Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.
Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.
“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.
Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.
Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah itu milikmu.
“Siapapun yang mengatakan uang tidak bisa membeli kebahagiaan adalah orang yang tidak tahu harus berbelanja dimana.” Kutipan Gertrude Stein.
“Kurasa bahunya agak terlalu lebar dan kurang tinggi. Kerahya miring.” Ucap Felice saa sedang mengecek sampel baju untuk next season.
“Kami akan perbaiki.” Ucap Luna.
“Mari tinggalkan kantongnya untuk dekorasi.” Ucap Felice sambil melihat desain kasarnya sambil mengubah beberapa detail. “Periksa yang ada di gantungan.” Lanjut Felice.
“Baiklah.” Balas Sabrina lalu dia segera bergegas untuk melakukannya dan menunjukkannya pada Felice.
Drtt drtt
“Nona Felice aku akan segera tiba.” Pesan dari Xavier.
“Nona Felice ini laporan penjualan yang diminta. Lauré adalah merek pakaian wanita paling populer di Indonesia, tapi kehilangan posisi pertamanya untuk kali pertama. Jadi, menurutku itu masalah besar.” Ucap Luna saat memberikan laporan penjualan pada Felice.
“Katakan saja. Kami jelas memesan blouse etnis ke pabrik karena manajer toko bilang stoknya tidak cukup. Tapi blouse itu dibuat bukan karena Direkur Arina pergi ke Paris tanpa menandatangani formulir.” Ucap Luna.
Felice mencabut flasdisk untuk keperluan meeting penjualan. “Taruh laporan perjalanan bisnisnya di mejaku begitu selesai.” Ucap Felice.
“Penjualan rendah karena stoknya kurang. Tanggalnya tertulis di formulir pemesanan.” Ucap Luna.
“Rapat penjualan biasanya untuk mengevaluasi satu bulan. Dia mengadakan rapat darurat hanya untuk membahas tentang penjualan pekan lalu. Itu artinya ada hal lain yang ingin dia katakan.” Ucap Felice.
***
“Kita akan mulai rapatnya sekarang.” Ucap Manajer Umum.
“Berikut adalah 13 penjualan terlaris dari tiga pusat perbelanjaan terbaik pekan lalu. Di Zona muda dan Kasual, Enji masih beraadi posisi ketiga. Di Zona karier, La Cart naik dari peringkat 6 ke 5. Lauré kehilangan posisi pertamanya untuk pertama kali.” Ucap Emilio.
“Nona Felice, bagaimana kamu akan mengatasi kekacauan ini?” Tanya Manajer Umum.
“Itu hanya pekan lalu. Perbedaan keseluruhannya hanya 0.6 persen.” Ucap Felice.
“Maksudmu penurunan 0,6 tidak signifikan? Gara-gara sering menyepelekan hal kecil, kamu gagal kolaborasi dengan Anthony.” Sahut Manajer Umum.
“Kamu seharusnya menunggu sampai aku datang.” Ucap Direktur Arina.
“Dia melakukannya tanpa memberitahumu?” Tanya Manajer Umum pada Direktur Arina.
“Nona Felice, kamu tidak menyadari posisimu di perusahaan? Kami memberimu gelar itu agar kamu bekerja keras. Bukan agar kamu bisa bertindak semaumu.” Protes Manajer Umum.
“Kita kehilangan kesepakatan karena uang. Sono menawarkan tiga kali lipat royalti yang kita tawarkan. Untuk itu, kita harus membayar setidaknya dua kali lipat dari itu, yaitu enam kali lipat royalti yang awalnya kita tawarkan. Manajer Umum Alano, apa kamu tidak keberatan dengan itu?” Ucap Felice.
“Jadi, kamu membuang kesepakatan itu begitu saja?” Tanya Manajer Umum.
“Dia bahkan meminta hak atas proyek dan desainnya. Artinya, mereka juga akan mengatur pembagian keuntungannya. Apa ada alasan bagi kita untuk bekerja sama dengan mereka kalau kita sangat jelas tidak diuntungkan sama sekali?” Tanya Felice.
“Dengarkan saya, Nona Felice!!! ‘Maafkan saya. Itu karena saya kurang kompeten.’ Hanya itu yang perlu kamu katakan untuk menyelesaikan masalah. Kamu pikir kamu siapa bisa membantah seperti itu?” Ucap Manajer Umum.
“Aku hanya memberimu alasan di balik keputusanku.” Ucap Felice.
“Jika kamu punya alasan cerdas, katakan ini kepadaku. Ulang tahun perusahaan kita yang ke 34 sebentar lagi. Tapi Layr mengadakan acara besar di jam dan hari yang sama. Merek lokal sudah menyebutkan bahwa merek asing mengambil alih pasar. Bagaimana kita bisa melakukan promosi tanpa Anthony?” Ucap Manajer Umum.
Felice segera bangkit dari kursinya untuk menjelaskan strategi yang sudah Ia miliki. Felice mempresentasikan siapa saja influencer yang banyak membawa pengaruh besar untuk industri fashion.
“Orang-orang yang mempengaruhi industri mode atau fashion adalah sebritas dan influencer. Nilai sebuah pakaian dinilai berdasarkan siapa yang memakainya daripada karakteristiknya.” Ucap Felice.
“Bagaimana kamu dapat menjamin kita bisa menghasilkan pemasaran yang efektif dengan membuat mereka memakai pakaian kita?” Tanya Manajer Umum.
“Para influencer ini memiliki lebih dari 500.000 pengikut bahkan ada yang sampai 1 juta pengikut di sosial media mereka. Sekalipun kita mempertimbangkan jumlah pengikut yang tumpang tindih, kita masih bisa mempromosikan pakaian kita ke 2.000.000 orang.” Ucap Felice.
“Kamu akan mengadakan acara dengan semua ikan-ikan kecil itu? Kita butuh orang penting seperti Anthony.” Sahut Manajer Umum.
“Krystal, adalah salah satu ikon bagi banyak wanita saat ini. Dia akan menjadi selebritas utama acara kita. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?” Sahut Felice.
Semua orang terdiam lalu Presdir Edward bangun dari kursinya. “Kurasa cukup untuk hari ini. Nona Felice, aku ingin bicara berdua denganmu.” Ucap Presdir Edward.
“Ini semua karena dia terlalu hebat. Saat memiliki perusahaan, kamu suka karyawan yang tampil dengan baik, tapi pegawai seperti itu juga bisa cukup mengintimidasi.” Gumam Manajer Ellie dari tim desain dua yang memegang brand La Cart.
***
“Akan merepotkan meneken semua formulir ini untuk persetujuan. Aku mempercayai kalian untuk menanganinya. Prosedurnya terlihat tidak diperlukan.” Ucap Presdir Edward saat menandatangani Laporan Persetujuan.
“Kamu orang yang tahu kapan harus bicara dan tetap diam. Ada apa denganmu? Apa pun rencananya, seharusnya kamu membiarkan Arina mengambil inisiatif. Tugas Arina adalah menuntaskan dan tugasmu adalah mendukungnya.” Sahut Presdir Edward.
“Aku luput soal itu.” Balas Felice.
“Aku ingin melihat Arina memainkan peran besar untuk acara hari jadi ke 34.” Sahut Presdir Edward.
“Aku akan mendukungnya dan memastikan semua berjalan lancar.” Balas Felice.
“Direktur Arina akan masuk, Pak.” Ucap sekretaris Presdir dari luar ruangan Presdir.
Direktur Arina segera masuk ke ruangan Presdir Edward. “Apa ini waktunya diskusi satu lawan satu lagi? Jadi, apa yang ingin…” Ucap Direktur Arina.
“Nampaknya, kencan butamu berjalan lancar. Kamu akan menemuinya lagi?” Ucap Presdir Edward yang membuat Felice dan Direktur Arina saling melirik satu sama lain.
“Aku ingin memilih pasanganku sendiri..” Jawab Direktur Arina.
“Dia tampak tertarik. Jadi, temui dia lagi.” Balas Presdir Edward.
Flashback on
“Aku bukan Arina Greesa Reine.” Ucap Felice.
“Aku tahu. Kamu Nona Felice Chiara Farfalla.” Sahut Xavier sambil menertawakan Felice.
“Lalu kenapa kamu berpura-pura tidak tahu?” Tanya Felice.
“Lantas aku harus bagaimana?” Sahut Xavier.
“Sepertinya kita pada akhirnya saling memperkenalkan diri. Kurasa kamu juga ingat yang terakhir aku katakan kepadamu. Aku akan pergi ke Jakarta besok.” Ucap Felice.
“Aku akan kembali ke Jakarta hari senin.” Sahut Xavier.
“Nikmati perjalananmu. Good bye!” Ucap Felice.
“Aku akan tiba besok siang.” Balas Xavier.
“Aku tidak bertanya.” Balas Felice.
“Aku akan menginap di Hotel Sauver.” Ucap Xavier.
“Aku juga tidak menanyakan hal itu.” Sahut Felice yang sudah hampir terbawa emosi.
“Aku tidak ada kegiatan. Jadi, aku akan punya banyak waktu luang. Aku berlangganan layanan roaming. Jadi, nomorku akan sama.” Ucap Xavier.
“Berapa nomor kamar hotelmu?” Tanya Felice.
“Kurasa informasi yang tadi sudah cukup.” Ucap Xavier.
Flashback off
***
“Dia pasti menyukaimu.” Ucap Direktur Arina saat dia dan Felice sudah ada di ruangan Direktur Arina.
“Sulit untuk tidak menyukaiku.” Balas Felice.
“Berkat kamu, keadaan jadi semakin sulit.” Balas Direktur Arina.
“Sepertinya ayahmu sendiri yang akan memeriksamu. Jadi, apa rencanamu?” Ucap Felice.
“Sudah terlambat untuk mengatakan yang sebenarnya dan memulai hubungan jarak jauh. Hubungan seperti itu membutuhkan energi. Bahkan bukan di Bali atau pun Bogor. Maksudku, dia tinggal jauh di Paris. Oh my god! Jika harapan hidupmu pendek, kalian bahkan mungkin tidak bisa berpegangan tangan.” Sahut Direktur Arina sambil memperbaiki Make up nya.
“Apa itu artinya aku bisa mengurusnya sendiri?” Tanya Felice.
Ting! Direktur Arina dan Felice saling menatap satu sama lain. “Kenapa kamu tidak menggunakan kecerdasan kamu untuk bekerja?” Ucap Felice.
“Itu aneh. Kamu seharusnya mengakhirinya di Paris. Kenapa masih berlangsung? Ini tidak seperti dirimu.” Sahut Direktur Arina.
“Kenapa kamu tidak tanya sendiri kepadanya? Kantor sekretaris mungkin punya nomornya.” Ucap Felice.
“Aku akan diluar seharian. “Ucap Direktur Arina lalu dia pergi keluar.
“Aku senggang sampai hari Jumat.” Pesan dari Xavier.
“Siapa itu?” Tanya Direktur Arina.
“Hm? Apa?” Sahut Felice.
Drtt drtt (Telepon dari Luna)
“Hallo.” Ucap Felice langsung mengangkat telepon.
***
“Kamu meminjam uang dari pinjol?” Tanya Arka saat akan mengantar Xavier ke hotel.
“Orang-orang bertanya apa aku bisa bekerja dengan mereka musim depan.” Sahut Xavier.
“OH MY GOD, aku iri kamu tidak perlu menjual dirimu. Saat pertama kali kamu memutuskan untuk menjadi fotografer, aku tidak menyangka kamu akan menjadi sangat sukses. Momen keberuntungan tidak tahan lama. Bekerja keraslah dan hasilkan uang selagi masih ada orang yang menginginkanmu.” Ucap Arka.
“Entah apakah itu hal yang baik atau bukan, saat orang-orang ingin bekerja denganku. Memang bagus karyaku menjadi populer, tapi itu juga berarti karyaku menjadi lebih pasaran.” Sahut Xavier.
“Jika pekerjaanmu bagus, pasti ada seseornag yang mengakui karyamu.” Ucap Arka yang membuat Xavier teringat akan Felice.
Flasback on
“Kamu lebih baik daripada dugaanku. Aku suka hasil foto-fotomu.” Ucap Felice pada Xavier.
Flashback off
Ingatan itu membuat Xavier senyum-senyum sendiri dan membuatnya merindukan Felice.
Drrt drtt
“Ya, pak.” Ucap Arka saat menerima telepon.
“Bagaimana ini? Krystal ingin berkolaborasi dengan Layr.” Ucap Liam.
“Apa? Dia sudah mengambil uangnya. Dia tidak bisa melakukan itu. Bisa tolong hubungi manajernya? Aku akan segera kesana.” Ucap Arka kemudian segera memutar balik mobilnya.
“Hotelnya bukan ke arah sini.” Ucap Xavier saat Arka memutar balik mobilnya.
“Ini darurat. Aku harus ke kantor dulu.” Balas Arka.
***
“Aku sibuk. Aku harus menemui seseorang.” Protes Direktur Arina saat ikut dengan Felice untuk mengurus masalah Krystal yang tiba-tiba ingin menerima kerja sama dengan tim Layr.
“Kita akan pergi menemui orang yang harus kamu temui. Kamu direktur The Premiére. Gunakan posisi itu untuk meneken kontrak mereka. Suruh mereka bekerja dengan benar.” Sahut Felice.
“Tidak bisakah kamu yang melakukan pekerjaan semacam itu? Hentikan mobilnya aku akan turun.” Ucap Felice.
Trululut trululut (Telepon dari Tim PR Arka Nolan Jude)
“Hallo Pak Arka!” Ucap Felice.
“Hallo Nona Felice. Bisakah kita bertemu di kantor?” Sahut Arka.
“Saya sedang menuju kesana.” Ucap Felice.
“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengaw
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Xavier meletakkan kameranya di meja lalu dia menengok ke arah Felice yang sedang tersenyum padanya. “Felice, apakah kamu mengenal Calvin Knox Valent? Kamu mengenalnya?” Tanya Xavier yang membuat senyuman Felice memudar karena mendengar nama itu lagi.Felice mencengkram erat tas yang ada di tangannya. “Aku sudah melupakannya. Tidak, kukira aku sudah melupakan dia. Tapi lagi-lagi, aku mendengar namanya disebut.” Gumam Felice dalam hatinya.Flashback on.Paris 5, tahun lalu.Felice sedang menyelesaikan tugasnya di studio desain bersama rekan-rekannya yang lain.Tok tok. Calvin mengetuk pintu studio tempat Felice belajar desain. Semua orang di ruangan itu sedang sibuk sehingga tidak ada yang menanggapi suara ketukan itu. Sehingga Calvin harus bertanya pada seseorang yang ada di dekatnya.“Halo, aku mencari seseorang. Namanya Felice Chiara Farfalla. Aku ingi
Selama bekerja di Jakarta, Xavier selalu menggunakan kantor Arka sebagai kantornya juga. Bahkan dia selalu menggunakan ruangan Arka untuk melakukan pekerjaannya seperti saat mengedit hasil fotonya. Ketika sedang mengedit foto katalog untuk koleksi terbaru Lauré, Xavier menyempatkan untuk melihat-lihat hasil foto dia saat memotret Felice di Paris kala itu. “Astaga foto-foto yang luar biasa. Candy, kamu memang terbaik dalam pengambilan foto. Foto-fotomu selalu memiliki perasaan yang sampai pada orang yang melihatnya.” Sahut Arka sambil melihat katalog foto Xavier.“Kamu hanya perlu mengedit beberapa kan?” Sahut Arka saat Xavier tidak terpengaruh dengan ucapannya tadi.“Ada yang mau kamu katakan?” Sahut Xavier sembari terus menatap laptopnya.“Ayolah. Kamu tuh siapa sih? Kamu Mr. X yang menaklukan London, Paris, Los Angeles dan New York. Aku memanggilmu Candy, orang lain memanggilku Mr. Paris. Ini kali pertama kamu b
“Bu Selena.” Sahut Felice saat melihat selena sedang berjalan. Felice segera mengejar Selena yang terlihat sedang sibuk dengan catatannya.“Oh hai. Saya dengar kamu ada rapat di luar. Kamu baru pulang?” Sahut Selena.“Kenapa kamu kemari selarut ini?” Sahut Felice.“Aku baru saja membuat kimchi, lalu aku teringat kalau kamu menyukai kimchi buatanku. Katamu, kimchi buatanku sangat masuk di lidahmu. Jadi, aku membawakannya untuk kamu makan bersama rekan yang lainnya.” Sahut Selena.“Kamu tidak perlu melakukan hal itu lagi. Aku tidak mau merepotkan.” Sahut Felice.“Aku tahu kamu berusaha keras memberiku pekerjaan. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu.” Sahut Selena.“Kamu akan pulang naik apa? Biar aku pesankan taxi online yah?”Sahut Felice.“Ga usah. Aku ga enak kamu selalu melakukan ini. Kamu pasti akan membayarkan ongkos taxinya. Tid
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik
Yuri pulang ke rumah dengan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya penantiannya untuk melihat Felice memiliki pasangan sudah terwujud. Yuri hanya kembali ke rumah bersama dengan Felice. Sedangkan Ezra pergi dengan Xavier untuk memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.“Duduklah disini.” Ucap Yuri. Lalu Felice mengikuti perintah Yuri untuk duduk di sofa ruang tamu mereka.“Sedalam apa hubungan kalian? Jika kamu sudah memperkenalkannya kepada kami, itu artinya kamu mempertimbangkan untuk menikah, bukan?” Sahut Yuri.Felice hanya tersenyum dan terdiam sejenak untuk memikirkan bagaimana cara mengatakannya ke Mama Yuri.“Astaga, Mama ga percaya ini benar terjadi. Mama mendukung penyatuan ini. Mama setuju, tidak ada pertanyaan apa-apa dari mama hahaha!” Ucap Yuri. Yuri terus tertawa sambil tepuk tangan.Kebahagiaan Yuri membuat Felice merasa takut. “Mah! Ingat saja yang mama lihat hari ini. pikirkan