“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.
“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.
Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.
Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.
“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.
“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.
“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.
“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengawal untuknya.” Sahut Arka.
“Baiklah, aku akan coba menyakinkannya lagi. Tapi apa kamu tahu Krystal itu orangnya seperti apa?” Balas Pak Yovie.
“Judul utama akan mengatakan dia tetap memilih merek local meski semua orang memilih Layr dan dia wanita berprinsip. Kita pastikan judul utama mengatakan hal itu di website berita online dan majalah-majalah. Aku yakin itu akan berdampak lebih besar pada reputasinya daripada mempromosikan Layr dengan influencer lainnya.” Ucap Arka.
“Aku yakin dia akan menyukai judul itu. Aku harus membujuknya segera.” Ucap Yovie.
“Waktu kita hanya tinggal 15 jam sebelum pencocokan ukuran pakaian.” Sahut Arka sambil memegang tangan Pak Yovie.
Liam pun melakukan hal yang sama. “Tolong lakukan yang terbaik yang kamu bisa.” Sahut Liam.
“Kamu bisa mengantarnya?” Tanya Arka pada Liam.
Liam mengangguk “Kemarilah. Biar saya antar.” Sahut Liam. Kemudian mereka segera menemui Krystal.
“Apa seharusnya aku diam saja soal gift card?” Gumam Arka saat sendirian di ruangannya.
Tok tok.
Arka segera membuka pintunya untuk menemui seseorang yang mengetuk pintunya itu.
“Kami datang untuk menemui Pak Arka Nolan Jude.” Ucap Direktur Arina.
“Pak Arka Nolan Jude tepat di depanmu. Nyonya!” Sahut Arka.
“Maksudku CEO Galaxy PR.” Sahut Direktur Arina.
“Ya, itu saya. Saya satu-satunya Arka yang bekerja di Galaxy PR.” Balas Arka .
“Felice, dia ini bicara apa?” Tanya Direktur Arina.
“Direktur Arina, kamu pasti keliru. Dia pak Arka Nolan Jude.” Sahut Felice.
“Jangan bercanda denganku.” Sahut Direktur Arina.
“Apa? Saya? Kamu pikir saya bercanda?” Ucap Arka.
“Tidak, dia tidak terlihat seperti ini. Ini bukan Arka Nolan Jude yang kukenal.” Ucap Direktur Arina
“Saya memang hampir melewatkan kesepakatan dengan selebritas, tapi bukan berarti aku rela diabaikan seperti ini. Ini sangat menyebalkan.” Protes Arka pada sikap Direktur Arina.
“Direktur Arina sepertinya salah paham.” Sahut Felice kemudian mendorong tangan Direktur Arina agar dia sadar. “Direktur Arina.” Gumam Felice.
“Tunggu, Arka Nolan Jude seharusnya tidak terlihat seperti ini.” Sahut Direktur Arina dengan wajah denial dan kecewa.
“Apa yang salah dengan penampilaku? Saya tidak keberatan dengan penampilan saya.” Protes Arka yang sudah terpancing emosi.
“Direktur Arina!” Sahut Felice saat Direktur Arina membalikan badan.
“Oh itu!” Sahut Direktur Arina saat melihat seseorang yang dia kenal. “Itulah maksudku!” Sahut Direktur Arina saat menunjuk pria yang dia maksud.
Felice langung melihat pria itu dan ternyata dia adalah Xavier. “Hidung itu, tapak sampingnya. Itu baru dia! Dia yang aku maksud!” Ucap Direktur Arina saat Xavier berjalan ke arah mereka.
“Mari bicara sambil minum kopi.” Ucap Xavier.
“Boleh aku pesan Americano?” Tanya Direktur Arina sambil senyum-senyum pada Xavier.
“Masuklah!” Pinta Arka pada mereka. Kemudian mereka masuk ke ruangan Arka.
“Kamu menyebut ini takdir? Kurasa yang ditakdirkan bertemu akan tetap bertemu apa pun yang terjadi.” Sahut Direktur Arina dengan manis di hadapan Xavier.
“Kurasa begitu. Kita bertemu lagi.” Ucap Xavier sambil melirik ke arah Felice.
“Apa rencanamu untuk mengatasi ini?” Tanya Felice pada Arka.
“Aku akan melakukan apa pun untuk mengembalikan semuanya seperti seharusnya.” Sahut Arka.
“Sepertinya kamu dalam masalah.” Sahut Xavier.
“Belum. Hanya hampir mengalami masalah besar.” Sahut Felice.
“Bukankah seharusnya kamu di Paris sekarang? Kenapa kamu kemari?” Tanya Direktur Arina.
“Saya datang untuk urusan pribadi.” Jawab Xavier.
“Oh begitu rupanya. Apa pekerjaanmu?” Sahut Direktur Arina dengan manisnya.
“Saya fotografer.” Jawab Xavier.
“Dia memotret.” Sahut Felice.
“Kamu fotografer? Saya suka foto. Foto-foto pemandangan yang indah benar-benar bisa menenangkan pikiran.” Sahut Direktur Arina.
“Saya memotret untuk buku, majalah atau katalog fashion.” Sahut Xavier.
“Ya, fotografer fashion adalah yang terbaik.” Sahut Direktur Arina yang membuat Felice semakin muak dengan basa-basi mereka.
“Tolong pastikan Krystal datang ke acara kita.” Sahut Felice pada Arka. Kemudian Felice berencana pergi dari ruangan Arka. Namun, Direktur Arina mencegahnya.
“Kita belum selesai bicara, Nona Felice.” Sahut Direktur Arina yang mencegah Felice untuk bangkit dari posisi duduknya.
“Dia bilang masih ada yang harus kita bicarakan.” Sahut Xavier saat Felice akhirnya kembali duduk.
“Ya, saya sudah dengar. Kita harus meluruskan semuanya. Saya tahu ini mungkin kejutan, tapi biar saya perkenalkan kalian. Dia Xavier Oda Valent, putra kenalan ayahmu. Dan dia Direktur Arina Greesa Reine yang seharusnya datang ke acara kencan buta malam itu.” Sahut Felice.
“Ayolah. Ayahku punya banyak kenalan. Dia bahkan kenal seseorang yang putranya tinggal di Paris. Haah! OH MY GOD! Kebetulan sekali.” Sahut Direktur Arina.
“Saya tidak percaya kamu baru saja mengatakan itu. Kamu benar-benar membereskan semuanya dalam sekejap.” Sahut Xavier.
“Saya wanita yang sangat sibuk.” Ucap Felice. Kemudian ucapannya langsung terbukti dengan adanya panggilan masuk dari tim kerjanya.
Drttt drttt
“Halo, Luna.” Ucap Felice.
“Nona Felice bagaimana dengan Krystal?” Tanya Luna.
“Kami sudah mengatasi semuanya. Jadi, lanjutkan rencana kita.” Sahut Felice.
“Baiklah. Kita akan segera lanjutkan.” Balas Luna.
“Baiklah, sampai jumpa.” Balas Felice.
Setelah menutup telepon, Felice berpamitan pada Arka. “Pak Arka, sampai jumpa besok.” Ucap Felice. Kemudian bergegas untuk bangkit dari posisi duduknya.
“Ya! Sampai jumpa besok.” Balas Arka yang juga bangkit dari posisi duduknya untuk menghargai Felice yang sudah rela datang ke kantornya untuk menyelesaikan masalah yang dibuat Krystal.
Xavier terlihat kecewa dengan kepergian Felice. “Ya, halo?” Sahut Xavier saat pura-pura ada yang meneleponnya. “Saya pergi dulu.” Ucap Xavier pada Arka.
“Ga, jangan pergi.” Pinta Arka yang tidak mau ditinggalkan berdua dengan Direktur Arina. Namun, Xavier tidak peduli dan tetap pergi dari ruangan Arka. Hal itu membuat Direktur Arina dan Arka menjadi canggung setelah ditinggalkan oleh mereka berdua.
Tujuan Xavier berpura-pura, sebenarnya untuk mengejar Felice. “Kamu selalu pergi setelah mengatakan pendapatmu?” Tanya Xavier saat mengikuti Felice.
“Aku tidak mau ada kesalahpahaman.” Sahut Felice yang terus berjalan.
“Tapi saya bahkan tidak mengatakan apa pun.” Ucap Xavier yang membuat Felice berbalik ke arahnya.
“Kenapa kamu terburu-buru? Saya tidak pernah mengajakmu berkencan atau melamarmu. Saya tidak pernah memintamu melakukan apa pun dengan saya.” Tanya Xavier.
“Kamu mau ke arah mana?” Tanya Felice.
“Kenapa?” Tanya Xavier.
“Agar aku bisa pergi ke arah lain. Permisi!” Sahut Felice kemudian pergi meninggalkan Xavier yang masih mematung di depan loby kantor Arka.
Drtt drtt! Suara ponsel Xavier berbunyi. Panggilan itu dari Ibu yang meminta mereka untuk bertemu.
“Kenapa kamu tidak pulang?” Tanya Camilla, Ibu Tiri Xavier saat mereka sedang bertemu di café Aeri.
“Aku menginap di Hotel.” Balas Xavier.
“Bagaimana kencan butamu? Kamu tidak bisa mengenalnya hanya dengan bertemu sekali. Jadi, cobalah meluangkan waktu lagi untuk bertemu dengannya lagi.” Sahut Camilla.
“Aku sudah melarang Ibu mengatur kencan buta untukku.” Sahut Xavier.
“Hanya kamu yang Ibu miliki. Aku kehilangan kakakmu kurang dari 2 tahun setelah ayahmu meninggal. Jadi, aku hanya ingin melihatmu memulai sebuah keluarga.” Ucap Camilla.
“Kenapa Ibu tidak bisa seperti itu kepada putra sulung Ibu? Andaikan Ibu membiarkannya menikahi wanita yang dia cintai, kakakku mungkin masih hidup.” Ucap Xavier yang membuat Ibu Camilla tidak bisa berkata-kata. “Sampai jumpa di hari peringatan kematiannya.” Lanjut Xavier kemudian pergi meninggalkan Camilla.
Drtt drtt
“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier.
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Xavier meletakkan kameranya di meja lalu dia menengok ke arah Felice yang sedang tersenyum padanya. “Felice, apakah kamu mengenal Calvin Knox Valent? Kamu mengenalnya?” Tanya Xavier yang membuat senyuman Felice memudar karena mendengar nama itu lagi.Felice mencengkram erat tas yang ada di tangannya. “Aku sudah melupakannya. Tidak, kukira aku sudah melupakan dia. Tapi lagi-lagi, aku mendengar namanya disebut.” Gumam Felice dalam hatinya.Flashback on.Paris 5, tahun lalu.Felice sedang menyelesaikan tugasnya di studio desain bersama rekan-rekannya yang lain.Tok tok. Calvin mengetuk pintu studio tempat Felice belajar desain. Semua orang di ruangan itu sedang sibuk sehingga tidak ada yang menanggapi suara ketukan itu. Sehingga Calvin harus bertanya pada seseorang yang ada di dekatnya.“Halo, aku mencari seseorang. Namanya Felice Chiara Farfalla. Aku ingi
Selama bekerja di Jakarta, Xavier selalu menggunakan kantor Arka sebagai kantornya juga. Bahkan dia selalu menggunakan ruangan Arka untuk melakukan pekerjaannya seperti saat mengedit hasil fotonya. Ketika sedang mengedit foto katalog untuk koleksi terbaru Lauré, Xavier menyempatkan untuk melihat-lihat hasil foto dia saat memotret Felice di Paris kala itu. “Astaga foto-foto yang luar biasa. Candy, kamu memang terbaik dalam pengambilan foto. Foto-fotomu selalu memiliki perasaan yang sampai pada orang yang melihatnya.” Sahut Arka sambil melihat katalog foto Xavier.“Kamu hanya perlu mengedit beberapa kan?” Sahut Arka saat Xavier tidak terpengaruh dengan ucapannya tadi.“Ada yang mau kamu katakan?” Sahut Xavier sembari terus menatap laptopnya.“Ayolah. Kamu tuh siapa sih? Kamu Mr. X yang menaklukan London, Paris, Los Angeles dan New York. Aku memanggilmu Candy, orang lain memanggilku Mr. Paris. Ini kali pertama kamu b
“Bu Selena.” Sahut Felice saat melihat selena sedang berjalan. Felice segera mengejar Selena yang terlihat sedang sibuk dengan catatannya.“Oh hai. Saya dengar kamu ada rapat di luar. Kamu baru pulang?” Sahut Selena.“Kenapa kamu kemari selarut ini?” Sahut Felice.“Aku baru saja membuat kimchi, lalu aku teringat kalau kamu menyukai kimchi buatanku. Katamu, kimchi buatanku sangat masuk di lidahmu. Jadi, aku membawakannya untuk kamu makan bersama rekan yang lainnya.” Sahut Selena.“Kamu tidak perlu melakukan hal itu lagi. Aku tidak mau merepotkan.” Sahut Felice.“Aku tahu kamu berusaha keras memberiku pekerjaan. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu.” Sahut Selena.“Kamu akan pulang naik apa? Biar aku pesankan taxi online yah?”Sahut Felice.“Ga usah. Aku ga enak kamu selalu melakukan ini. Kamu pasti akan membayarkan ongkos taxinya. Tid
Di saat tengah menelusuri jalan yang sepi di malam hari, setelah mengunjungi rumah Felice. Xavier kembali masih teringat akan Felice. Xavier memutuskan kembali ke rumah Felice. Ia akan terus berusaha meskipun Felice mungkin menolaknya.Ting nong!Felice melihat dari balik layar siapa yang mendatangi rumahnya. Felice memutuskan untuk tidak membuka pintu dan akan membiarkannya. Kemudian Felice memutuskan untuk membersihkan badannya dengan mandi.Ting nong!Xavier terus mencoba menekan bel rumah Felice. Meskipun tidak ada jawaban.Ting nong!Ting nong!Ting nong!Ting nong!Ting nong!Bel itu terus dibunyikan oleh Xavier setiap 30 detik sekali.Ting nong.Setelah selesai mandi dan masih menggunakan handuk mandi model kimono berwarna putih dan handuk kepala, Felice melih
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik
Yuri pulang ke rumah dengan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya penantiannya untuk melihat Felice memiliki pasangan sudah terwujud. Yuri hanya kembali ke rumah bersama dengan Felice. Sedangkan Ezra pergi dengan Xavier untuk memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.“Duduklah disini.” Ucap Yuri. Lalu Felice mengikuti perintah Yuri untuk duduk di sofa ruang tamu mereka.“Sedalam apa hubungan kalian? Jika kamu sudah memperkenalkannya kepada kami, itu artinya kamu mempertimbangkan untuk menikah, bukan?” Sahut Yuri.Felice hanya tersenyum dan terdiam sejenak untuk memikirkan bagaimana cara mengatakannya ke Mama Yuri.“Astaga, Mama ga percaya ini benar terjadi. Mama mendukung penyatuan ini. Mama setuju, tidak ada pertanyaan apa-apa dari mama hahaha!” Ucap Yuri. Yuri terus tertawa sambil tepuk tangan.Kebahagiaan Yuri membuat Felice merasa takut. “Mah! Ingat saja yang mama lihat hari ini. pikirkan