “Direktur Arina.” Gumam Felice.
“Tunggu, Arka Nolan Jude seharusnya tidak terlihat seperti ini.” Sahut Direktur Arina dengan wajah denial dan kecewa.
“Apa yang salah dengan penampilaku? Saya tidak keberatan dengan penampilan saya.” Protes Arka yang sudah terpancing emosi.
“Direktur Arina!” Sahut Felice saat Direktur Arina membalikan badan.
“Oh itu!” Sahut Direktur Arina saat melihat seseorang yang dia kenal. “Itulah maksudku!” Sahut Direktur Arina saat menunjuk pria yang dia maksud.
Felice langung melihat pria itu dan ternyata dia adalah Xavier. “Hidung itu, tapak sampingnya. Itu baru dia! Dia yang aku maksud!” Ucap Direktur Arina saat Xavier berjalan ke arah mereka.
“Mari bicara sambil minum kopi.” Ucap Xavier.
“Boleh aku pesan Americano?” Tanya Direktur Arina sambil senyum-senyum pada Xavier.
“Masuklah!” Pinta Arka pada mereka. Kemudian mereka masuk ke ruangan Arka.
“Kamu menyebut ini takdir? Kurasa yang ditakdirkan bertemu akan tetap bertemu apa pun yang terjadi.” Sahut Direktur Arina dengan manis di hadapan Xavier.
“Kurasa begitu. Kita bertemu lagi.” Ucap Xavier sambil melirik ke arah Felice.
“Apa rencanamu untuk mengatasi ini?” Tanya Felice pada Arka.
“Aku akan melakukan apa pun untuk mengembalikan semuanya seperti seharusnya.” Sahut Arka.
“Sepertinya kamu dalam masalah.” Sahut Xavier.
“Belum. Hanya hampir mengalami masalah besar.” Sahut Felice.
“Bukankah seharusnya kamu di Paris sekarang? Kenapa kamu kemari?” Tanya Direktur Arina.
“Saya datang untuk urusan pribadi.” Jawab Xavier.
“Oh begitu rupanya. Apa pekerjaanmu?” Sahut Direktur Arina dengan manisnya.
“Saya fotografer.” Jawab Xavier.
“Dia memotret.” Sahut Felice.
“Kamu fotografer? Saya suka foto. Foto-foto pemandangan yang indah benar-benar bisa menenangkan pikiran.” Sahut Direktur Arina.
“Saya memotret untuk buku, majalah atau katalog fashion.” Sahut Xavier.
“Ya, fotografer fashion adalah yang terbaik.” Sahut Direktur Arina yang membuat Felice semakin muak dengan basa-basi mereka.
“Tolong pastikan Krystal datang ke acara kita.” Sahut Felice pada Arka. Kemudian Felice berencana pergi dari ruangan Arka. Namun, Direktur Arina mencegahnya.
“Kita belum selesai bicara, Nona Felice.” Sahut Direktur Arina yang mencegah Felice untuk bangkit dari posisi duduknya.
“Dia bilang masih ada yang harus kita bicarakan.” Sahut Xavier saat Felice akhirnya kembali duduk.
“Ya, saya sudah dengar. Kita harus meluruskan semuanya. Saya tahu ini mungkin kejutan, tapi biar saya perkenalkan kalian. Dia Xavier Oda Valent, putra kenalan ayahmu. Dan dia Direktur Arina Greesa Reine yang seharusnya datang ke acara kencan buta malam itu.” Sahut Felice.
“Ayolah. Ayahku punya banyak kenalan. Dia bahkan kenal seseorang yang putranya tinggal di Paris. Haah! OH MY GOD! Kebetulan sekali.” Sahut Direktur Arina.
“Saya tidak percaya kamu baru saja mengatakan itu. Kamu benar-benar membereskan semuanya dalam sekejap.” Sahut Xavier.
“Saya wanita yang sangat sibuk.” Ucap Felice. Kemudian ucapannya langsung terbukti dengan adanya panggilan masuk dari tim kerjanya.
Drttt drttt
“Halo, Luna.” Ucap Felice.
“Nona Felice bagaimana dengan Krystal?” Tanya Luna.
“Kami sudah mengatasi semuanya. Jadi, lanjutkan rencana kita.” Sahut Felice.
“Baiklah. Kita akan segera lanjutkan.” Balas Luna.
“Baiklah, sampai jumpa.” Balas Felice.
Setelah menutup telepon, Felice berpamitan pada Arka. “Pak Arka, sampai jumpa besok.” Ucap Felice. Kemudian bergegas untuk bangkit dari posisi duduknya.
“Ya! Sampai jumpa besok.” Balas Arka yang juga bangkit dari posisi duduknya untuk menghargai Felice yang sudah rela datang ke kantornya untuk menyelesaikan masalah yang dibuat Krystal.
Xavier terlihat kecewa dengan kepergian Felice. “Ya, halo?” Sahut Xavier saat pura-pura ada yang meneleponnya. “Saya pergi dulu.” Ucap Xavier pada Arka.
“Ga, jangan pergi.” Pinta Arka yang tidak mau ditinggalkan berdua dengan Direktur Arina. Namun, Xavier tidak peduli dan tetap pergi dari ruangan Arka. Hal itu membuat Direktur Arina dan Arka menjadi canggung setelah ditinggalkan oleh mereka berdua.
Tujuan Xavier berpura-pura, sebenarnya untuk mengejar Felice. “Kamu selalu pergi setelah mengatakan pendapatmu?” Tanya Xavier saat mengikuti Felice.
“Aku tidak mau ada kesalahpahaman.” Sahut Felice yang terus berjalan.
“Tapi saya bahkan tidak mengatakan apa pun.” Ucap Xavier yang membuat Felice berbalik ke arahnya.
“Kenapa kamu terburu-buru? Saya tidak pernah mengajakmu berkencan atau melamarmu. Saya tidak pernah memintamu melakukan apa pun dengan saya.” Tanya Xavier.
“Kamu mau ke arah mana?” Tanya Felice.
“Kenapa?” Tanya Xavier.
“Agar aku bisa pergi ke arah lain. Permisi!” Sahut Felice kemudian pergi meninggalkan Xavier yang masih mematung di depan loby kantor Arka.
Drtt drtt! Suara ponsel Xavier berbunyi. Panggilan itu dari Ibu yang meminta mereka untuk bertemu.
“Kenapa kamu tidak pulang?” Tanya Camilla, Ibu Tiri Xavier saat mereka sedang bertemu di café Aeri.
“Aku menginap di Hotel.” Balas Xavier.
“Bagaimana kencan butamu? Kamu tidak bisa mengenalnya hanya dengan bertemu sekali. Jadi, cobalah meluangkan waktu lagi untuk bertemu dengannya lagi.” Sahut Camilla.
“Aku sudah melarang Ibu mengatur kencan buta untukku.” Sahut Xavier.
“Hanya kamu yang Ibu miliki. Aku kehilangan kakakmu kurang dari 2 tahun setelah ayahmu meninggal. Jadi, aku hanya ingin melihatmu memulai sebuah keluarga.” Ucap Camilla.
“Kenapa Ibu tidak bisa seperti itu kepada putra sulung Ibu? Andaikan Ibu membiarkannya menikahi wanita yang dia cintai, kakakku mungkin masih hidup.” Ucap Xavier yang membuat Ibu Camilla tidak bisa berkata-kata. “Sampai jumpa di hari peringatan kematiannya.” Lanjut Xavier kemudian pergi meninggalkan Camilla.
Drtt drtt
“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier.
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Xavier meletakkan kameranya di meja lalu dia menengok ke arah Felice yang sedang tersenyum padanya. “Felice, apakah kamu mengenal Calvin Knox Valent? Kamu mengenalnya?” Tanya Xavier yang membuat senyuman Felice memudar karena mendengar nama itu lagi.Felice mencengkram erat tas yang ada di tangannya. “Aku sudah melupakannya. Tidak, kukira aku sudah melupakan dia. Tapi lagi-lagi, aku mendengar namanya disebut.” Gumam Felice dalam hatinya.Flashback on.Paris 5, tahun lalu.Felice sedang menyelesaikan tugasnya di studio desain bersama rekan-rekannya yang lain.Tok tok. Calvin mengetuk pintu studio tempat Felice belajar desain. Semua orang di ruangan itu sedang sibuk sehingga tidak ada yang menanggapi suara ketukan itu. Sehingga Calvin harus bertanya pada seseorang yang ada di dekatnya.“Halo, aku mencari seseorang. Namanya Felice Chiara Farfalla. Aku ingi
Selama bekerja di Jakarta, Xavier selalu menggunakan kantor Arka sebagai kantornya juga. Bahkan dia selalu menggunakan ruangan Arka untuk melakukan pekerjaannya seperti saat mengedit hasil fotonya. Ketika sedang mengedit foto katalog untuk koleksi terbaru Lauré, Xavier menyempatkan untuk melihat-lihat hasil foto dia saat memotret Felice di Paris kala itu. “Astaga foto-foto yang luar biasa. Candy, kamu memang terbaik dalam pengambilan foto. Foto-fotomu selalu memiliki perasaan yang sampai pada orang yang melihatnya.” Sahut Arka sambil melihat katalog foto Xavier.“Kamu hanya perlu mengedit beberapa kan?” Sahut Arka saat Xavier tidak terpengaruh dengan ucapannya tadi.“Ada yang mau kamu katakan?” Sahut Xavier sembari terus menatap laptopnya.“Ayolah. Kamu tuh siapa sih? Kamu Mr. X yang menaklukan London, Paris, Los Angeles dan New York. Aku memanggilmu Candy, orang lain memanggilku Mr. Paris. Ini kali pertama kamu b
“Bu Selena.” Sahut Felice saat melihat selena sedang berjalan. Felice segera mengejar Selena yang terlihat sedang sibuk dengan catatannya.“Oh hai. Saya dengar kamu ada rapat di luar. Kamu baru pulang?” Sahut Selena.“Kenapa kamu kemari selarut ini?” Sahut Felice.“Aku baru saja membuat kimchi, lalu aku teringat kalau kamu menyukai kimchi buatanku. Katamu, kimchi buatanku sangat masuk di lidahmu. Jadi, aku membawakannya untuk kamu makan bersama rekan yang lainnya.” Sahut Selena.“Kamu tidak perlu melakukan hal itu lagi. Aku tidak mau merepotkan.” Sahut Felice.“Aku tahu kamu berusaha keras memberiku pekerjaan. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu.” Sahut Selena.“Kamu akan pulang naik apa? Biar aku pesankan taxi online yah?”Sahut Felice.“Ga usah. Aku ga enak kamu selalu melakukan ini. Kamu pasti akan membayarkan ongkos taxinya. Tid
Di saat tengah menelusuri jalan yang sepi di malam hari, setelah mengunjungi rumah Felice. Xavier kembali masih teringat akan Felice. Xavier memutuskan kembali ke rumah Felice. Ia akan terus berusaha meskipun Felice mungkin menolaknya.Ting nong!Felice melihat dari balik layar siapa yang mendatangi rumahnya. Felice memutuskan untuk tidak membuka pintu dan akan membiarkannya. Kemudian Felice memutuskan untuk membersihkan badannya dengan mandi.Ting nong!Xavier terus mencoba menekan bel rumah Felice. Meskipun tidak ada jawaban.Ting nong!Ting nong!Ting nong!Ting nong!Ting nong!Bel itu terus dibunyikan oleh Xavier setiap 30 detik sekali.Ting nong.Setelah selesai mandi dan masih menggunakan handuk mandi model kimono berwarna putih dan handuk kepala, Felice melih
Janji yang kita buat dan cintamu menunjukkan jalannya. Serta berjalan di jalur itu adalah caraku membalas kepadamu. Felice Chiara FarfallaXavier menikmati tempat rekreasi itu sambil naik gondola untuk melihat pemandangan di sekitarnya. Saat sedang melihat ke sekitar, Xavier tidak sengaja berpapasan dengan wanita yang mirip Felice sedang naik gondola yang berbeda arah dengannya. Matanya langsung tertuju pada wanita cantik itu.Xavier ingin memastikan itu benar atau tidak. Namun, gondolanya terlalu cepat bergerak dan mereka saling menjauhi satu sama lain. Xavier terus memperhatikan sampai benar-benar tidak terlihat.Nalurinya berkata bahwa itu adalah Felice. Tapi bagaimana mungkin Felice masih tidak berubah sejak terakhir bertemu. Dia masih selalu cantik, anggun dan elegant. Xavier berharap ingin bertemu orang itu lagi untuk memastikan dia Felice atau bukan.Setelah turun dari gondol
Berjalan di jalanan yang sama seperti dua tahun lalu, di malam yang berbeda dan tidak ada yang seseorang yang menemani setiap langkah kaki ini terasa sangat asing bagi Xavier. Udara di sekitar, pepohonan yang rindang jalanan yang basah setelah diguyur hujan, semuanya tidak banyak yang berubah.Xavier memandangi pemandangan di jalanan yang terguyur hujan itu sambil memikirkan kenangan dua tahun lalu bersama Felice. Matanya terus memperhatikan setiap sudut di kanan dan kiri jalanan itu.“Satu atau dua tahun dari hari ini. Jika aku bisa berjalan di jalur seperti ini di hari ini, aku akan memikirkanmu dan kita hari ini.” Suara hati Xavier.Drttt drttt [+62813003680996]Xavier menghentikan langkahnya untuk membuka pesan di ponselnya.“Aku mengirimimu pesan dari Jakarta. Apa kamu tiba dengan selamat? Sampai jumpa besok di Jakarta.”Setelah membaca pesan itu, enta
“Kamu sudah menikah?” Tanya Xavier.“Astaga! Kamu bahkan tidak mengirimi aku undangan pernikahan. Kamu pikir seperti itulah teman yang setia? Wahh! Aku kecewa padamu.” Keluh Xavier.“Haha. Tenang dulu! Kita tidak menikah. Kita hanya tinggal bersama.” Jawab Arka.“Benarkah? Kamu tidak takut dengan omongan orang? Ini Indonesia bukan Eropa atau America.” Ujar Xavier.Drttt drtt [Nona Luna]“Halo, ini Arka Nolan Jude, CEO Galaxy PR.”“Halo, Pak Arka. Aku menelepon dari tim Lauré.” Ujar Luna.“Ya, Nona Luna.” Balas Arka sambil melihat ke arah posisi Xavier duduk beberapa saat.“Bagaimana perkembangan iklan produk kami?” Tanya Luna.“Oh itu Pak Liam yang akan bertanggung jawab atas iklan produk tahun ini. Anda tidak usah khawatir. Tenag saja. Tunggu saja
Xavier hanya sempat memasak mie instan hari ini. Saat mie sudah dimasukan, Xavier hendak memasukan telur. Namun, Xavier teringat sesuatu saat memegang telur itu.Flashback On“Kamu selalu mengaduk telur setelah menambahkannya ke mie instan, bukan?” Ujar Felice.“Tidak.” Balas Xavier.“Wah! Astaga, kita sungguh berbeda. Kita benar-benar tidak cocok. Sepertinya kita akan sering bertengkar.” Balas Felice.Flashback OffXavier membatalkan niatnya yang akan langsung memecahkan telur di atas mienya. Dia memutuskan untuk mencoba selera makan Felice.Xavier pecahkan telur itu di atas mangkuk kecil lalu diaduk hingga terampur rata. Setelah itu baru dimasukan ke dalam mie.Setelah mienya matang, Xavier segera memakannya sebelum mie itu menjadi dingin. Xavier makan mie sambil sesekali melihat ke arah foto Felice yang ada di hadapannya.Flashback On
“Itu sesuatu yang harus kamu ulur dan kamu bumbui sedikit. Hehehe…” Ujar Alano yang agak malu malu tapi akhirnya mengaku juga.“Hahaha!”“Hehe! Ya, memang aku yang mengatur semua ini.” Ujar Alano sambil mengajak yang lain untuk cheers.“Terima kasih, Pak Al dan semua yang hadir di sini. Aku akan menerima semua bantuan kalian.” Ujar Felice.“Heah! [Menghela nafas] Aku sangat putus asa hingga tidak peduli untuk menyelamatkan wajahku. Kini aku punya dua pegawai yang harus kuberi makan. Aku terima tawaran kalian dengan senang hari dan terima kasih untuk semuanya. Terima kasih banyak.” Ucap Felice dengan berlinang air mata penuh haru“Kamu pasti bisa, Nona Felice!” Ujar Diana.“Aku akan memasok kain terbaik. Tenang saja! kamu tinggal buat desain yang bagus untuk karya baru di brand pribadimu.” Ujar Budi.“Hubungi aku meski hanya untuk satu atau dua hal. Aku akan menjahitnya meskipun harus mengurangi waktu tidurku.” Ujar Selena.“Wahh!”“Astaga! Benarkah?” Ujar Felice.“Ya!” Balas Selena.“W
Pagi ini, Felice memulai harinya dengan mengecek semua hasil desainnya kemarin. Felice melihatnya satu persatu. Desainnya cukup unik tapi Felice merasa bingung bagaimana cara merealisasikan gambar ini di saat tidak ada orang yang mempercayainya.“Kamu membuat semua desain ini? Dalam sebulan?” Ujar Xavier.“Ya.” Balas Felice sembari tersenyum.Felice melirik ke sebelah kanannya sambil tersenyum senang. Felice merasakan Xavier membuka sketsa desainnya lembar demi lembar.“Wah!” Puji Xavier.“Bagaimana bisa kamu menyimpan semua ini?” Tanya Xavier sembari terus membuka lembaran pada buku itu.“Aku tidak tahu apakah aku sangat berbakat atau sedang penuh inspirasi. Aku merasa seperti Mozart.” Ujar Felice.“Apa kamu juga genius? Hehe!” Puji Xavier.“Hehe..” Felice tersenyum bahagia sambil merasakan Xavier membuka buk
“Tidak apa-apa. Ya, sampai jumpa.” Ujar Felice yang masih berusaha menghubungi rekan kerja lamanya.“Huftt!” Gumam Felice setelah mematikan teleponnya.“Tidak apa-apa. Aku bisa mencoba lagi.” Ucap Felice.Felice melakukan peregangan agar leher, bahu, punggung dan tangannya tidak kaku. Lalu Felice melihat dirinya di dalam cermin.“Apa aku tidak cukup merawat diriku?” Ujar Felice saat merasa wajahnya terlihat kusam dan ada beberapa kerutan di wajah yang cukup menganggu penampilannya.Felice mengambil minuman collagen dan vitamin booster. Lalu menyeduhnya dalam gelas. Kemudian dia minum sampai habis. Lalu kembali pada pekerjaannya.Ting nong [Suara bel]“Siapa itu?” Ujar Felice.Felice membukakan pintu untuk tamunya. Lalu kembali ke meja makan yang sedang Felice gunakan untuk bekerja.Berkas-berkas yang ada di atas meja itu mereka rapikan dan disis
Kegiatan Felice saat ini adalah disibukkan dengan kartu-kartu nama dan daftar list yang harus Felice hubungi untuk keperluan labelnya sendiri.“Halo, Pak Akbar, apa kabar? Aku akan meluncurkan labelku sendiri.”“Hai, ini Felice Chiara Farfalla. Ini tentang lini mini yang ku sebutkan sebelumnya.”“Kamu tidak sanggup lagi? Oh baiklah.”“Ah sayang sekali.” Ucap Felice saat mencoret beberapa daftar nama dalam listnya.***Drtt drttt [Suara telepon Manajer Umum Alano]Manajer Alano mengangkat telepon itu, “Halo.”“Halo, Pak Al. Ini Pak Belva.”“Ya, ada apa?” Ujar Manajer Alano.“Saya ingin tanya. Apa benar Nona Felice meluncurkan brandnya sendiri?” Ujar Budi.“Apa kamu memutuskan untuk bekerj
“Apa katamu?” Ujar Mama Yuri.“Aku berhenti bekerja.” Ujar Felice.“Kapan?” Tanya Mama Yuri.“Ini hari terakhirku.” Ujar Felice.“Kenapa kamu berhenti?” Tanya Mama Yuri.“Alasan yang sama dengan Mama.” Balas Felice.“Apa?”“Jika aku melihat kembali hidupku, itu tidak terlalu buruk. Ada saat-saat bahagia dan berharga, tapi aku ingin mulai melakukan apa yang selalu ingin kulakukan, tapi terlalu takut untuk mencobanya.” Ujar Felice“Maaf, aku tidak punya lagi posisi penting di perusahaan besar.” Ujar Felice sembari tersenyum.“Jangan konyol. Mama tidak pernah meminta hal seperti itu.” Ucap Mama Yuri.Mama Yuri mendekat pada Felice, memegang tangannya, “Kamu sudah bekerja dengan baik. Bekerja sangat keras selagi melakukan tugasmu sebagai anak kami. Kamu putri terbaik yang bisa diharapkan siapa pun.”“Mah! Masalahnya, aku tidak punya apa-apa sekarang. Belum ada yang diputuskan.” Ujar Felice.“Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kenapa kamu jadi ceroboh begini?” Ujar Mama Yuri.“Benar, bukan Ma