Hari esok pun tiba. Xavier menerima tawaran Felice untuk menjadi Fotografer mereka. Felice dan team segera menyiapkan semua keperluan untuk foto.
Suasana photoshoot sudah cukup ramai dengan staff yang berlalu lalang untuk mengerjakan tugas mereka masing-masing. Fotoshoot dilakukan di outdoor, sesuai dengan tema yang sudah ditentukan.
Felice sudah menyiapkan semuanya dengan detail. Apa yang akan dipakai oleh model sudah tertera di papan informasi.
“Baris pertama Rosalia dalam urutan ini. Dan Luca?” Ucap Felice.
“Skema warnanya tumpang tindih.” Ucap Luna.
“Kita akan pakai gaun?” Tanya Felice. “Ya. Tidak apa-apa?” Ucap Luna. “Ya tidak masalah.” Balas Felice.
“Oke.” Balas Luna.
“Vareena, periksa rambut dan riasan para model.” Ucap Felice.
“Baiklah.” Vareena.
“Apa itu sudah disiapkan?” Tanya Felice pada staff yang sedang menyiapkan properti untuk foto.
“Sudah.” Ucap staff properti foto.
Ckrek ckrek ckrek.
Xavier terus mengambil foto Felice dalam keadaan apapun. Baginya Felice terlihat sangat cantik dan fashionnya lebih menarik dibandingkan model yang akan dia potret. Padahal Felice hanya mengenakan celana bahan berwarna hitam dan kemeja warna pink yang dipadukan dengan fake collar putih di bahunya.
Sebelum sesi foto dilakukan Xavier terus menggunakan kamera-kameranya untuk mencoba mengambil gambar Felice. Felice menyadari hal itu lalu dia menghampiri Xavier untuk memberikan instruksi. Namun Xavier malah kembali memotret Felice dari jarak dekat.
“Xavier, hasilnya harus selesai sebelum makan siang. Jadi potret sebisanya saja.” Ucap Felice saat Xavier sedang fokus dengan kameranya.
“Tenang aja.” Balas Xavier yang santai dan malah melanjutkan mengetes kamera dengan memfoto wajah Felice dari jarak dekat sampai Felice merasa kurang nyaman.
“Jika kamu menggunakan lo-fi alih-alih JPG akan lebih mudah mendapatkan detailnya. Oh ya foto-fotonya tidak perlu di edit. Konsepnya ada di papan informasi. Nanti di zoom pada pakaiannya saja.” Ucap Lee Yeon A.
“Sudah kubilang tenang saja.” Balas Xavier lalu Xavier segera menjalankan tugasnya.
“Ayo! Mari kita mulai! Modelnya udah siap belum?” Ucap Darren pada staff dan model.
“Aku cek dulu sebentar.” Ucap Vareena.
“Segera panggil mereka.” Ucap Xavier.
“Hai girls and boys! Kita akan segera mulai. Kalian keluar lewat sini!” Ucap Vareena.
“Tolong siapkan lampunya.” Perintah Xavier pada staff properti.
Felice memperhatikan cara kerja Xavier yang sangat terlihat profesional dan seperti sudah memiliki banyak pengalaman. Tangannya sangat cekatan dalam melakukan pemotretan bahkan saat mengganti lensa kamera terlihat sangat keren.
Xavier menghampiri model untuk memberikan instruksi posisi mereka. “Aku suka posisi kalian. Tasya dan Enzy kamu bisa berdiri di tengah dan Luca kamu paling kiri, mundur beberapa langkah.” Ucap Xavier.
“Ini tempatku.” Ucap Luca kemudian Xavier memberikan tatapan tajam dan mengancam tanpa mengatakan sepatah katapun.
“Baik, mari kita mulai.” Ucap Xavier pada para model agar mereka segera berpose.
Xavier yang sudah sangat profesional dengan fotografi terlihat enjoy saat melakukan pekerjaannya. Hasil foto dari tangan Xavier sangat profesional dan terlihat sangat sempurna. Xavier yang sudah biasa menangani model fashion sudah paham angel mana saja yang Ia butuhkan untuk mendapatkan hasil foto yang sempurna.
Ckrek ckrek ckrek.
“Berdiri lebih dekat. Oke segitu bagus.” Ucap Xavier agar model mendekat dan mengganti pose mereka.
Cekrek cekrek! “Bagus. Oke!” Ucap Darren.
Felice cukup puas dengan kinerja Xavier yang profesional dan sudah paham caranya menangani model.
“Luna, Vareena panggil aku Direktur Arina untuk hari ini, ya?” Pinta Felice.
“Apa?” Tanya Luna. “Oh baik aku paham.” Balas Luna.
“Kamu berpura-pura menjadi Direktur Arina untuk membawanya kesini. Itu masuk akal, Direktur Arina yang mempekerjakan anggota staf lainnya. Baiklah aku paham.” Balas Vareena.
“Oke. Setelah ini kita foto satu orang satu orang. Mulai dari yang paling kanan ya!” Ucap Xavier.
“Ya.” Para model memahami instruksi dari Xavier dan langsung melakukan tugas mereka.
Ckrek ckrek ckrek. Para model bergantian untuk melakukan pemotretan sambil menunjukkan hasil karya Felice dan team.
“Dia hebat.” Ucap Vareena pada Luna.
“Ya. Hasilnya tidak ada yang mengecewakan.” Balas Luna.
“Waah! Dia memotret seperti profesional sungguhan.” Ucap Luna pada Felice dan Vareena. Namun, Felice tidak menanggapi karena fokus memperhatikan cara Xavier bekerja. Semakin diperhatikan Felice jadi teringat dengan malam itu.
Malam saat mereka pertama kali bertemu di pesta pembukaan fashion week yang berakhir dengan malam bergairah bagi mereka berdua. Mata Felice tidak sedetikpun mengalihkan pandangannya dari hadapan Xavier.
“Coba seperti melangkah.” Pinta Xavier sambil memperagakannya. Model itu mengikuti perintah Xavier dengan baik.
“Gunakan tanganmu sedikit lagi. Iya gitu bagus. Oke pertahankan.” Ucap Xavier. Cekrek cekrek.
“Pose bergerak.” Pinta Xavier pada model selanjutnya.
“Oke coba pose seperti berputar. Tahan begitu oke. Selesai!” Ucap Xavier. Cekrek cekrek.
“Mari kita lanjutkan.” Ucap Xavier pada Felice.
Luna sangat terkesima dengan hasil foto Xavier. “Astaga. Dia tidak hanya hebat. Dia mungkin lebih baik daripada Mr. X. Hasilnya tidak ada yang mengecewakan. Semuanya terlihat sempurna.” Ucap Luna.
“Nona Felice, dimana kamu menemukan pria itu? Hasil foto yang dihasilkan sangat sempurna.” Ucap Luna. Namun, Felice tidak memberikan jawaban.
“Aku akan beri sentuhan akhir.” Sahut Xavier saat menghampiri Felice, Luna dan Vareena.
“Kita tidak punya waktu untuk itu. Langsung cetak saja.” Balas Felice saat Xavier akan mengedit fotonya.
Xavier sedikit geram pada Felice. “Ini foto-fotoku. Aku tidak akan memberikannya tanpa persetujuanku.” Ucap Xavier.
“Kami ada rapat dengan klien penting.” Ucap Felice.
“Hanya butuh sepuluh menit.” Balas Xavier sambil tersenyum pada Felice. Kemudian Xavier segera mengedit fotonya agar terlihat lebih sempurna.
Saat memberikan sentuhan editing tangan Xavier juga terlihat sangat cekatan sehingga Felice bisa mempercayakan hasilnya pada Xavier. Setelah memberikan sentuhan editing pada foto yang Xavier potret, Xavier segera mencetak fotonya. Setelah selesai dicetak staf segera memberikan hasilnya pada Xavier.
“Ini hasilnya.” Ucap Xavier pada Felice.
Felice mengambil hasilnya dan dia merasa puas dengan hasilnya.
“Sudah selesai, Nona Felice?” Tanya staf.
“Ya mari kita akhiri.” Sahut Luna kemudian Luna segera menghampiri staf.
“Kamu lebih baik daripada dugaanku.” Ucap Felice pada Xavier.
“Kamu tidak mempercayaiku saat meminta aku bekerja paruh waktu?” Tanya Xavier.
“Aku yakin pada penglihatanku yang baik. Tapi ternyata kamu lebih baik.” Balas Felice.
“Apa itu pujian?” Tanya Xavier.
“Ya, itu pujian. Aku sangat suka foto-fotomu.” Balas Felice.
Xavier tidak mengatakan apapun lagi, dia hanya menatap wajah Felice. Begitupun dengan Felice, dia cukup senang dengan usaha mereka hari ini.
Drtt drtt. “Acara pembeli Anthony dimulai 17.00.” Pesan notifikasi di kalender.
“Aku permisi.” Ucap Felice lalu meninggalkan Xavier untuk melanjutkan pekerjaannya.
Seperti biasanya Xavier selalu memperhatikan Felice sampai Felice menghilang dari hadapannya.
“Kerja bagus semuanya.” Ucap Luna pada semua staf dan model yang bekerja hari ini.
Drtt drtt.
Luna membuka pesan yang mengejutkan. Luna mencari Felice untuk memberitahunya namun Felice sudah pergi.
***
Acara Anthony sudah dimulai. Banyak para desainer atau pembeli yang akan melihat-lihat hasil desain Anthony.
“Ladies and gentlemen! The 2024 Anthony Yves Saint FW Buyer Show will now begin. (Para hadirin! Acara pembelian FW Anthony Yves Saint 2024 akan dimulai sekarang).” Ucap pembawa berita.
Semua orang yang akan masuk ke dalam tidak boleh membawa ponsel, gadget atau tas mereka. Ponsel mereka dititipkan di depan pintu masuk acara.
Arka datang ke acara Anthony bersama Xavier yang tentunya sudah Ia paksa untuk datang.
“Keamanan akan sangat ketat karena belum ada yang dirilis. Begitu desainnya bocor, orang-orang akan mulai membuat salinannya.” Ucap Arka.
“Kenapa kamu mengajakku kesini. Acara ini hanya untuk pembeli.” Ucap Xavier.
“Makin banyak yang kamu lihat, makin banyak yang kamu pelajari. Lagi pula, kamu seniman. Perhatikan apa yang disukai pembeli dan apa yang menurutmu akan jadi tren musim selanjutnya. Kamu lihat? Sebesar inilah perhatianku.” Ucap Arka.
“Kamu pasti berbuat sebaik ini karena ada maunya.” Ucap Xavier.
“Kamu memang cepat tanggap, ya! Ini suap untukmu. Ini obat herbal buatan china yang harganya 50 dolar per buah.” Balas Arka.
“Harganya mahal. Ini untukmu saja.” Balas Xavier saat mengembalikan obat herbal ke tangan Arka.
“Aku ingin bersamamu semalaman.” Ucap Arka yang langsung memasukkan obat herbal ke mulut Xavier.
“Maafkan aku tidak mau.” Ucap Xavier.
“Anthony adalah orang penting. Aku hanya ingin bertemu dengannya untuk memberinya kartu namaku, tapi aku ditolak. Jadi, aku membelikanmu tiket untuk acaranya.” Sahut Arka.
“Aku tidak mau datang.” Balas Xavier.
“Haha. Dia akan terkejut begitu tahu bahwa kamu adikku.” Balas Arka.
“Hyaaah, aku ditawari pekerjaan, dan sekarang aku bahkan punya kakak.” Ucap Xavier.
“Kamu dapat pekerjaan? Perusahaan apa?” Tany Arka dengan serius.
“Kamu tahu Arina yang bekerja di The Premiére?” Tanya Xavier.
“Ya, tentu saja. The Premiére adalah klien kami.” Jawab Arka.
“Ngomong-ngomong gimana kencan butanya?” Tanya Arka.
“Apa menurutmu itu lucu?” Sahut Xavier.
“Aku akan memaafkanmu sekali ini saja. Kalau itu terjadi lagi, kamu tidak akan bisa melihatku lagi.” Ancam Xavier.
“Itu tidak akan terjadi lagi. Aku terpaksa melakukannya demi ibumu.” Sahut Arka.
“Ayo!” Sahut Arka langsung mendorong Xavier untuk masuk.
Saat di dalam ruangan, Xavier dan Arka berbincang-bincang dengan staf Anthony yang bertugas untuk menjelaskan desain yang dikeluarkan Anthony. Impian Arka untuk memberikan kartu namanya juga terwujud dengan memberikan kartu namanya pada staf yang sedang bertugas.
Xavier melihat ada staf yang diam-diam mengambil gambar koleksi desain Anthony, padahal orang yang masuk kesana tidak boleh mengambil gambar ataupun membawa gadget. Xavier mengikuti staf itu keluar dan ternyata staf itu adalah orang suruhan Luna.
Luna berniat ingin membocorkan desain Anthony yang belum dirilis itu karena dia sakit hati atas penolakan Anthony yang mendadak. Namun, Felice tidak suka dengan cara Luna.
“Apa itu? Berikan ponselmu!” Ucap Felice.
Dengan berat hati Luna memberikan ponselnya pada Felice. “Ini.” Ucap Luna yang ketakutan.
“Apa ini?” Tanya Felice.
“Anthony sudah meneken kontrak dengan Sono. Dia menggunakan buku foto itu sebagai alasan karena tidak tahu harus berkata apa kepada kita. Kukira kita kandidat terkuat. Dia meminta kita membawa buku foto. Padahal kita sudah berupaya memotret tadi. Teganya dia melakukan ini kepada kita.” Protes Luna
“Jadi, apa rencanamu dan kenapa kamu memotret desain yang dirahasiakan?” Tanya Felice.
“Aku akan membalasnya dengan membocorkan desainnya di internet.” Ucap Luna.
“Luna.” Sahut Felice.
“Aku akan menyalinnya sebelum akhir pekan berakhir, agar dia jera. Bagaimana rasanya melihat kerja kerasmu menjadi sia-sia?” Ucap Luna.
“Aku paham perasaan kamu. Sungguh! Tapi kamu seorang desainer. Kamu tahu betapa fatalnya jika desainmu ditiru. Kerja keras selama setahun akan sia-sia. Kamu seorang desainer. Kamu tidak pantas berbuat demikian.” Sahut Felice.
“Tapi Nona Fel.” Sahut Luna.
“Hapus semuanya!” Ucap Felice.
“Nona Fel.” Ucap Luna.
“Apa yang membuat sebuah merek itu jadi mewah? Desainer terhormat yang bangga dengan desainnya. Jangan bertindak serendah itu.” Ucap Felice. Lalu mengembalikan ponsel Felice agar dia menghapus semua foto-foto desain Anthony yang ada di ponselnya.
Luna akhirnya menghapus satu persatu desain yang akan dia bocorkan itu. “Kamu mau ke mana?” Tanya Luna saat menyadari Felice berbalik badan dan akan segera pergi.
“Menemui Anthony. Setidaknya kita harus memberitahunya apa yang dia lewatkan.” Balas Felice.
“Menemui Anthony. Setidaknya kita harus memberitahunya apa yang dia lewatkan dari kita.” Balas Felice.Saat Felice pergi ternyata Xavier mendengarkan percakapan mereka berdua. Namun, Felice dan Luna tidak menyadari ada Xavier di dekat mereka.***Sesuai dengan ucapannya, Felice benar menemui Anthony di acara Special Party. Hanya orang-orang yang memiliki tiket undangan yang bisa datang ke acara itu. Dalam party itu Felice mendekati Anthony untuk membujuknya agar mau melihat hasil desainnya dan mau diajak bekerja sama.Xavier yang menyadari Felice akan menemui Anthony di Special Party, membuatnya jadi pergi ke acara tersebut. Namun, Xavier datang menggunakan tiket undangan milik Arka. Saat Xavier berada di pintu masuk Xavier tidak sengaja menginjak kaki wanita dibelakangnya, Xavier segera menangkap tubuh wanita itu agar tidak jatuh.Bugh! Mata mereka saling bertatapan. Wanita itu tersenyum kepada Xavier. “Arina Greesa Reine.” Gumam Xavier dalam hati. Yaps benar wanita itu yang ia bantu
Hal pertama yang perlu dilakukan setelah gagal adalah mencoba cara lain yang lebih ekstrem. Itu semua bisa dimulai dengan mencari tahu apa yang orang inginkan.Psikologi orang yang ingin memakai warna berani seperti warna neon chartreuse atau warna kulit merah itu sebagai bentuk pelarian dari kenyataan yang penuh tekanan.“Vareena, kamu bertanggung jawab atas kaus polos, dan Sabrina kamu bertanggung jawab atas gaun. Minta sampel kain pada tim manufktur handmade. Aku akan pergi untuk mengatur semuanya.” Ucap Felice saat rapat tim.Setiap tahun, kurang lebih para desainer membuat 200.000 pakaian. Tapi pakaian bukanlah sekedar rancangan. Namun, para desainer merancang kebutuhan 200.000 orang.Kebutuhan akan mantra yang orang yakini agar mereka akan tampak menonjol atau tampil cantik dengan pakaian tertentu. Sebut saja itu hipnosis diri atau penghiburan diri. Satu pakaian membuat ilusi orang menjadi kenyataan. Jika kamu ingin bahagia, jadikanlah i
“Tunggu disini. Aku akan meneleponmu begitu aku selesai.” Sahut Arka saat sampai di kantornya.“Apa Pak Yovie sudah tiba?” Tanya Arka saat menghubungi Liam.Setelah Arka masuk ke kantor, tidak lama kemudian Felice dan Direktur Arina tiba disana. Mereka segera berlari masuk ke kantor Arka.Situasi jadi sangat menegangkan dengan semua kekacauan yang Krystal buat. “Bagaimana ini Pak Yovie?” Tanya Arka yang sudah gemetar.“Aku sudah memberitahu Krystal bahwa kita menerima uangnya dan membuat kesepakatan. Tapi Influencer yang Pengikutnya lebih sedikit akan promosikan Layr. Jadi, dia berpikir bahwa dia salah mempromosikan merek local. Ah, dia juga membuatku sakit kepala.” Sahut Pak Yovie, manajer Krystal.“Sudah kirim daftar undangan?” Ucap Arka.“Mereka akan melakukan pencocokan ukuran pakaian besok.” Balas Liam.“Oke, dia akan dapat gift card tambahan. Dia akan menjadi yang terakhir berdiri di zona foto, dan kita akan memberikannya Limosin yang terbaik. Kita juga akan mempekerjakan pengaw
Drtt drtt“Kamu ada dimana? Paris? Jakarta? Seoul?” Pesan dari Irene untuk Xavier. Setelah melihat pesan dari Irene, Xavier segera melihat postingan-postingan sosial media Irene.“Aku tiba di Jakarta siang tadi. Bagaimana kabarmu?” Balas Xavier pada Irene.***Saat sedang memilih setelan untuk acara pensiun Ezra, Papa Felice yang akan segera pensiun sebagai PNS. Yuri, Mama Felice terus membujuk agar Felice mau dikenalkan dengan anak kenalannya.“Felice mama mau kenalkan kamu dengan anak kenalan mama. Dia tinggal di Prancis.” Ucap Yuri.“Dia tingal di Prancis?” Sahut Felice sambil terus memilih-milih pakaian yang cocok untuk Papahnya.“Ya, itu dia intinya. Jika dia tinggal disini, wanita lain akan merebutnya. Dia gagal menemukan seseorang di Prancis.” Sahut Yuri.“Mungkin itu artinya ada yang salah dengannya.” Sahut Felice sambil terus melihat lihat setelan dan harganya.“Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu masih lajang karena merasa sangat hebat dan sempurna?” Tanya Yuri sambil terus
Tuut tuuut“Halo.” Sahut Xavier.“Oh, Xavier. Aku sudah mengirim setelan yang harus kamu pakai untuk acara besok, ke kamar hotelmu.” Sahut Camilla.“Apa Arka memberitahumu di mana aku tinggal?” Sahut Xavier yang sedang melakukan treadmil.“Berhubung kamu ada disini dan ini peringatan ke 5 tahun kematiannya. Aku rasa, kita harus mengadakan upacara yang layak. Berpakaianlah yang sesuai.” Sahut Camilla.“Aku akan memakai yang cocok untukku.” Balas Xavier.“Aku mengirim kemeja dan dasi. Pakai yang ibu kirimkan. Sampai jumpa.” Sahut Camilla kemudian Ia mematikan sambungan teleponnya.Setelah Camilla mematikan teleponnya, Xavier menaikan speed treadmil untuk menyalurkan emosinya. Xavier paling tidak suka jika Ibu tirinya itu ikut campur dalam semua urusannya.***Krystal s
“Karena itu, menurutku dia profesional karena karyanya menyentuh perasaan seseorang yang melihatnya.” Ucap Felice.Flashback on.Paris, 5 tahun lalu.Suatu hari ketika sedang berjalan di keramaian dan sedang menganalisis apa yang disukai oleh masyarakat, Felice tersentuh dengan salah satu foto yang dijual oleh pedagang foto di pinggir jalan. Meskipun sedang membawa barang bawaan yang banyak di tangan kanan dan kirinya. Felice menyempatkan waktu untuk berhenti dan mengamati foto yang menarik perhatiannya itu.Felice terpaku pada salah satu foto yang menunjukkan jalanan yang baru terkena hujan. “Ini berapa harganya?” Tanya Felice pada pedagang foto.“Ini 20 euro.” Balas pria pedagang foto.Felice segera mengeluarkan uang yang Ia miliki untuk membeli foto itu. Setelah menyerahkan uangnya, barulah pedagang itu memberikan fotonya dan k
“Halo! Saya Felice Chiara Farfalla, Manajer Tim Desain The Premiére.” Sahut Felice sambil mengulurkan tangannya.Irene menerima jabatan tangan Felice. “Saya Irene Valerie.” Sahut Irene.Direktur Arina menghampiri mereka. Dengan penampilan nyentrik dan centilnya Ia mengajak bicara Irene. “OMG. Senang bertemu denganmu. Saya Arina Greesa Reine.” Sahut Direktur Arina dengan senyuman centil khasnya. Namun, Ia hanya dibalas anggukan sopan oleh Irene Valerie.Bugh!Krystal merebut ponsel Pak Yovie dari tangan pak Yovie saat beliau sedang menghubungi Arka. Krystal kesal dengan Arka yang menggantikannya dengan Irene tanpa konfirmasi dulu kepadanya.“Heah! Kamu bercanda? Apa kalian mengabaikanku?” Sahut Krystal.“Berpikirlah dahulu sebelum bicara. Kamu yang mengabaikan kami. Kamu bilang bahwa kamu tidak akan datang jika tidak bisa mengubah desain seperti y
Xavier meletakkan kameranya di meja lalu dia menengok ke arah Felice yang sedang tersenyum padanya. “Felice, apakah kamu mengenal Calvin Knox Valent? Kamu mengenalnya?” Tanya Xavier yang membuat senyuman Felice memudar karena mendengar nama itu lagi.Felice mencengkram erat tas yang ada di tangannya. “Aku sudah melupakannya. Tidak, kukira aku sudah melupakan dia. Tapi lagi-lagi, aku mendengar namanya disebut.” Gumam Felice dalam hatinya.Flashback on.Paris 5, tahun lalu.Felice sedang menyelesaikan tugasnya di studio desain bersama rekan-rekannya yang lain.Tok tok. Calvin mengetuk pintu studio tempat Felice belajar desain. Semua orang di ruangan itu sedang sibuk sehingga tidak ada yang menanggapi suara ketukan itu. Sehingga Calvin harus bertanya pada seseorang yang ada di dekatnya.“Halo, aku mencari seseorang. Namanya Felice Chiara Farfalla. Aku ingi
Sesuai dengan janji Felice pada Keena, bahwa Felice akan mengajaknya untuk melakukan foto di tempat yang Felice pilih. Sebelum foto, Felice dan Arina mengajak Keena untuk pergi ke salon yang sudah Arina siapkan. “Aku kira aku harus memesan tempat. Terima kasih sudah membantu.” Ucap Felice pada Arina.“Jangan dulu berterima kasih. Kamu cenderung meremehkan ku.” Ucap Arina.“Ada lagi?” Sahut Felice.“Begitu dia selesai dirias, beberapa pakaian sampel yang mewah dari koleksi musim semi 2025 akan segera tiba.” Ucap Arina.“Ohh begitu!” Sahut Felice.“Aku cukup cekatan jika bukan soal pekerjaan. Aku berhasil merekrut beauty content creator pertama dan pelopor yang membuat K-Beauty populer. Nah itu, dia sudah datang.” Ucap Arina.“Hallo, Non Arina.” Ucap Ponny.“Hallo.” Ucap Felice. “Hallo!” Ucap Arina.“Sudah lama sekali kita tidak bertemu.” Ucap Ponny.“Ya benar! Kita udah lama ga ketemu.” Ucap Arina sambil cipika cipiki.“Tolong urus temanku dengan baik.” Pinta Arina.“Halo. Ini pasti ha
Hari ini di kantor Felice disibukkan dengan pemilihan kain dengan perusahaan partner kain mereka. Felice meeting dengan Kathy dan Pak Budi di ruang meeting The Premiére.“Kami juga ingin memakai poliester atau suede buatan Indonesia. Tapi seringkali, kami tidak bisa karena kualitasnya.” Ucap Kathy.“Perusahaan mode lokal membawa sampel kain impor dan kami membuatkan yang sama persis dengan itu. Bukan hanya itu saja. Jangan menyebutkan kualitas saat kamu membayar sepertiga dan memberi kami waktu yang mepet.” Ucap Pak Budi.“Benar bisa buat tekstur baru atau motif baru?” Tanya Felice.“Ya! Kami punya teknologi terbaik. Ada banyak perusahaan di Bogor.” Ucap Pak Budi“Banyak yang tutup juga.” Ucap Kathy.“Tujuh puluh persen brand lokal menggunakan kain impor. Tidak ada ruang bagi pembuat kain lokal untuk berkembang.” Ucap Pak BudiFelice melihat jam
Setelah pintu lift terbuka Felice bergegas mengecek siapa yang mencoba masuk ke rumahnya.“Mama? Ternyata itu mama?” Ucap Felice saat melihat Mama Yuri sedang berjongkok di depan rumahnya karena tidak tahu password rumah Felice.“Buka pintunya.” Ucap Mama Yuri.“Kenapa tidak menelepon?” Ucap Felice sambil membuka pintunya.Setelah masuk ke rumah Felice menyiapkan makanan untuk Mama Yuri. Mereka juga minum bersama malam ini untuk menghangatkan tubuhnya.“Kenapa Mama datang malam-malam begini tanpa menelepon aku dahulu?” Ucap Felice.“Aku ingin minum denganmu dan bermalam disini.” Balas Mama Yuri.“Bagaimana dengan Papa?” Tanya Felice.“Dia bukan anak kecil. Dia tidak takut pencuri atau hantu.” Balas Mama Yuri sambil menuangkan minuman untuk Felice.Felice meminumnya sambil melirik Mama Yuri yang terus minum dengan cukup cepat. “Ternyata Mama kuat juga minumnya.” Ucap Felice.“Mama biasa meminumnya dari botol langsung. Selama ini Mama hanya berpura-pura sopan karena Papahmu.” Ucap Mama
“Sepertinya kamu benar jatuh cinta dengan Pak Arka.” Ucap Felice.“Hah? Haha! Astaga! Haha, tidak. Eh maksudku belum.” Ucap Arina saat mengelak.“Jadi, dia mengajakmu berkencan malam ini?” Sahut Felice.“Hm ya! Gayanya berubah total. Melihat dia berusaha keras padahal perpisahan sudah ditentukan membuatku teringat pada diriku sendiri.” Ucap Direktur Arina sambil merapikan riasannya.“Kamu harus serius memacarinya. Dia pria yang hebat.” Balas Felice.“Aku selalu menyukai seseorang dan ditolak. Jika aku mengambil langkah pertama dan ditolak, aku tidak menyesal karena setidaknya bisa berkencan beberapa kali. Tapi jika aku dicampakkan oleh seseorang yang menyukaiku, aku akan sangat terluka. Jadi, aku lebih suka hubungan kami murni bisnis. Kamu tidak boleh lari. Yang sangat menyakitkan bukanlah cinta yang hancur, tapi orang yang kamu cintai berpaling darimu. Itu saranku berdasarkan pengal
Disaat tangis sudah mereda, Xavier dan Felice duduk di depan kaca jendela sambil melihat jalanan yang sepi.“Jika ibuku bilang kita tidak bisa mengatasinya. Tidak masalah. Jika dia tidak bisa memahami kita, itu juga tidak masalah. Namun, apa itu berarti kita tidak boleh mencintai? Karena alasan itu? Aku tidak mengerti kenapa harus seperti itu.” Ucap Xavier.“Kamu tidak bisa menghentikan matahari terbenam. Namun, aku mencintaimu. Berapapun waktu yang kita punya untuk bersama, aku tetap mencintaimu. Tidak peduli berapa banyak waktu yang tersisa.” Ucap Felice.“Aku juga. Aku mencintaimu dimanapun kamu berada.” Ucap Xavier.***Di tempat yang sama dengan Camilla bertemu Felice, kali ini Camilla pergi juga ke tempat itu untuk bertemu dengan Yuri, Ibunda dari Felice. Camilla datang dengan pakaian yang rapi dan terlihat sangat cantik di usianya. Berbeda dengan Yuri yang berpakaian biasa dan sedikit compang-camping karen
“Merek lain memesan setidaknya 925 meter. Untuk apa aku menjual kain dalam jumlah kecil? Aku tidak akan mendapat margin yang cukup. Merek lokal selalu berusaha mendapatkan diskon. Kami tidak bisa menjual di bawah 920 meter.” Ucap Pak Faisal, pedagang kain di pasar.“Kami tidak bisa menyimpan banyak persediaan.” Ucap Felice.“Jai, maksudmu itu merepotkan kedua belah pihak, bukan? Kalau begitu, tidak ada yang bisa kita lakukan. Kita hanya perlu tetap seperti dahulu. Lalu bagaimana? Berapa meter wol yang kamu butuhkan?” Tanya Pak Faisal.Luna dan Felice hanya bisa menghela nafas dan mereka saling menatap satu sama lain setelah mendengar perkataan Pak Faisal yang semakin menyulitkan tim Lauré yang harus mengurangi pengeluaran.Setelah bernegosiasi di pasar, Felice dan Luna kembali ke kantor. Untuk melanjutkan pekerjaan mereka. Felice mengecek kain sampel yang akan mereka gunakan untuk tim Lauré dan tim V
Di depan cermin Keena terus berlenggak-lenggok melihat dirinya yang terlihat cantik dengan baju lamanya yang dijahit ulang oleh sahabatnya itu. Felice dan Arina berhasil mengukir senyum lebar di wajah Keena.“Bagaimana penampilanku? Apa aku tampak cantik?” Ucap Keena.“Hmm! Sudah kuduga! Orang yang mengubah pakaian kamu pasti berbakat.” Ucap Felice.“Katakan dia tidak akan berhasil tanpa bantuan asistennya.” Ucap Arina yang tidak mau kalah.“Dengar! Aku pernah jadi bintang baru di industri modeling, meskipun hanya sebentar. Pokoknya, ketahuilah bahwa tubuhku yang langsing yang sudah melengkapi desainmu. Kalian setuju dengan itu?” Ucap Keena.“Aku setuju!” Balas Felice.“Dengan sepenuh hati aku setuju.” Ucap Arina.“Ini sangat cantik.” Puji Keena sambil menunjuk baju yang dia kenakan.“Kapan kamu pertama kali memakai pakaian itu?&rdqu
Pagi hari ini semua anggota tim Lauré dan Viance sudah disibukkan dengan mengurus laporan tentang ukuran pakaian orang.“Ukuran alpha sizing ditetapkan pada tahun 1980an. Saat itu, tinggi rata-rata wanita Indonesia adalah 155 cm, dan lingkar dadanya 85 cm. Awalnya disebut ukuran 55 karena sesuai dengan digit terakhir kedua ukuran.” Ucap Felice.“Apa aku pesimis karena tidak cocok dengan ukuran dari 44 tahun lalu?” Ucap Vareena.“Tahun lalu, tinggi rata-rata wanita Indonesia di usia 20-an lebih tinggi 10 cm dari statistik lama. Memang agak kejam mengikuti sistem yang sudah berusia 44 tahun.” Ucap Luna.“Mereka membeli yang pas di pinggul dan mengurangi ukuran pinggang. Butuh lengan yang lebih panjang untuk mantel yang pas di bahu. Salah jika menelan itu mentah-mentah. Bentuk dan ukuran tubuh wanita beragam. Kita harus membuat ukuran yang lebih beragam.” Ucap Felice.“Haruskah aku mengetik
Yuri pulang ke rumah dengan kebahagiaan yang luar biasa. Akhirnya penantiannya untuk melihat Felice memiliki pasangan sudah terwujud. Yuri hanya kembali ke rumah bersama dengan Felice. Sedangkan Ezra pergi dengan Xavier untuk memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.“Duduklah disini.” Ucap Yuri. Lalu Felice mengikuti perintah Yuri untuk duduk di sofa ruang tamu mereka.“Sedalam apa hubungan kalian? Jika kamu sudah memperkenalkannya kepada kami, itu artinya kamu mempertimbangkan untuk menikah, bukan?” Sahut Yuri.Felice hanya tersenyum dan terdiam sejenak untuk memikirkan bagaimana cara mengatakannya ke Mama Yuri.“Astaga, Mama ga percaya ini benar terjadi. Mama mendukung penyatuan ini. Mama setuju, tidak ada pertanyaan apa-apa dari mama hahaha!” Ucap Yuri. Yuri terus tertawa sambil tepuk tangan.Kebahagiaan Yuri membuat Felice merasa takut. “Mah! Ingat saja yang mama lihat hari ini. pikirkan