Wanita yang akhirnya datang ke pertemuan itu adalah Felice Chiara Farfalla. Dia datang masih dengan baju yang dia pakai dari tadi pagi. Felice terpaksa datang karena tidak ingin menimbulkan keributan atau menjadi sasaran kemaraha Presdir Edward.
Tak tuk tak tuk
“Maaf aku terlambat.” Ucap Felice yang sedang menyamar jadi Direktur Arina.
Xavier yang awalnya ingin memutuskan pergi setelah tahu dibohongi oleh Arka mendadak diam membeku setelah melihat wanita itu. Arka melirik ke arah tulisan nama yang ada piring yang sudah disiapkan waitress. Disitu tertulis nama Xavier Oda Valent dan Arina Greesa Reine.
“Kamu nona Arina Greesa Reine?” Tanya Xavier.
“Anggap saja begitu.” Balas Felice mengangguk.
“Aku Xavier Oda Valent.” Ucap Xavier.
Rencana awal Felice setelah datang ke tempat itu adalah hanya untuk hadir lalu pulang ke hotel. “Maaf ada masalah di kantor. Aku tahu ini tidak sopan, tapi aku harus…” Ucap Felice terhenti saat waitress membuka menu steak daging yang terlihat menggiurkan di depan matanya. Felice juga melihat ke sekeliling meja, banyak makanan yang terlihat enak dan sayang jika harus diabaikan.
Akhirnya setelah melihat makanan-makanan yang sepertinya enak membuat Felice membatalkan niat awalnya itu. Felice langsung duduk di kursi yang tersedia tanpa mempedulikan Xavier.
Saat Felice akan menyantap makanan Xavier melihat ke arah wanita itu dan bertanya tentang ucapannya tadi. “Tapi aku harus… Tapi aku harus apa?” Tanya Xavier.
“Ehh, kamu sudah repot-repot memesan tempat dan menyiapkan semua hidangan ini. Aku akan makan dahulu sebelum pergi.” Ucap Felice.
Felice segera mengambil roti di hadapannya dan segera menyantapnya. Felice makan dengan sangat cepat dan terkesan buru-buru seperti orang kelaparan yang belum makan setahun.
Xavier terus memperhatikan tingkah wanita itu sampai Felice merasa malu. Dan pada akhirnya Xavier juga ikut makan bersama Felice yang dia kenal sebagai Arina.
Bukan Felice namanya jika tidak ambis dengan pekerjaannya. Meskipun sambil makan dan diminta menggantikan kencan buta Arina, Felice tetap tidak meninggalkan pekerjaannya barang sedetikpun.
“Vareena! Kamu sudah menanyakan merek mana saja yang ingin berkolaborasi dengan Anthony Vaccarel?” Ucap Felice saat menghubungi Vareena.
Menyebutkan nama Anthony membuat Xavier menoleh ke arah Felice. Xavier heran ada wanita yang sangat abisius dan kompetitif seperti Arina ini. Dia menelpon sambil makan dan sambil melakukan pekerjaannya. Sungguh luar biasa bagi Xavier.
“Katakan saja. Begitu dia sepakat kami harus mengerjakan musim berikutnya. Lihat apa yang kamu suka dan segera minta sampelnya. Mungkin pewarnanya agak berbeda. Jadi, periksa kualitasnya. Yaah sampai jumpa.” Ucap Felice. Kemudian mematikan panggilan teleponnya.
Belum ada satu menit sudah ada panggilan telepon lagi. Xavier sempat membaca nama yang menghubungi wanita itu. “Direktur Arina.” Namun, telepon itu diabaikan oleh Arina palsu.
Sejak saat itu Xavier menyadari bahwa wanita yang ada dihadapannya adalah Arina palsu. Untuk beberapa saat Xavier memperhatikan melihat wallpaper dari ponsel Arina palsu itu. Gambarnya seperti familiar bagi Xavier.
“Maafkan aku. Aku sedang dalam perjalanan bisnis, Andai tidak harus berada disini, aku pasti sedang bekerja keras.” Ucap Arina palsu pada pria dihadapannya tanpa menoleh sedikitpun. Arina palsu itu hanya fokus pada gadgetnya terus tanpa henti.
“Paginya, dia menyeret seorang pria keluar dari kamar hotel, dan malamnya dia bekerja saat kencan buta?” Gumam Xavier dalam hati.
“Kamu seorang desainer?” Tanya Xavier.
Alina palsu sempat menoleh ke arah Xavier. “Aku freelance fotografer. Aku memotret model fashion.” Ucap Xavier.
Direktur Alina palsu melirik arah tas dan barang bawaan Xavier dan sepertinya benar pria ini adalah Fotografer.
“Kita mungkin saja pernah bertemu. Fotografer dan desainer sering berpapasan di event-event.” Ucap Xavier.
“Pertemuan yang tidak berkesan tidaklah berarti bagiku.” Ucap Direktur Alina palsu.
“Yang tidak berkesan?” Tanya Xavier.
“Ya! Pertemuan yang biasa saja. pertemuan yang tidak spesial.” Balas Direktur Alina palsu.
“Kamu cukup pelupa untuk ukuran seorang desainer. Aku jarang melupakan wajah yang pernah ada di bingkaiku.” Ucap Xavier sambil tertawa kecil.
“Aku disini bukan karena ingin. Aku dipaksa datang dan kurasa aku tidak akan menemuimu lagi. Goodbye!” Balas Direktur Alina palsu sambil membereskan barang bawaanya.
“Masih ada hidangan penutup.” Ucap Xavier.
Direktur Alina palsu menoleh. “Aku tidak suka makanan manis.” Ucap Direktur Alina palsu.
“Bagaimana dengan teh hangat?” Ucap Xavier.
“Teh hanya panas sebentar.” Balas Direktur Alina palsu.
“Cara bicaramu seakan kamu sedang jengkel.” Ucap Xavier.
“Kalau begitu, permisi.” Ucap Direktur Alina palsu kemudian Ia berdiri dan meninggalkan Xavier d meja itu.
Xavier memperhatikan wanita itu. Dia pergi tanpa menoleh ke belakang. Setelah itu Xavier juga keluar dari restoran itu.
Setelah keluar dari restoran Xavier sengaja memilih jalan yang sama dengan jalan yang dipilih Direktur Arina palsu.
“Nona Felice, apa yang harus aku lakukan?” Ucap Luna melalui sambungan telepon.
“Kenapa? Ada apa?” Tanya Felice.
“Kurasa berkasnya tertukar sebelum kita mengirimnya ke percetakan.” Ucap Luna. Dunia Felice nyaris hancur seketika.
“Beri tahu Sabrina untuk mengirimkan file aslinya lewat email. Kita cetak ulang disini saja.” Pinta Felice.
“Tunggu sebentar Nona Felice. Vareena sedang menghubungi Sabrina sekarang.” Balas Luna.
“Sabrina bagaimana? Kamu menemukan salinan aslinya?” Ucap Vareena saat menghubungi Sabrina.
“Tidak ada disini. Aku sudah mencarinya di mejamu dan meja manajer, tapi tidak ada.” Sahut Sabrina yang sedang panik mencari file kesana kemari.
Heah. Felice hanya bisa menghela nafas. “Begini saja. mari kita ambil foto lagi disini.” Ucap Felice.
“Apa?” Respon Luna.
“Anthony menunda semua meeting hingga besok. Kita masih punya waktu, dan sampelnya ada disini. Kita bisa memotretnya besok.” Ucap Felice.
“Aku akan menyewa model. Lalu bagaimana dengan fotografernya?” Sahut Luna.
“Fotografer yang biasa mengambil gambar untuk kita sedang berada di acara dan tidak bisa dipanggil.” Sahut Vareena.
“Astaga. Bagaimana ini?” Sahut Luna.
Felice teringat dengan ucapan pria tadi. Dia seorang fotografer. Felice sempat melihat Xavier di dekatnya. Namun mereka sempat berpisah di persimpangan jalan. Dengan sigap Felice segera mencari dimana keberadaan Xavier.
“Tunggu sebentar akan aku kabari.” Ucap Felice. Kemudian Felice berlari mengejar Xavier yang ada di sebrang jalan.
Felice nyaris tertabrak mobil karena tidak mematuhi rambu saat menyebrang. Xavier sangat cepet hilang dari pandangan sehingga Felice harus secepat kilat mengejar Xavier yang keberadaanya tertutup oleh kerumunan orang-orang.
Ketika Felice sudah tidak bisa menemukan Xavier tiba-tiba saja ada orang yang mengajaknya bicara. “Kamu sedang mencari seseorang? Tanya Xavier yang muncul dari belakang Felice.
“Apa kamu ada waktu luang besok? Kamu mau bekerja paruh waktu?” Tanya Felice tanpa basa-basi.
“Melakukan apa?” Tanya Xavier.
“Kamu bilang kamu fotografer model fashion. Akan aku berikan nuansa adegannya. Aku desainer The Premiére.” Ucap Felice dengan nafas yang naik turun karena habis berlari.
“Oh begitu rupanya. Lalu?” Ucap Xavier.
“Ini masih rahasia tapi untuk musim berikutnya, kita akan berkolaborasi dengan Anthony. Ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk kamu.” Ucap Felice.
Kita lihat saja. biasanya aku yang memutuskan apa yang ingin kulakukan. Aku memutuskan sendiri.” Ucap Xavier.
“Bekerja dengan profesional sepertiku akan membuatmu merasa bangga.” Sahut Felice.
“Aku akan merasa bangga saat aku mau.” Balas Xavier.
“Jika kamu mengambil kesempatan ini, ini akan jadi pengalaman berharga untukmu, saat kelak kamu meneken kontrak dengan majalah atau agensi itu akan bisa dijadikan portofolio.” Ucap Felice.
“Jadi, aku harus melakukannya?” Tanya Xavier yang sebenarnya ingin tertawa karena Felice tidak tahu dia siapa.
“Ya. Kamu satu-satunya pilihanku.” Gumam Felice dalam hati.
“Ya ini bagus untuk karir kita.” Ucap Felice.
***
“Hanya ada sedikit bukti kita bisa mempercayainya. Tas kameranya sangat tua. Artinya dia sering memakainya. Dia bukan pemula.” Ucap Felice dihadapan para asistennya selagi dia mengedit untuk membuat katalog baru yang akan di cetak.
“Bagaimana dengan para modelnya? Sudah aman? Apa ada problem?” Tanya Felice.
“Aku menggunakan kenalanku.” Jawab Luna.
“Oke, bagus.” Balas Felice yang masih harap-harap cemas dengan respon Xavier besok. Saat bicara tadi Xavier terlihat tidak antusias dengan permintaan Felice.
Berbeda dengan Felice yang sedang harp-harap cemas, Xavier sedang tertawa melihat sosial media Direktur Arina sambil mengingat perkataan Felice. Xavier semakin yakin bahwa wanita itu bukan Direktur Arina melainkan Felice manajer desainer Lauré.
“Manarik!” Monolog Xavier sambil meminum wine di kamar hotelnya.
***
Hari esok pun tiba. Xavier menerima tawaran Felice untuk menjadi Fotografer mereka. Felice dan team segera menyiapkan semua keperluan untuk foto.Suasana photoshoot sudah cukup ramai dengan staff yang berlalu lalang untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Fotoshoot dilakukan di outdoor, sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.Felice sudah menyiapkan semuanya dengan detail. Apa yang akan dipakai oleh model sudah tertera di papan informasi.“Baris pertama Rosalia dalam urutan ini. Dan Luca?” Ucap Felice.“Skema warnanya tumpang tindih.” Ucap Luna.“Kita akan pakai gaun?” Tanya Felice. “Ya. Tidak apa-apa?” Ucap Luna. “Ya tidak masalah.” Balas Felice.“Oke.” Balas Luna.“Vareena, periksa rambut dan riasan para model.” Ucap Felice.“Baiklah.” Vareena.“Apa itu sudah disiapkan?” Tanya Felice pada staff yang sedang menyiapkan properti untuk foto.“Sudah.” Ucap staff properti foto.Ckrek ckrek ckrek.Xavier terus mengambil foto Felice dalam keadaan apapun. Baginya Felice terlihat sang
“Menemui Anthony. Setidaknya kita harus memberitahunya apa yang dia lewatkan dari kita.” Balas Felice.Saat Felice pergi ternyata Xavier mendengarkan percakapan mereka berdua. Namun, Felice dan Luna tidak menyadari ada Xavier di dekat mereka.***Sesuai dengan ucapannya, Felice benar menemui Anthony di acara Special Party. Hanya orang-orang yang memiliki tiket undangan yang bisa datang ke acara itu. Dalam party itu Felice mendekati Anthony untuk membujuknya agar mau melihat hasil desainnya dan mau diajak bekerja sama.Xavier yang menyadari Felice akan menemui Anthony di Special Party, membuatnya jadi pergi ke acara tersebut. Namun, Xavier datang menggunakan tiket undangan milik Arka. Saat Xavier berada di pintu masuk Xavier tidak sengaja menginjak kaki wanita dibelakangnya, Xavier segera menangkap tubuh wanita itu agar tidak jatuh.Bugh! Mata mereka saling bertatapan. Wanita itu tersenyum kepada Xavier. “Arina Greesa Reine.” Gumam Xavier dalam hati. Yaps benar wanita itu yang ia bantu
Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah i
“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengaw
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Tuut tuut [Mr. Xavier]“Hallo.” Ucap Felice.“Kamu sudah tidur? Aku hanya ingin mendengar suaramu.” Ucap Xavier.Felice tidak mengatakan apapun pada Xavier, meskipun dia juga merasakan hal yang sama.“Mungkin seharusnya aku tidak meneleponmu. Maaf jika sudah mengganggu. Good night!” Ucap Xavier.“Bisakah kita bertemu sekarang?” Ucap Felice saat Xavier hendak mematikan teleponnya.Mendengar hal itu membuat Xavier kembali menempelkan ponsel ke telinganya. “Aku ingin bertemu denganmu sekarang.” Ucap Felice.Xavier segera berlari untuk bertemu dengan wanita pujaan hatinya itu. Segala rintangan hujan gerimis yang turun malam itu, Xavier hadapi dengan penuh semangat. Ia tidak mau melewatkan kesempatan langka ini.Felice menunggu Xavier di taman dekat apartemennya. Felice sangat menantikan kehadiran Xav
Untuk membuktikan pada Rosé dan anggota tim yang lain, Elijah rela pergi ke fansign Krystal di salah satu Mall terkenal di Jakarta. Elijah melewati Fans-fans Krystal hanya untuk memberikan kartu namanya.Awalnya Krystal tidak melihat Elijah karena Ia terus menunduk untuk memberikan tanda tangan. Namun, Krystal terkejut dengan kartu nama dari karyawan The Premiére. Melihat nama The Premiére membuatnya naik pitam. Krystal segera melihat siapa yang datang.“Hai! Krystal!” Ucap Elijah sambil dadah dadah.***“Seperti yang sudah Anda minta, kami sudah melakukan CT Scan, MRI, CT paru, dan tes darah lengkap. Kamu bisa lihat di layar ini?” Ucap dr. Rayden.“Ya.” Keena mengangguk.“Ini kanker pankreas.” Ucap dr. RaydenKeena hanya bisa menelan ludah pahit, “Apa sama sekali tidak ada kemungkinan malfungsi mekanis atau kesalahan diagnosis?”&ldq
Pagi ini para karyawan The Premiére sedang berbondong-bondong melihat ke papan pengumuman. Hari ini ada pengumuman tentang karyawan baru untuk tim La Cart dan tim Viance. Banyak karyawan yang ingin melihat daftar yang lolos ke tim-tim tersebut termasuk anggota tim Manajer Felice yaitu Luna, Elijah, Vareena, Rosé dan sabrina yang juga ikut berkumpul untuk melihat papan pengumuman itu.“Pengumumannya karyawan baru sudah keluar. Katanya yang lolos masuk Viance dari tim Lauré semua. Inilah sebabnya orang bilang koneksi itu berguna dan sangat penting. Karyawan baru La Cart juga ku dengar dia adik dari temannya Bunga, karyawan La Cart.” Ucap Karyawan 1.“Ku dengar La Cart akan menggantikan Lauré jadi brand pertama di The Premiére, jika Manajer Felice tidak berhasil menaikkan nama Lauré dan Viance. La Cart sekarang dipegang langsung oleh Direktur Arina.” Ucap karyawan 2.“Ku dengar Lauré jug
Kamu bisa menemukan inspirasi dalam segala halJika tidak bisaMungkin kamu tidak melihatnya dengan benar.-Paul SmithKesedihan tidak pernah membuat Felice berhenti bekerja keras. Hal yang dilakukan Felice untuk bangkit kali ini adalah dengan mencoba kain sisa yang ada di ruang sampel kain. Saat Felice sedang mencoba-coba kain, Felice mendengar suara-suara aneh.Kresek kresekFelice segera mengintip ke arah sumber suara. “Kamu lagi ngapain disini?” Ucap Felice. Saat melihat Xavier sedang makan burger di ruang sampel.Xavier menyodorkan burger satunya pada Felice. “Makan.” Ucap Xavier.“Kenapa kamu makan disini?” Ucap Felice.“Karena saya tahu kamu pasti belum makan siang hari ini. Jadi, saya bawakan makan siang yang simpel buat kamu yang selalu sibuk. Saya sudah dengar kalau kamu akan ganti kain secara mendadak. Ada masalah lagi kah?” Ucap Xavier.F
Sebagai ibu rumah tangga tugas yang harus Keena lakukan setiap hari yaitu mengurus anak yang akan berangkat sekolah dan mengurus keperluan suami sebelum pergi ke kantor. Lalu setelah itu ia beres-beres rumah dari pagi sampai anak tidur.Saat Keena menuangkan minum untuk dirinya yang merasa sedikit penat saat beres-beres rumah. Keena melihat notifikasi dari guru tk Seraphina. “Mama Sera, Seraphina tidak membawa buku catatannya hari ini.” Pesan dari Bu Guru TK.Keena segera mencari buku catatan Sera di sekitarnya, dan ternyata buku catatan Sera tertinggal di meja depan TV. Lalu disampingnya juga ada kaos kaki coklat milik Liam yang sudah kotor.Keena hanya bisa menghela nafas lalu menelpon suaminya itu.Tuut tuut“Aku minta kamu tanda tangan buku catatan Sera dan memasukannya kembali ke dalam tasnya.” Ucap Keena.“Dia punya lebih dari satu buku catatan. Aku sudah memasukan semuanya ke dalam tasnya.” Ucap Liam.“Tapi kamu malah tidak memasukan buku yang penting untuk Sera hari ini. lalu
Matahari sudah hampir terbit tapi Irene masih duduk di ruang kerjanya sambil memandangi barang-barang yang mengingatkannya pada Calvin, mantan tunangannya itu.[Calvin Knox Valent Dan Irene Valerie]Dengan hormat kami mengundang Anda.Pada hari Sabtu, 21 Februari 2019, Jam 19.00.Bergabunglah dalam perayaan pernikahan kami.Salam hormat.Calvin Knox Valent dan Irene Valerie.“Kali ini aku akan menyetujuinya apapun yang terjadi. Xavier sangat menyukainya.” Ucapan Camilla yag terus terbayang-bayang di kepala Irene.Irene melempar kertas undangan itu ke kotak yang dipakai untuk menyimpan kenangan dengan Calvin. Dalam kotak itu juga ada cincin tunangan dan ponsel Calvin yang berisi video-video Calvin bersama Felice.Flashback On[Saat pertama kali Irene melihat Calvin bersama Felice]“Ayo ambil gambar. Itu video bukan foto. Hehe!” Ucap Felice
Felice melihat Xavier yang sedang cemas menunggu dia sembari terus melihat ke arah gedung lantai dua. Felice hanya bisa tersenyum karena baginya itu momen lucu dan menggemaskan yang bisa meluluhkan hatinya.Xavier tidak menyadari keberadaan Felice yang sudah turun dan memperhatikannya dari tadi, sampai akhirnya Ia menengok ke arah seorang wanita yang jaraknya cukup jauh darinya, ternyata wanita itu adalah Felice yang sudah berdiri sambil memperhatikannya sedari tadi. Xavier melihat Felice yang sudah tersenyum lega dan membuatnya ikut tersenyum lega. “Terima kasih sudah menunggu.” Ucap Felice.“Sudah seharusnya aku menunggumu, untuk berterima kasih atas makan malamnya. Mari kita pulang.” Ucap Xavier.***“Ahh aku sudah sangat lelah.” Gumam Luna saat sedang lembur di kantor bersama tim Lauré yang lain.“Kak Luna. Bagaimana kalau kita sudahi untuk hari ini?” Ucap Vareena.“Baiklah. Ma
Setelah membuat laporan terkait penipuan sesuai saran dari kepolisian, Felice, Xavier dan Papa Ezra segera keluar dari kantor polisi. Ezra sibuk dengan telepon dari istrinya sedangkan Felice sibuk memarahi Xavier. “Seharusnya kamu tidak melibatkan dirimu dalam masalah ini.” Ucap Felice.“Tapi karena itu, aku bisa bertemu dengan kamu lagi. Lagipula ada orang yang sedang kesusahan dijalan, masa aku tidak membantunya?” Ucap“Tapi orang itu bisa saja merusak kameramu.” Ucap Felice.“Kamu mengkhawatirkan aku?” Ucap Xavier.“Tidak, aku tidak khawatirkan kamu, aku khawatir dengan kameramu.” Balas Felice.“Alasan!” Gumam Xavier“Oh begitu. Aku rasa kamu peduli padaku lagi iya kan? Akh wajahku.” Ucap Xavier.“Itu hanya luka kecil.” Ucap Felice.“Oh ya! Kudengar papamu Kepala sekolah benar, kan?” Ucap Xavier.“Dia akan
Tuut tuttt“Halo Nona Felice. Saya bawa berita penting.” Ucap Elijah.“Ada apa?” Sahut Felice.“Aku melihat Manajer La Cart sedang berbicara dengan Rosé di ruang sampel. Manajer itu marah-marah minta rancangan buatanmu dan maksa minta dikirim malam ini jika dia masih mau pindah bekerja bersama nya di La Cart.” Ucap Elijah.“Oh begitu? Oke cepat kembali ke ruangan.” Balas Felice.***“Stop! Jangan kabur.” Ucap Ezra sembari mengejar penipu.Ketika mengejar si penipu, penipu itu jatuh di hadapan banyak orang. Lalu penipu itu berlari ke arah polisi.“Saya sedang mengurus urusan saya sendiri. Tapi bapak ini tiba-tiba memukuliku tanpa alasan yang jelas.” Ucap Zuko si penipu di hadapan polisi yang sedang berusaha mendamaikan mereka.“Saya tidak memukulmu. Itu tidak ada buktinya.