Share

KESALAHPAHAMAN

“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.

“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.

Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.

Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.

“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.

“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.

“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.

“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengawal untuknya.” Sahut Arka.

“Baiklah, aku akan coba menyakinkannya lagi. Tapi apa kamu tahu Krystal itu orangnya seperti apa?” Balas Pak Yovie.

“Judul utama akan mengatakan dia tetap memilih merek local meski semua orang memilih Layr dan dia wanita berprinsip. Kita pastikan judul utama mengatakan hal itu di website berita online dan majalah-majalah. Aku yakin itu akan berdampak lebih besar pada reputasinya daripada mempromosikan Layr dengan influencer lainnya.” Ucap Arka.

“Aku yakin dia akan menyukai judul itu. Aku harus membujuknya segera.” Ucap Yovie.

“Waktu kita hanya tinggal 15 jam sebelum pencocokan ukuran pakaian.” Sahut Arka sambil memegang tangan Pak Yovie.

Liam pun melakukan hal yang sama. “Tolong lakukan yang terbaik yang kamu bisa.” Sahut Liam.

“Kamu bisa mengantarnya?” Tanya Arka pada Liam.

Liam mengangguk “Kemarilah. Biar saya antar.” Sahut Liam. Kemudian mereka segera menemui Krystal.

“Apa seharusnya aku diam saja soal gift card?” Gumam Arka saat sendirian di ruangannya.

Tok tok.

Arka segera membuka pintunya untuk menemui seseorang yang mengetuk pintunya itu.

“Kami datang untuk menemui Pak Arka Nolan Jude.” Ucap Direktur Arina.

“Pak Arka Nolan Jude tepat di depanmu. Nyonya!” Sahut Arka.

“Maksudku CEO Galaxy PR.” Sahut Direktur Arina.

“Ya, itu saya. Saya satu-satunya Arka yang bekerja di Galaxy PR.” Balas Arka    .

“Felice, dia ini bicara apa?” Tanya Direktur Arina.

“Direktur Arina, kamu pasti keliru. Dia pak Arka Nolan Jude.” Sahut Felice.

“Jangan bercanda denganku.” Sahut Direktur Arina.

“Apa? Saya? Kamu pikir saya bercanda?” Ucap Arka.

“Tidak, dia tidak terlihat seperti ini. Ini bukan Arka Nolan Jude yang kukenal.” Ucap Direktur Arina

“Saya memang hampir melewatkan kesepakatan dengan selebritas, tapi bukan berarti aku rela diabaikan seperti ini. Ini sangat menyebalkan.” Protes Arka pada sikap Direktur Arina.

“Direktur Arina sepertinya salah paham.” Sahut Felice kemudian mendorong tangan Direktur Arina agar dia sadar. “Direktur Arina.” Gumam Felice.

“Tunggu, Arka Nolan Jude seharusnya tidak terlihat seperti ini.” Sahut Direktur Arina dengan wajah denial dan kecewa.

“Apa yang salah dengan penampilaku? Saya tidak keberatan dengan penampilan saya.” Protes Arka yang sudah terpancing emosi.

“Direktur Arina!” Sahut Felice saat Direktur Arina membalikan badan.

“Oh itu!” Sahut Direktur Arina saat melihat seseorang yang dia kenal. “Itulah maksudku!” Sahut Direktur Arina saat menunjuk pria yang dia maksud.

Felice langung melihat pria itu dan ternyata dia adalah Xavier. “Hidung itu, tapak sampingnya. Itu baru dia! Dia yang aku maksud!” Ucap Direktur Arina saat Xavier berjalan ke arah mereka.

“Mari bicara sambil minum kopi.” Ucap Xavier.

“Boleh aku pesan Americano?” Tanya Direktur Arina sambil senyum-senyum pada Xavier.

“Masuklah!” Pinta Arka pada mereka. Kemudian mereka masuk ke ruangan Arka.

“Kamu menyebut ini takdir? Kurasa yang ditakdirkan bertemu akan tetap bertemu apa pun yang terjadi.” Sahut Direktur Arina dengan manis di hadapan Xavier.

“Kurasa begitu. Kita bertemu lagi.” Ucap Xavier sambil melirik ke arah Felice.

 “Apa rencanamu untuk mengatasi ini?” Tanya Felice pada Arka.

“Aku akan melakukan apa pun untuk mengembalikan semuanya seperti seharusnya.” Sahut Arka.

“Sepertinya kamu dalam masalah.” Sahut Xavier.

“Belum. Hanya hampir mengalami masalah besar.” Sahut Felice.

“Bukankah seharusnya kamu di Paris sekarang? Kenapa kamu kemari?” Tanya Direktur Arina.

“Saya datang untuk urusan pribadi.” Jawab Xavier.

“Oh begitu rupanya. Apa pekerjaanmu?” Sahut Direktur Arina dengan manisnya.

“Saya fotografer.” Jawab Xavier.

“Dia memotret.” Sahut Felice.

“Kamu fotografer? Saya suka foto. Foto-foto pemandangan yang indah benar-benar bisa menenangkan pikiran.” Sahut Direktur Arina.

“Saya memotret untuk buku, majalah atau katalog fashion.” Sahut Xavier.

“Ya, fotografer fashion adalah yang terbaik.” Sahut Direktur Arina yang membuat Felice semakin muak dengan basa-basi mereka.

“Tolong pastikan Krystal datang ke acara kita.” Sahut Felice pada Arka. Kemudian Felice berencana pergi dari ruangan Arka. Namun, Direktur Arina mencegahnya.

“Kita belum selesai bicara, Nona Felice.” Sahut Direktur Arina yang mencegah Felice untuk bangkit dari posisi duduknya.

“Dia bilang masih ada yang harus kita bicarakan.” Sahut Xavier saat Felice akhirnya kembali duduk.

“Ya, saya sudah dengar. Kita harus meluruskan semuanya. Saya tahu ini mungkin kejutan, tapi biar saya perkenalkan kalian. Dia Xavier Oda Valent, putra kenalan ayahmu. Dan dia Direktur Arina Greesa Reine yang seharusnya datang ke acara kencan buta malam itu.” Sahut Felice.

“Ayolah. Ayahku punya banyak kenalan. Dia bahkan kenal seseorang yang putranya tinggal di Paris. Haah! OH MY GOD! Kebetulan sekali.” Sahut Direktur Arina.

“Saya tidak percaya kamu baru saja mengatakan itu. Kamu benar-benar membereskan semuanya dalam sekejap.” Sahut Xavier.

“Saya wanita yang sangat sibuk.” Ucap Felice. Kemudian ucapannya langsung terbukti dengan adanya panggilan masuk dari tim kerjanya.

Drttt drttt

“Halo, Luna.” Ucap Felice.

“Nona Felice bagaimana dengan Krystal?” Tanya Luna.

“Kami sudah mengatasi semuanya. Jadi, lanjutkan rencana kita.” Sahut Felice.

“Baiklah. Kita akan segera lanjutkan.” Balas Luna.

“Baiklah, sampai jumpa.” Balas Felice.

Setelah menutup telepon, Felice berpamitan pada Arka. “Pak Arka, sampai jumpa besok.” Ucap Felice. Kemudian bergegas untuk bangkit dari posisi duduknya.

“Ya! Sampai jumpa besok.” Balas Arka yang juga bangkit dari posisi duduknya untuk menghargai Felice yang sudah rela datang ke kantornya untuk menyelesaikan masalah yang dibuat Krystal.

Xavier terlihat kecewa dengan kepergian Felice. “Ya, halo?” Sahut Xavier saat pura-pura ada yang meneleponnya. “Saya pergi dulu.” Ucap Xavier pada Arka.

“Ga, jangan pergi.” Pinta Arka yang tidak mau ditinggalkan berdua dengan Direktur Arina. Namun, Xavier tidak peduli dan tetap pergi dari ruangan Arka. Hal itu membuat Direktur Arina dan Arka menjadi canggung setelah ditinggalkan oleh mereka berdua.

Tujuan Xavier berpura-pura, sebenarnya untuk mengejar Felice. “Kamu selalu pergi setelah mengatakan pendapatmu?” Tanya Xavier saat mengikuti Felice.

“Aku tidak mau ada kesalahpahaman.” Sahut Felice yang terus berjalan.

“Tapi saya bahkan tidak mengatakan apa pun.” Ucap Xavier yang membuat Felice berbalik ke arahnya.

“Kenapa kamu terburu-buru? Saya tidak pernah mengajakmu berkencan atau melamarmu. Saya tidak pernah memintamu melakukan apa pun dengan saya.” Tanya Xavier.

“Kamu mau ke arah mana?” Tanya Felice.

“Kenapa?” Tanya Xavier.

“Agar aku bisa pergi ke arah lain. Permisi!” Sahut Felice kemudian pergi meninggalkan Xavier yang masih mematung di depan loby kantor Arka.

Drtt drtt! Suara ponsel Xavier berbunyi. Panggilan itu dari Ibu yang meminta mereka untuk bertemu.

 “Kenapa kamu tidak pulang?” Tanya Camilla, Ibu Tiri Xavier saat mereka sedang bertemu di café Aeri.

“Aku menginap di Hotel.” Balas Xavier.

“Bagaimana kencan butamu? Kamu tidak bisa mengenalnya hanya dengan bertemu sekali. Jadi, cobalah meluangkan waktu lagi untuk bertemu dengannya lagi.” Sahut Camilla.

“Aku sudah melarang Ibu mengatur kencan buta untukku.” Sahut Xavier.

“Hanya kamu yang Ibu miliki. Aku kehilangan kakakmu kurang dari 2 tahun setelah ayahmu meninggal. Jadi, aku hanya ingin melihatmu memulai sebuah keluarga.” Ucap Camilla.

“Kenapa Ibu tidak bisa seperti itu kepada putra sulung Ibu? Andaikan Ibu membiarkannya menikahi wanita yang dia cintai, kakakku mungkin masih hidup.” Ucap Xavier yang membuat Ibu Camilla tidak bisa berkata-kata. “Sampai jumpa di hari peringatan kematiannya.” Lanjut Xavier kemudian pergi meninggalkan Camilla.

Drtt drtt

“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier.   

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status