Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.
Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.
“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.
Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.
Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah itu milikmu.
“Siapapun yang mengatakan uang tidak bisa membeli kebahagiaan adalah orang yang tidak tahu harus berbelanja dimana.” Kutipan Gertrude Stein.
“Kurasa bahunya agak terlalu lebar dan kurang tinggi. Kerahya miring.” Ucap Felice saa sedang mengecek sampel baju untuk next season.
“Kami akan perbaiki.” Ucap Luna.
“Mari tinggalkan kantongnya untuk dekorasi.” Ucap Felice sambil melihat desain kasarnya sambil mengubah beberapa detail. “Periksa yang ada di gantungan.” Lanjut Felice.
“Baiklah.” Balas Sabrina lalu dia segera bergegas untuk melakukannya dan menunjukkannya pada Felice.
Drtt drtt
“Nona Felice aku akan segera tiba.” Pesan dari Xavier.
“Nona Felice ini laporan penjualan yang diminta. Lauré adalah merek pakaian wanita paling populer di Indonesia, tapi kehilangan posisi pertamanya untuk kali pertama. Jadi, menurutku itu masalah besar.” Ucap Luna saat memberikan laporan penjualan pada Felice.
“Katakan saja. Kami jelas memesan blouse etnis ke pabrik karena manajer toko bilang stoknya tidak cukup. Tapi blouse itu dibuat bukan karena Direkur Arina pergi ke Paris tanpa menandatangani formulir.” Ucap Luna.
Felice mencabut flasdisk untuk keperluan meeting penjualan. “Taruh laporan perjalanan bisnisnya di mejaku begitu selesai.” Ucap Felice.
“Penjualan rendah karena stoknya kurang. Tanggalnya tertulis di formulir pemesanan.” Ucap Luna.
“Rapat penjualan biasanya untuk mengevaluasi satu bulan. Dia mengadakan rapat darurat hanya untuk membahas tentang penjualan pekan lalu. Itu artinya ada hal lain yang ingin dia katakan.” Ucap Felice.
***
“Kita akan mulai rapatnya sekarang.” Ucap Manajer Umum.
“Berikut adalah 13 penjualan terlaris dari tiga pusat perbelanjaan terbaik pekan lalu. Di Zona muda dan Kasual, Enji masih beraadi posisi ketiga. Di Zona karier, La Cart naik dari peringkat 6 ke 5. Lauré kehilangan posisi pertamanya untuk pertama kali.” Ucap Emilio.
“Nona Felice, bagaimana kamu akan mengatasi kekacauan ini?” Tanya Manajer Umum.
“Itu hanya pekan lalu. Perbedaan keseluruhannya hanya 0.6 persen.” Ucap Felice.
“Maksudmu penurunan 0,6 tidak signifikan? Gara-gara sering menyepelekan hal kecil, kamu gagal kolaborasi dengan Anthony.” Sahut Manajer Umum.
“Kamu seharusnya menunggu sampai aku datang.” Ucap Direktur Arina.
“Dia melakukannya tanpa memberitahumu?” Tanya Manajer Umum pada Direktur Arina.
“Nona Felice, kamu tidak menyadari posisimu di perusahaan? Kami memberimu gelar itu agar kamu bekerja keras. Bukan agar kamu bisa bertindak semaumu.” Protes Manajer Umum.
“Kita kehilangan kesepakatan karena uang. Sono menawarkan tiga kali lipat royalti yang kita tawarkan. Untuk itu, kita harus membayar setidaknya dua kali lipat dari itu, yaitu enam kali lipat royalti yang awalnya kita tawarkan. Manajer Umum Alano, apa kamu tidak keberatan dengan itu?” Ucap Felice.
“Jadi, kamu membuang kesepakatan itu begitu saja?” Tanya Manajer Umum.
“Dia bahkan meminta hak atas proyek dan desainnya. Artinya, mereka juga akan mengatur pembagian keuntungannya. Apa ada alasan bagi kita untuk bekerja sama dengan mereka kalau kita sangat jelas tidak diuntungkan sama sekali?” Tanya Felice.
“Dengarkan saya, Nona Felice!!! ‘Maafkan saya. Itu karena saya kurang kompeten.’ Hanya itu yang perlu kamu katakan untuk menyelesaikan masalah. Kamu pikir kamu siapa bisa membantah seperti itu?” Ucap Manajer Umum.
“Aku hanya memberimu alasan di balik keputusanku.” Ucap Felice.
“Jika kamu punya alasan cerdas, katakan ini kepadaku. Ulang tahun perusahaan kita yang ke 34 sebentar lagi. Tapi Layr mengadakan acara besar di jam dan hari yang sama. Merek lokal sudah menyebutkan bahwa merek asing mengambil alih pasar. Bagaimana kita bisa melakukan promosi tanpa Anthony?” Ucap Manajer Umum.
Felice segera bangkit dari kursinya untuk menjelaskan strategi yang sudah Ia miliki. Felice mempresentasikan siapa saja influencer yang banyak membawa pengaruh besar untuk industri fashion.
“Orang-orang yang mempengaruhi industri mode atau fashion adalah sebritas dan influencer. Nilai sebuah pakaian dinilai berdasarkan siapa yang memakainya daripada karakteristiknya.” Ucap Felice.
“Bagaimana kamu dapat menjamin kita bisa menghasilkan pemasaran yang efektif dengan membuat mereka memakai pakaian kita?” Tanya Manajer Umum.
“Para influencer ini memiliki lebih dari 500.000 pengikut bahkan ada yang sampai 1 juta pengikut di sosial media mereka. Sekalipun kita mempertimbangkan jumlah pengikut yang tumpang tindih, kita masih bisa mempromosikan pakaian kita ke 2.000.000 orang.” Ucap Felice.
“Kamu akan mengadakan acara dengan semua ikan-ikan kecil itu? Kita butuh orang penting seperti Anthony.” Sahut Manajer Umum.
“Krystal, adalah salah satu ikon bagi banyak wanita saat ini. Dia akan menjadi selebritas utama acara kita. Apa ada yang ingin ditanyakan lagi?” Sahut Felice.
Semua orang terdiam lalu Presdir Edward bangun dari kursinya. “Kurasa cukup untuk hari ini. Nona Felice, aku ingin bicara berdua denganmu.” Ucap Presdir Edward.
“Ini semua karena dia terlalu hebat. Saat memiliki perusahaan, kamu suka karyawan yang tampil dengan baik, tapi pegawai seperti itu juga bisa cukup mengintimidasi.” Gumam Manajer Ellie dari tim desain dua yang memegang brand La Cart.
***
“Akan merepotkan meneken semua formulir ini untuk persetujuan. Aku mempercayai kalian untuk menanganinya. Prosedurnya terlihat tidak diperlukan.” Ucap Presdir Edward saat menandatangani Laporan Persetujuan.
“Kamu orang yang tahu kapan harus bicara dan tetap diam. Ada apa denganmu? Apa pun rencananya, seharusnya kamu membiarkan Arina mengambil inisiatif. Tugas Arina adalah menuntaskan dan tugasmu adalah mendukungnya.” Sahut Presdir Edward.
“Aku luput soal itu.” Balas Felice.
“Aku ingin melihat Arina memainkan peran besar untuk acara hari jadi ke 34.” Sahut Presdir Edward.
“Aku akan mendukungnya dan memastikan semua berjalan lancar.” Balas Felice.
“Direktur Arina akan masuk, Pak.” Ucap sekretaris Presdir dari luar ruangan Presdir.
Direktur Arina segera masuk ke ruangan Presdir Edward. “Apa ini waktunya diskusi satu lawan satu lagi? Jadi, apa yang ingin…” Ucap Direktur Arina.
“Nampaknya, kencan butamu berjalan lancar. Kamu akan menemuinya lagi?” Ucap Presdir Edward yang membuat Felice dan Direktur Arina saling melirik satu sama lain.
“Aku ingin memilih pasanganku sendiri..” Jawab Direktur Arina.
“Dia tampak tertarik. Jadi, temui dia lagi.” Balas Presdir Edward.
Flashback on
“Aku bukan Arina Greesa Reine.” Ucap Felice.
“Aku tahu. Kamu Nona Felice Chiara Farfalla.” Sahut Xavier sambil menertawakan Felice.
“Lalu kenapa kamu berpura-pura tidak tahu?” Tanya Felice.
“Lantas aku harus bagaimana?” Sahut Xavier.
“Sepertinya kita pada akhirnya saling memperkenalkan diri. Kurasa kamu juga ingat yang terakhir aku katakan kepadamu. Aku akan pergi ke Jakarta besok.” Ucap Felice.
“Aku akan kembali ke Jakarta hari senin.” Sahut Xavier.
“Nikmati perjalananmu. Good bye!” Ucap Felice.
“Aku akan tiba besok siang.” Balas Xavier.
“Aku tidak bertanya.” Balas Felice.
“Aku akan menginap di Hotel Sauver.” Ucap Xavier.
“Aku juga tidak menanyakan hal itu.” Sahut Felice yang sudah hampir terbawa emosi.
“Aku tidak ada kegiatan. Jadi, aku akan punya banyak waktu luang. Aku berlangganan layanan roaming. Jadi, nomorku akan sama.” Ucap Xavier.
“Berapa nomor kamar hotelmu?” Tanya Felice.
“Kurasa informasi yang tadi sudah cukup.” Ucap Xavier.
Flashback off
***
“Dia pasti menyukaimu.” Ucap Direktur Arina saat dia dan Felice sudah ada di ruangan Direktur Arina.
“Sulit untuk tidak menyukaiku.” Balas Felice.
“Berkat kamu, keadaan jadi semakin sulit.” Balas Direktur Arina.
“Sepertinya ayahmu sendiri yang akan memeriksamu. Jadi, apa rencanamu?” Ucap Felice.
“Sudah terlambat untuk mengatakan yang sebenarnya dan memulai hubungan jarak jauh. Hubungan seperti itu membutuhkan energi. Bahkan bukan di Bali atau pun Bogor. Maksudku, dia tinggal jauh di Paris. Oh my god! Jika harapan hidupmu pendek, kalian bahkan mungkin tidak bisa berpegangan tangan.” Sahut Direktur Arina sambil memperbaiki Make up nya.
“Apa itu artinya aku bisa mengurusnya sendiri?” Tanya Felice.
Ting! Direktur Arina dan Felice saling menatap satu sama lain. “Kenapa kamu tidak menggunakan kecerdasan kamu untuk bekerja?” Ucap Felice.
“Itu aneh. Kamu seharusnya mengakhirinya di Paris. Kenapa masih berlangsung? Ini tidak seperti dirimu.” Sahut Direktur Arina.
“Kenapa kamu tidak tanya sendiri kepadanya? Kantor sekretaris mungkin punya nomornya.” Ucap Felice.
“Aku akan diluar seharian. “Ucap Direktur Arina lalu dia pergi keluar.
“Aku senggang sampai hari Jumat.” Pesan dari Xavier.
“Siapa itu?” Tanya Direktur Arina.
“Hm? Apa?” Sahut Felice.
Drtt drtt (Telepon dari Luna)
“Hallo.” Ucap Felice langsung mengangkat telepon.
***
“Kamu meminjam uang dari pinjol?” Tanya Arka saat akan mengantar Xavier ke hotel.
“Orang-orang bertanya apa aku bisa bekerja dengan mereka musim depan.” Sahut Xavier.
“OH MY GOD, aku iri kamu tidak perlu menjual dirimu. Saat pertama kali kamu memutuskan untuk menjadi fotografer, aku tidak menyangka kamu akan menjadi sangat sukses. Momen keberuntungan tidak tahan lama. Bekerja keraslah dan hasilkan uang selagi masih ada orang yang menginginkanmu.” Ucap Arka.
“Entah apakah itu hal yang baik atau bukan, saat orang-orang ingin bekerja denganku. Memang bagus karyaku menjadi populer, tapi itu juga berarti karyaku menjadi lebih pasaran.” Sahut Xavier.
“Jika pekerjaanmu bagus, pasti ada seseornag yang mengakui karyamu.” Ucap Arka yang membuat Xavier teringat akan Felice.
Flasback on
“Kamu lebih baik daripada dugaanku. Aku suka hasil foto-fotomu.” Ucap Felice pada Xavier.
Flashback off
Ingatan itu membuat Xavier senyum-senyum sendiri dan membuatnya merindukan Felice.
Drrt drtt
“Ya, pak.” Ucap Arka saat menerima telepon.
“Bagaimana ini? Krystal ingin berkolaborasi dengan Layr.” Ucap Liam.
“Apa? Dia sudah mengambil uangnya. Dia tidak bisa melakukan itu. Bisa tolong hubungi manajernya? Aku akan segera kesana.” Ucap Arka kemudian segera memutar balik mobilnya.
“Hotelnya bukan ke arah sini.” Ucap Xavier saat Arka memutar balik mobilnya.
“Ini darurat. Aku harus ke kantor dulu.” Balas Arka.
***
“Aku sibuk. Aku harus menemui seseorang.” Protes Direktur Arina saat ikut dengan Felice untuk mengurus masalah Krystal yang tiba-tiba ingin menerima kerja sama dengan tim Layr.
“Kita akan pergi menemui orang yang harus kamu temui. Kamu direktur The Premiére. Gunakan posisi itu untuk meneken kontrak mereka. Suruh mereka bekerja dengan benar.” Sahut Felice.
“Tidak bisakah kamu yang melakukan pekerjaan semacam itu? Hentikan mobilnya aku akan turun.” Ucap Felice.
Trululut trululut (Telepon dari Tim PR Arka Nolan Jude)
“Hallo Pak Arka!” Ucap Felice.
“Hallo Nona Felice. Bisakah kita bertemu di kantor?” Sahut Arka.
“Saya sedang menuju kesana.” Ucap Felice.
“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengaw
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Xavier meletakkan kameranya di meja lalu dia menengok ke arah Felice yang sedang tersenyum padanya. “Felice, apakah kamu mengenal Calvin Knox Valent? Kamu mengenalnya?” Tanya Xavier yang membuat senyuman Felice memudar karena mendengar nama itu lagi.Felice mencengkram erat tas yang ada di tangannya. “Aku sudah melupakannya. Tidak, kukira aku sudah melupakan dia. Tapi lagi-lagi, aku mendengar namanya disebut.” Gumam Felice dalam hatinya.Flashback on.Paris 5, tahun lalu.Felice sedang menyelesaikan tugasnya di studio desain bersama rekan-rekannya yang lain.Tok tok. Calvin mengetuk pintu studio tempat Felice belajar desain. Semua orang di ruangan itu sedang sibuk sehingga tidak ada yang menanggapi suara ketukan itu. Sehingga Calvin harus bertanya pada seseorang yang ada di dekatnya.“Halo, aku mencari seseorang. Namanya Felice Chiara Farfalla. Aku ingi
Selama bekerja di Jakarta, Xavier selalu menggunakan kantor Arka sebagai kantornya juga. Bahkan dia selalu menggunakan ruangan Arka untuk melakukan pekerjaannya seperti saat mengedit hasil fotonya. Ketika sedang mengedit foto katalog untuk koleksi terbaru Lauré, Xavier menyempatkan untuk melihat-lihat hasil foto dia saat memotret Felice di Paris kala itu. “Astaga foto-foto yang luar biasa. Candy, kamu memang terbaik dalam pengambilan foto. Foto-fotomu selalu memiliki perasaan yang sampai pada orang yang melihatnya.” Sahut Arka sambil melihat katalog foto Xavier.“Kamu hanya perlu mengedit beberapa kan?” Sahut Arka saat Xavier tidak terpengaruh dengan ucapannya tadi.“Ada yang mau kamu katakan?” Sahut Xavier sembari terus menatap laptopnya.“Ayolah. Kamu tuh siapa sih? Kamu Mr. X yang menaklukan London, Paris, Los Angeles dan New York. Aku memanggilmu Candy, orang lain memanggilku Mr. Paris. Ini kali pertama kamu b
“Bu Selena.” Sahut Felice saat melihat selena sedang berjalan. Felice segera mengejar Selena yang terlihat sedang sibuk dengan catatannya.“Oh hai. Saya dengar kamu ada rapat di luar. Kamu baru pulang?” Sahut Selena.“Kenapa kamu kemari selarut ini?” Sahut Felice.“Aku baru saja membuat kimchi, lalu aku teringat kalau kamu menyukai kimchi buatanku. Katamu, kimchi buatanku sangat masuk di lidahmu. Jadi, aku membawakannya untuk kamu makan bersama rekan yang lainnya.” Sahut Selena.“Kamu tidak perlu melakukan hal itu lagi. Aku tidak mau merepotkan.” Sahut Felice.“Aku tahu kamu berusaha keras memberiku pekerjaan. Setidaknya hanya itu yang bisa aku lakukan untukmu.” Sahut Selena.“Kamu akan pulang naik apa? Biar aku pesankan taxi online yah?”Sahut Felice.“Ga usah. Aku ga enak kamu selalu melakukan ini. Kamu pasti akan membayarkan ongkos taxinya. Tid
Tuut tuut [Mr. Xavier]“Hallo.” Ucap Felice.“Kamu sudah tidur? Aku hanya ingin mendengar suaramu.” Ucap Xavier.Felice tidak mengatakan apapun pada Xavier, meskipun dia juga merasakan hal yang sama.“Mungkin seharusnya aku tidak meneleponmu. Maaf jika sudah mengganggu. Good night!” Ucap Xavier.“Bisakah kita bertemu sekarang?” Ucap Felice saat Xavier hendak mematikan teleponnya.Mendengar hal itu membuat Xavier kembali menempelkan ponsel ke telinganya. “Aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Ucap Felice.Xavier segera berlari untuk bertemu dengan wanita pujaan hatinya itu. Segala rintangan hujan gerimis yang turun malam itu, Xavier hadapi dengan penuh semangat. Ia tidak mau melewatkan kesempatan langka ini.Felice menunggu Xavier di taman dekat apartemennya. Felice sangat menantikan kehadiran Xav
Untuk membuktikan pada Rosé dan anggota tim yang lain, Elijah rela pergi ke fansign Krystal di salah satu Mall terkenal di Jakarta. Elijah melewati Fans-fans Krystal hanya untuk memberikan kartu namanya.Awalnya Krystal tidak melihat Elijah karena Ia terus menunduk untuk memberikan tanda tangan. Namun, Krystal terkejut dengan kartu nama dari karyawan The Premiére. Melihat nama The Premiére membuatnya naik pitam. Krystal segera melihat siapa yang datang.“Hai! Krystal!” Ucap Elijah sambil dadah dadah.***“Seperti yang sudah Anda minta, kami sudah melakukan CT Scan, MRI, CT paru, dan tes darah lengkap. Kamu bisa lihat di layar ini?” Ucap dr. Rayden.“Ya.” Keena mengangguk.“Ini kanker pankreas.” Ucap dr. RaydenKeena hanya bisa menelan ludah pahit, “Apa sama sekali tidak ada kemungkinan malfungsi mekanis atau kesalahan diagnosis?”&ldq
Pagi ini para karyawan The Premiére sedang berbondong-bondong melihat ke papan pengumuman. Hari ini ada pengumuman tentang karyawan baru untuk tim La Cart dan tim Viance. Banyak karyawan yang ingin melihat daftar yang lolos ke tim-tim tersebut termasuk anggota tim Manajer Felice yaitu Luna, Elijah, Vareena, Rosé dan sabrina yang juga ikut berkumpul untuk melihat papan pengumuman itu.“Pengumumannya karyawan baru sudah keluar. Katanya yang lolos masuk Viance dari tim Lauré semua. Inilah sebabnya orang bilang koneksi itu berguna dan sangat penting. Karyawan baru La Cart juga ku dengar dia adik dari temannya Bunga, karyawan La Cart.” Ucap Karyawan 1.“Ku dengar La Cart akan menggantikan Lauré jadi brand pertama di The Premiére, jika Manajer Felice tidak berhasil menaikkan nama Lauré dan Viance. La Cart sekarang dipegang langsung oleh Direktur Arina.” Ucap karyawan 2.“Ku dengar Lauré jug
Kamu bisa menemukan inspirasi dalam segala halJika tidak bisaMungkin kamu tidak melihatnya dengan benar.-Paul SmithKesedihan tidak pernah membuat Felice berhenti bekerja keras. Hal yang dilakukan Felice untuk bangkit kali ini adalah dengan mencoba kain sisa yang ada di ruang sampel kain. Saat Felice sedang mencoba-coba kain, Felice mendengar suara-suara aneh.Kresek kresekFelice segera mengintip ke arah sumber suara. “Kamu lagi ngapain disini?” Ucap Felice. Saat melihat Xavier sedang makan burger di ruang sampel.Xavier menyodorkan burger satunya pada Felice. “Makan.” Ucap Xavier.“Kenapa kamu makan disini?” Ucap Felice.“Karena saya tahu kamu pasti belum makan siang hari ini. Jadi, saya bawakan makan siang yang simpel buat kamu yang selalu sibuk. Saya sudah dengar kalau kamu akan ganti kain secara mendadak. Ada masalah lagi kah?” Ucap Xavier.F
Sebagai ibu rumah tangga tugas yang harus Keena lakukan setiap hari yaitu mengurus anak yang akan berangkat sekolah dan mengurus keperluan suami sebelum pergi ke kantor. Lalu setelah itu ia beres-beres rumah dari pagi sampai anak tidur.Saat Keena menuangkan minum untuk dirinya yang merasa sedikit penat saat beres-beres rumah. Keena melihat notifikasi dari guru tk Seraphina. “Mama Sera, Seraphina tidak membawa buku catatannya hari ini.” Pesan dari Bu Guru TK.Keena segera mencari buku catatan Sera di sekitarnya, dan ternyata buku catatan Sera tertinggal di meja depan TV. Lalu disampingnya juga ada kaos kaki coklat milik Liam yang sudah kotor.Keena hanya bisa menghela nafas lalu menelpon suaminya itu.Tuut tuut“Aku minta kamu tanda tangan buku catatan Sera dan memasukannya kembali ke dalam tasnya.” Ucap Keena.“Dia punya lebih dari satu buku catatan. Aku sudah memasukan semuanya ke dalam tasnya.” Ucap Liam.“Tapi kamu malah tidak memasukan buku yang penting untuk Sera hari ini. lalu
Matahari sudah hampir terbit tapi Irene masih duduk di ruang kerjanya sambil memandangi barang-barang yang mengingatkannya pada Calvin, mantan tunangannya itu.[Calvin Knox Valent Dan Irene Valerie]Dengan hormat kami mengundang Anda.Pada hari Sabtu, 21 Februari 2019, Jam 19.00.Bergabunglah dalam perayaan pernikahan kami.Salam hormat.Calvin Knox Valent dan Irene Valerie.“Kali ini aku akan menyetujuinya apapun yang terjadi. Xavier sangat menyukainya.” Ucapan Camilla yag terus terbayang-bayang di kepala Irene.Irene melempar kertas undangan itu ke kotak yang dipakai untuk menyimpan kenangan dengan Calvin. Dalam kotak itu juga ada cincin tunangan dan ponsel Calvin yang berisi video-video Calvin bersama Felice.Flashback On[Saat pertama kali Irene melihat Calvin bersama Felice]“Ayo ambil gambar. Itu video bukan foto. Hehe!” Ucap Felice
Felice melihat Xavier yang sedang cemas menunggu dia sembari terus melihat ke arah gedung lantai dua. Felice hanya bisa tersenyum karena baginya itu momen lucu dan menggemaskan yang bisa meluluhkan hatinya.Xavier tidak menyadari keberadaan Felice yang sudah turun dan memperhatikannya dari tadi, sampai akhirnya Ia menengok ke arah seorang wanita yang jaraknya cukup jauh darinya, ternyata wanita itu adalah Felice yang sudah berdiri sambil memperhatikannya sedari tadi. Xavier melihat Felice yang sudah tersenyum lega dan membuatnya ikut tersenyum lega. “Terima kasih sudah menunggu.” Ucap Felice.“Sudah seharusnya aku menunggumu, untuk berterima kasih atas makan malamnya. Mari kita pulang.” Ucap Xavier.***“Ahh aku sudah sangat lelah.” Gumam Luna saat sedang lembur di kantor bersama tim Lauré yang lain.“Kak Luna. Bagaimana kalau kita sudahi untuk hari ini?” Ucap Vareena.“Baiklah. Ma
Setelah membuat laporan terkait penipuan sesuai saran dari kepolisian, Felice, Xavier dan Papa Ezra segera keluar dari kantor polisi. Ezra sibuk dengan telepon dari istrinya sedangkan Felice sibuk memarahi Xavier. “Seharusnya kamu tidak melibatkan dirimu dalam masalah ini.” Ucap Felice.“Tapi karena itu, aku bisa bertemu dengan kamu lagi. Lagipula ada orang yang sedang kesusahan dijalan, masa aku tidak membantunya?” Ucap“Tapi orang itu bisa saja merusak kameramu.” Ucap Felice.“Kamu mengkhawatirkan aku?” Ucap Xavier.“Tidak, aku tidak khawatirkan kamu, aku khawatir dengan kameramu.” Balas Felice.“Alasan!” Gumam Xavier“Oh begitu. Aku rasa kamu peduli padaku lagi iya kan? Akh wajahku.” Ucap Xavier.“Itu hanya luka kecil.” Ucap Felice.“Oh ya! Kudengar papamu Kepala sekolah benar, kan?” Ucap Xavier.“Dia akan
Tuut tuttt“Halo Nona Felice. Saya bawa berita penting.” Ucap Elijah.“Ada apa?” Sahut Felice.“Aku melihat Manajer La Cart sedang berbicara dengan Rosé di ruang sampel. Manajer itu marah-marah minta rancangan buatanmu dan maksa minta dikirim malam ini jika dia masih mau pindah bekerja bersama nya di La Cart.” Ucap Elijah.“Oh begitu? Oke cepat kembali ke ruangan.” Balas Felice.***“Stop! Jangan kabur.” Ucap Ezra sembari mengejar penipu.Ketika mengejar si penipu, penipu itu jatuh di hadapan banyak orang. Lalu penipu itu berlari ke arah polisi.“Saya sedang mengurus urusan saya sendiri. Tapi bapak ini tiba-tiba memukuliku tanpa alasan yang jelas.” Ucap Zuko si penipu di hadapan polisi yang sedang berusaha mendamaikan mereka.“Saya tidak memukulmu. Itu tidak ada buktinya.