Share

PENAWARAN

Wanita yang akhirnya datang ke pertemuan itu adalah Felice Chiara Farfalla. Dia datang masih dengan baju yang dia pakai dari tadi pagi. Felice terpaksa datang karena tidak ingin menimbulkan keributan atau menjadi sasaran kemaraha Presdir Edward.

Tak tuk tak tuk

“Maaf aku terlambat.” Ucap Felice yang sedang menyamar jadi Direktur Arina.

Xavier yang awalnya ingin memutuskan pergi setelah tahu dibohongi oleh Arka mendadak diam membeku setelah melihat wanita itu. Arka melirik ke arah tulisan nama yang ada piring yang sudah disiapkan waitress. Disitu tertulis nama Xavier Oda Valent dan Arina Greesa Reine.

“Kamu nona Arina Greesa Reine?” Tanya Xavier.

“Anggap saja begitu.” Balas Felice mengangguk.

“Aku Xavier Oda Valent.” Ucap Xavier.

Rencana awal Felice setelah datang ke tempat itu adalah hanya untuk hadir lalu pulang ke hotel. “Maaf ada masalah di kantor. Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku harus…” Ucap Felice terhenti saat waitress membuka menu steak daging yang terlihat menggiurkan di depan matanya. Felice juga melihat ke sekeliling meja, banyak makanan yang terlihat enak dan sayang jika harus diabaikan.

Akhirnya setelah melihat makanan-makanan yang sepertinya enak membuat Felice membatalkan niat awalnya itu. Felice langsung duduk di kursi yang tersedia tanpa mempedulikan Xavier.

Saat Felice akan menyantap makanan Xavier melihat ke arah wanita itu dan bertanya tentang ucapannya tadi. “Tapi aku harus… Tapi aku harus apa?” Tanya Xavier.

“Ehh, kamu sudah repot-repot memesan tempat dan menyiapkan semua hidangan ini. Aku akan makan dahulu sebelum pergi.” Ucap Felice.

Felice segera mengambil roti di hadapannya dan segera menyantapnya. Felice makan dengan sangat cepat dan terkesan buru-buru seperti orang kelaparan yang belum makan setahun.

Xavier terus memperhatikan tingkah wanita itu sampai Felice merasa malu. Dan pada akhirnya Xavier juga ikut makan bersama Felice yang dia kenal sebagai Arina.

Bukan Felice namanya jika tidak ambis dengan pekerjaannya. Meskipun sambil makan dan diminta menggantikan kencan buta Arina, Felice tetap tidak meninggalkan pekerjaannya barang sedetikpun.

“Vareena! Kamu sudah menanyakan merek mana saja yang ingin berkolaborasi dengan Anthony Vaccarel?” Ucap Felice saat menghubungi Vareena.

Menyebutkan nama Anthony membuat Xavier menoleh ke arah Felice. Xavier heran ada wanita yang sangat abisius dan kompetitif seperti Arina ini. Dia menelpon sambil makan dan sambil melakukan pekerjaannya. Sungguh luar biasa bagi Xavier.

“Katakan saja. Begitu dia sepakat kami harus mengerjakan musim berikutnya. Lihat apa yang kamu suka dan segera minta sampelnya. Mungkin pewarnanya agak berbeda. Jadi, periksa kualitasnya. Yaah sampai jumpa.” Ucap Felice. Kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Belum ada satu menit sudah ada panggilan telepon lagi. Xavier sempat membaca nama yang menghubungi wanita itu. “Direktur Arina.” Namun, telepon itu diabaikan oleh Arina palsu.

Sejak saat itu Xavier menyadari bahwa wanita yang ada dihadapannya adalah Arina palsu. Untuk beberapa saat Xavier memperhatikan melihat wallpaper dari ponsel Arina palsu itu. Gambarnya seperti familiar bagi Xavier.

“Maafkan aku. Aku sedang dalam perjalanan bisnis, Andai tidak harus berada disini, aku pasti sedang bekerja keras.” Ucap Arina palsu pada pria dihadapannya tanpa menoleh sedikitpun. Arina palsu itu hanya fokus pada gadgetnya terus tanpa henti.

“Paginya, dia menyeret seorang pria keluar dari kamar hotel, dan malamnya dia bekerja saat kencan buta?” Gumam Xavier dalam hati.

“Kamu seorang desainer?” Tanya Xavier.

Alina palsu sempat menoleh ke arah Xavier. “Aku freelance fotografer. Aku memotret model fashion.” Ucap Xavier.

Direktur Alina palsu melirik arah tas dan barang bawaan Xavier dan sepertinya benar pria ini adalah Fotografer.

“Kita mungkin saja pernah bertemu. Fotografer dan desainer sering berpapasan di event-event.” Ucap Xavier.

“Pertemuan yang tidak berkesan tidaklah berarti bagiku.” Ucap Direktur Alina palsu.

Yang tidak berkesan?” Tanya Xavier.

“Ya! Pertemuan yang biasa saja. pertemuan yang tidak spesial.” Balas Direktur Alina palsu.

“Kamu cukup pelupa untuk ukuran seorang desainer. Aku jarang melupakan wajah yang pernah ada di bingkaiku.” Ucap Xavier sambil tertawa kecil.

“Aku disini bukan karena ingin. Aku dipaksa datang dan kurasa aku tidak akan menemuimu lagi. Goodbye!” Balas Direktur Alina palsu sambil membereskan barang bawaanya.

“Masih ada hidangan penutup.” Ucap Xavier.

Direktur Alina palsu menoleh. “Aku tidak suka makanan manis.” Ucap Direktur Alina palsu.

“Bagaimana dengan teh hangat?” Ucap Xavier.

“Teh hanya panas sebentar.” Balas Direktur Alina palsu.

“Cara bicaramu seakan kamu sedang jengkel.” Ucap Xavier.

“Kalau begitu, permisi.” Ucap Direktur Alina palsu kemudian Ia berdiri dan meninggalkan Xavier d meja itu.

Xavier memperhatikan wanita itu. Dia pergi tanpa menoleh ke belakang. Setelah itu Xavier juga keluar dari restoran itu.

Setelah keluar dari restoran Xavier sengaja memilih jalan yang sama dengan jalan yang dipilih Direktur Arina palsu.

“Nona Felice, apa yang harus aku lakukan?” Ucap Luna melalui sambungan telepon.

“Kenapa? Ada apa?” Tanya Felice.

“Kurasa berkasnya tertukar sebelum kita mengirimnya ke percetakan.” Ucap Luna. Dunia Felice nyaris hancur seketika.

“Beri tahu Sabrina untuk mengirimkan file aslinya lewat email. Kita cetak ulang disini saja.” Pinta Felice.

“Tunggu sebentar Nona Felice. Vareena sedang menghubungi Sabrina sekarang.” Balas Luna.

“Sabrina bagaimana? Kamu menemukan salinan aslinya?” Ucap Vareena saat menghubungi Sabrina.

“Tidak ada disini. Aku sudah mencarinya di mejamu dan meja manajer, tapi tidak ada.” Sahut Sabrina yang sedang panik mencari file kesana kemari.

Heah. Felice hanya bisa menghela nafas. “Begini saja. mari kita ambil foto lagi disini.” Ucap Felice.

“Apa?” Respon Luna.

“Anthony menunda semua meeting hingga besok. Kita masih punya waktu, dan sampelnya ada disini. Kita bisa memotretnya besok.” Ucap Felice.

“Aku akan menyewa model. Lalu bagaimana dengan fotografernya?” Sahut Luna.

“Fotografer yang biasa mengambil gambar untuk kita sedang berada di acara dan tidak bisa dipanggil.” Sahut Vareena.

“Astaga. Bagaimana ini?” Sahut Luna.

Felice teringat dengan ucapan pria tadi. Dia seorang fotografer. Felice sempat melihat Xavier di dekatnya. Namun mereka sempat berpisah di persimpangan jalan. Dengan sigap Felice segera mencari dimana keberadaan Xavier.

 “Tunggu sebentar akan aku kabari.” Ucap Felice. Kemudian Felice berlari mengejar Xavier yang ada di sebrang jalan.

Felice nyaris tertabrak mobil karena tidak mematuhi rambu saat menyebrang. Xavier sangat cepet hilang dari pandangan sehingga Felice harus secepat kilat mengejar Xavier yang keberadaanya tertutup oleh kerumunan orang-orang.

Ketika Felice sudah tidak bisa menemukan Xavier tiba-tiba saja ada orang yang mengajaknya bicara. “Kamu sedang mencari seseorang? Tanya Xavier yang muncul dari belakang Felice.

“Apa kamu ada waktu luang besok? Kamu mau bekerja paruh waktu?” Tanya Felice tanpa basa-basi.

“Melakukan apa?” Tanya Xavier.

“Kamu bilang kamu fotografer model fashion. Akan aku berikan nuansa adegannya. Aku desainer The Premiére.” Ucap Felice dengan nafas yang naik turun karena habis berlari.

“Oh begitu rupanya. Lalu?” Ucap Xavier.

“Ini masih rahasia tapi untuk musim berikutnya, kita akan berkolaborasi dengan Anthony. Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk kamu.” Ucap Felice.

Kita lihat saja. biasanya aku yang memutuskan apa yang ingin kulakukan. Aku memutuskan sendiri.” Ucap Xavier.

“Bekerja dengan profesional sepertiku akan membuatmu merasa bangga.” Sahut Felice.

“Aku akan merasa bangga saat aku mau.” Balas Xavier.

“Jika kamu mengambil kesempatan ini, ini akan jadi pengalaman berharga untukmu, saat kelak kamu meneken kontrak dengan majalah atau agensi itu akan bisa dijadikan portofolio.” Ucap Felice.

“Jadi, aku harus melakukannya?” Tanya Xavier yang sebenarnya ingin tertawa karena Felice tidak tahu dia siapa.

“Ya. Kamu satu-satunya pilihanku.” Gumam Felice dalam hati.

“Ya ini bagus untuk karir kita.” Ucap Felice.

***

“Hanya ada sedikit bukti kita bisa mempercayainya. Tas kameranya sangat tua. Artinya dia sering memakainya. Dia bukan pemula.” Ucap Felice dihadapan para asistennya selagi dia mengedit untuk membuat katalog baru yang akan di cetak.

“Bagaimana dengan para modelnya? Sudah aman? Apa ada problem?” Tanya Felice.

“Aku menggunakan kenalanku.” Jawab Luna.

“Oke, bagus.” Balas Felice yang masih harap-harap cemas dengan respon Xavier besok. Saat bicara tadi Xavier terlihat tidak antusias dengan permintaan Felice.

Berbeda dengan Felice yang sedang harp-harap cemas, Xavier sedang tertawa melihat sosial media Direktur Arina sambil mengingat perkataan Felice. Xavier semakin yakin bahwa wanita itu bukan Direktur Arina melainkan Felice manajer desainer Lauré.

“Manarik!” Monolog Xavier sambil meminum wine di kamar hotelnya.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status